Kerusakan pascabencana longsor di Desa Mendale, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah, Aceh, Jumat (12/12/2025). Menurut keterangan warga terdampak bencana hidrometeorologi, bantuan yang masuk ke Aceh Tengah masih terbatas dan memasuki minggu ketiga pascabencana mereka baru mendapatkan bantuan beras sebanyak 2,5 kilogram per kepala keluarga.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai, pemulihan sektor energi di Aceh masih memerlukan upaya tambahan bila dibandingkan dengan kondisi di Sumatra Utara (Sumut) dan Sumatra Barat (Sumbar) pasca-banjir bandang.
Wakil Menteri (Wamen) ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, pemerintah memprioritaskan kelancaran pasokan energi di wilayah terdampak musibah tersebut. Dengan begitu, aktivitas masyarakat setempat dan pemulihan infrastruktur tetap berjalan.
Kementerian ESDM bersama dengan BPH Migas terus memantau penyaluran bahan bakar minyak (BBM) ke lokasi bencana banjir bandang di Aceh, Sumut, dan Sumbar. Distribusi dilakukan dengan berbagai skema yang menyesuaikan kondisi lapangan, termasuk pengiriman menggunakan drum, kendaraan kecil, hingga sepeda motor ke lokasi dengan akses terbatas.
“Alhamdulillah, untuk ketersediaan BBM, LPG, dan juga kelistrikan di beberapa daerah pada prinsipnya hampir seluruhnya bisa dipulihkan, terutama untuk Sumatra Barat dan Sumatra Utara. Sementara, Aceh masih perlu upaya,” ujar Wamen ESDM di Jakarta, dikutip pada Sabtu (13/12/2025).
Pemulihan kelistrikan menjadi pekerjaan utama di Aceh pasca-bencana banjir bandang. Jaringan transmisi, distribusi primer, dan distribusi sekunder mengalami dampak yang berbeda.
Menurut Wamen ESDM, banyak jaringan transmisi setempat yang telah dipulihkan. Namun, pengaliran listrik menghadapi tantangan sinkronisasi sistem dari pembangkit ke gardu induk hingga trafo. Pada distribusi sekunder, sebagian permukiman terdampak berat sehingga penarikan jaringan baru diperlukan.

7 hours ago
12
















































