Vasektomi atau Kontrasepsi Wanita, Mana yang Lebih Aman dan Efektif?

6 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang mengusulkan vasektomi sebagai syarat untuk menerima bantuan sosial (bansos) menuai kontroversi. Meski dianggap problematik karena berpotensi melanggar hak reproduksi, wacana ini menarik perhatian publik pada isu penting mengenai metode kontrasepsi permanen mana yang paling aman dan efektif, vasektomi atau kontrasepsi wanita?

Vasektomi

Vasektomi adalah prosedur medis untuk memutus saluran sperma (vas deferens), sehingga sperma tidak lagi masuk ke cairan semen. Prosedur ini dilakukan dengan anestesi lokal, dan memakan waktu kurang dari 15 menit.

Vasektomi sangat efektif dalam mencegah kehamilan dengan tingkat keberhasilan lebih dari 99,9 persen setelah dilakukan tes sperma yang membuktikan tidak ada lagi sel sperma aktif. Berbeda dari metode kontrasepsi lainnya, setelah selesai, tidak ada tindakan lanjutan yang perlu dilakukan, tidak perlu minum obat atau memakai alat saat berhubungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prosedur ini tidak mempengaruhi hormon, dorongan seksual, orgasme, atau fungsi ereksi. Pria akan tetap ejakulasi seperti biasa, hanya tanpa kandungan sperma. Dari sisi pemulihan, vasektomi termasuk ringan. Pasien biasanya bisa kembali beraktivitas dalam 1–2 hari, dengan rasa nyeri atau memar yang ringan dan bisa diatasi dengan obat pereda nyeri serta kompres es.

Kontrasepsi Wanita

Wanita memiliki lebih banyak pilihan kontrasepsi, mulai dari metode jangka pendek (pil KB, suntikan, patch, cincin vagina), kontrasepsi jangka panjang (IUD tembaga, IUD hormonal, implan), hingga metode permanen seperti tubektomi (tubal ligation).

Namun, dikutip dari My Cleveland Clinic, berbagai metode ini membawa potensi efek samping. Kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan mual, sakit kepala, perubahan suasana hati, bercak di antara haid, dan penurunan libido. Efektivitasnya juga sangat bergantung pada kepatuhan pengguna. Lupa minum pil atau terlambat suntik bisa berujung pada kehamilan yang tidak direncanakan.

Untuk metode permanen, tubektomi adalah prosedur yang jauh lebih kompleks dibanding vasektomi. Dilakukan dengan anestesi umum dan melalui operasi perut, prosedur ini memerlukan masa pemulihan lebih lama, serta memiliki risiko komplikasi seperti infeksi, pendarahan, dan kehamilan ektopik.

Perbandingan Efektivitas, Risiko, dan Biaya

Secara statistik, baik vasektomi maupun tubektomi, memiliki efektivitas di atas 99 persen. Namun vasektomi memiliki tingkat kegagalan dan komplikasi yang jauh lebih rendah. Menurut data medis, vasektomi 30 kali lebih kecil kemungkinan gagal dan 20 kali lebih sedikit menyebabkan komplikasi dibandingkan tubektomi.

Menurut Patient.info, tubektomi membawa risiko kehamilan di luar rahim (ektopik) jika prosedur tidak sepenuhnya berhasil. Selain itu, karena menggunakan anestesi umum dan melibatkan organ dalam perut, prosedur ini juga rentan terhadap efek samping pascaoperasi yang lebih berat.

Vasektomi juga lebih hemat secara ekonomi. Di Indonesia, prosedur ini bisa dilakukan dengan biaya lebih murah dari tubektomi, bahkan digratiskan melalui program BKKBN. Sementara itu, tubektomi membutuhkan biaya lebih mahal karena melibatkan rawat inap dan peralatan medis lebih kompleks.

Meskipun secara medis vasektomi lebih unggul, keputusan untuk memilih metode kontrasepsi permanen harus bersifat sukarela dan atas dasar konsensus. Konsultasi dengan dokter sangat penting agar pasangan benar-benar paham bahwa prosedur ini tidak membahayakan pria.

Dari sisi efektivitas, risiko, biaya, dan kenyamanan, vasektomi adalah pilihan yang lebih unggul dibanding kontrasepsi permanen untuk wanita. Namun setiap pasangan memiliki situasi dan pertimbangan pribadi yang berbeda. Yang terpenting, pilihan metode kontrasepsi harus dilakukan secara sadar, sukarela, dan dengan informasi yang lengkap.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |