Utusan Khusus AS 'Akui' Israel Serang Kapal Armada Sumud di Tunisia

2 hours ago 5

Relawan dan aktivis Global Sumud Flotilla beraktivitas sebelum bertolak menuju Gaza melalui Pelabuhan Bizerte di Tunisia, Ahad (14/9/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Tom Barrack, utusan khusus AS untuk Suriah dan duta besar untuk Turki, menyampaikan sejumlah pernyataan blak-blakan terkait kondisi di Timur Tengah. Salah-satunya, ia mengisyaratkan bahwa Israel adalah pelaku serangan terhadap kapal-kapal Armada Sumud Global di Tunisia beberapa waktu lalu.

Hal ini ia sampaikan dalam wawancara dengan media Uni Emirat Arab, the National. Dalam wawancara berdurasi 23 menit dengan jurnalis Hadley Gamble, yang diterbitkan pada Senin, ia menggambarkan perdamaian di Timur Tengah sebagai “ilusi”.

Dia juga mengatakan bahwa serangan Israel terhadap Qatar awal bulan ini “tidak baik”, dan menambahkan bahwa kelompok-kelompok seperti Hamas dan Taliban berada di Doha atas permintaan Amerika.

Dalam bagian wawancara yang membahas situasi di Lebanon, Barrack ditanya apa insentif bagi Hizbullah untuk melucuti senjatanya. Dia menjawab: “Nol besar”. "Ini masalahnya, terutama ketika Israel menyerang semua orang. Jadi Israel menyerang Suriah. Israel menyerang Lebanon. Israel menyerang Tunisia," lanjutnya. 

Yang dia maksud adalah seringnya serangan Israel di Suriah sejak pemerintahan Bashar al-Assad jatuh pada bulan Desember, dan pelanggaran gencatan senjata yang disetujui Israel di Lebanon pada bulan November hampir setiap hari. 

Sedangkan untuk Tunisia, tak ada serangan Israel yang secara terbuka dilakukan tahun ini. Satu-satunya insiden adalah serangan pesawat tak berawak terhadap Global Sumud Flotilla, yang saat ini sedang berlayar mencoba mendobrak blokade Gaza. Israel belum mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Dua kapal armada itu dilaporkan jadi sasaran serangan drone yang menjatuhkan semacam bahan pembakar pada 9 dan 10 September lalu saat bersandar di pelabuhan Sidi Bou Said di Tunis. Serangan pertama menyasar kapal Family yang berbendera Portugal dan diawaki para aktivis terkemuka seperti Greta Thunberg dan Yasemin Acar. Serangan kedua menyasar kapal Alma yang berbendera Inggris.

Otoritas keamanan Tunisia sempat menyatakan bahwa insiden pertama bukanlah serangan drone, melainkan kebakaran yang dipicu puntung rokok. Kesaksian awak kapal dan rekaman video menyangkal klaim tersebut.

Wartawan Republika di Tunisia kemudian melaporkan sumber-sumber di sana mengungkapkan serangan dikoordinasikan dari dua negara, yakni Malta dan Siprus meski belum bisa memastikan siapa dalangnya. Salah satu serangan disebut dimulai dari pangkalan militer Amerika Serikat di Ciprus. Pasukan-pasukan AS mulai mengoperasikan pangkalan itu pada Januari 2025 ini.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |