Usai Ratusan Siswa Keracunan, BGN Hentikan Operasional Dapur MBG di Sleman

3 hours ago 11
Foto Ilustrasi MBG. Ando

SLEMAN, JOGLOSEMARNEWS.COM Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, resmi dihentikan operasionalnya oleh Badan Gizi Nasional (BGN) menyusul munculnya dugaan kasus keracunan massal dari menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) pekan ini.

“Iya sudah dihentikan,” kata Wakil Kepala Badan Gizi Nasional, Nanik S. Deyang, saat dikonfirmasi, Sabtu (25/10/2025).

Keputusan penghentian itu diambil setelah 214 siswa dari tiga sekolah — MAN 3 Sleman, SMPN 2 Mlati, dan SD Jombor Lor — mengalami gejala pusing hingga diare sesaat setelah menyantap menu MBG pada Jumat pagi (24/10/2025). Sebagian besar korban dilarikan ke puskesmas terdekat untuk mendapat perawatan.

Menurut Nanik, kasus di Desa Sinduadi ini menjadi kejadian kedua di Sleman dalam dua bulan terakhir. “Sebelumnya pernah terjadi juga di Mlati, tapi di Desa Tlogoadi, bukan di Sinduadi,” jelasnya.

Kasus serupa memang sempat mencuat pada Agustus lalu. Saat itu, 135 siswa dan dua guru di SMP Negeri 3 Berbah diduga keracunan usai menyantap hidangan program MBG. Bahkan, dua pekan sebelumnya, empat sekolah di Kecamatan Mlati juga melaporkan kejadian serupa.

Empat sekolah tersebut adalah SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, SMPN 3 Mlati, dan SMP Pamungkas Mlati. Seluruhnya terindikasi mengonsumsi makanan dari dapur SPPG berbeda, namun dalam jaringan penyedia menu MBG.

Ironisnya, temuan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman bulan lalu menunjukkan seluruh SPPG yang mengelola program MBG di wilayah tersebut belum memenuhi standar sanitasi dasar.

Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinkes Sleman, Tunggul Birowo, mengungkapkan bahwa dari 66 dapur SPPG di 17 kecamatan, tak satu pun yang memiliki Sertifikat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS).

“Belum ada yang bersertifikat SLHS. Mereka selama ini beroperasi tanpa koordinasi dengan pemerintah daerah,” ujarnya, Senin (29/9/2025).

Tunggul menambahkan, kemunculan banyak SPPG di Sleman berlangsung cepat dan tidak melalui mekanisme pelaporan resmi. “Kami baru tahu setelah banyak yang berjalan. Awalnya langsung koordinasi mereka ke BGN, bukan ke kami,” katanya.

Sejumlah pihak kini mendesak evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan MBG di lapangan, terutama pada aspek higienitas dan pengawasan dapur penyedia. Kasus berulang di Sleman menjadi alarm serius agar program yang bertujuan menyehatkan siswa justru tidak berbalik membahayakan. [*] Disarikan dari sumber berita media daring

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |