Terapi Musik untuk Penderita Alzheimer, Mampukah Mengembalikan Memori Jangka Panjang?

2 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musik ternyata tak hanya sekadar hiburan. Melalui pendekatan Neurologic Music Therapy, musik dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu penderita demensia termasuk Alzheimer dan Parkinson dalam memulihkan memori, meningkatkan fungsi otak, dan memperbaiki kualitas hidup secara menyeluruh.

Pakar Neurologic Music Therapy Tassya Tanzil mengatakan dalam konteks terapi Alzheimer, musik bisa digunakan untuk memanggil kembali memori jangka panjang pasien. "Musik bisa mengembalikan sense of space, time, and person. Mereka bisa kembali tahu di mana mereka berada, jam berapa, dan siapa orang di sekitar mereka," kata Tassya dalam acara Bulan Alzheimer Indonesia di Unika Atma Jaya, Rabu (17/9/2025).

Bagi penderita Parkinson, musik dapat digunakan untuk memperbaiki cara berjalan dan mengurangi tremor. "Kita tahu pasien Parkinson sering jalan cepat dengan langkah kecil-kecil dan tidak stabil. Di sini rime musik menjadi pedoman. Dengan mengikuti beat, mereka bisa jalan lebih stabil dan terhindar dari jatuh," ujar Tassya.

Lebih lanjut, ia memaparkan hasil pemindaian otak yang menunjukkan perbedaan mencolok antara otak yang tidak mendapat stimulasi dan yang diberikan stimulasi musik. Saat otak tidak terstimulasi, tampak dominasi warna hijau yang menunjukkan rendahnya aktivitas saraf.

Namun, ketika mendengarkan atau memainkan musik, bagian-bagian otak menjadi aktif, ditandai dengan kemunculan warna merah. Aktivasi ini melibatkan banyak area otak secara bersamaan, termasuk motor cortex, prefrontal cortex, hingga sistem limbik yang berperan dalam pengolahan emosi.

Sebagai contoh, beat atau ritme dalam musik dapat memicu keinginan untuk bergerak, seperti menganggukkan kepala, menghentakkan kaki, bertepuk tangan, bahkan menari. Aktivitas ini menunjukkan bahwa motor cortex aktif. Sementara prefrontal cortex, yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan executive function, juga mengalami peningkatan aktivitas saat seseorang bermain musik. Ini menjadi sangat penting dalam terapi untuk orang dengan demensia.

Dalam sesi terapi, musik juga digunakan untuk melatih executive function tanpa cara yang invasif. "Saat kita tanya 'Oma, Opa mau lagu apa?' itu sudah mengaktifkan kemampuan mereka mengambil keputusan. Mau pilih alat musik yang mana, lagu yang mana-semua itu bentuk problem solving," ujar Tassya.

Tidak hanya itu, terapi musik juga membantu aspek sosial-emosional pasien demensia, yang sering mengalami perubahan perilaku seperti mudah marah atau menjadi apatis. "Lewat musik, mereka merasa punya kendali atas tubuhnya. Mereka masih bisa bernyanyi, memilih lagu, bermain alat musik. Di situ muncul kembali rasa percaya diri," kata dia.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |