Prof. Em. Dr Eddy Damian(kiri), Eleonora Moniung (kedua dari kiri) dan Yesmil Anwar (ketiga dari kiri) dalam kegiatan 1000 hari mengenal Remy Sylado, di Kawasan Dago Kota Bandung, Jumat (7/11/25).
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG— Pengamat hukum dan kesenian Yesmil Anwar menilai karya-karya Remy Sylado patut mendapatkan apresiasi yang lebih luas dari masyarakat. Ia menegaskan, warisan intelektual dan artistik Remy tidak seharusnya berhenti hanya sebagai kenangan, melainkan menjadi inspirasi yang hidup bagi generasi muda Indonesia.
“Remy Sylado bukan hanya seniman serbabisa. Ia adalah penjelajah ide yang melampaui zamannya,” ujar Yesmil kepada Republika setelah kegiatan mengenang 1.000 hari berpulangnya Remy Sylado di kawasan Dago Bandung, Jumat (7/11/2025).
Menurut Yesmil, karya Remy di bidang sastra, musik, dan seni rupa menunjukkan betapa kuatnya daya jelajah pemikiran dan keberaniannya menembus batas arus utama. Dirinya mengatakan, sejak era 1970-an, Remy sudah memikirkan bentuk-bentuk alternatif dalam kesenian Indonesia.
Ia mencari ekspresi yang orisinil, bahkan berani menantang arus. “Itu sebabnya, banyak gagasannya baru kita sadari relevansinya hari ini,” katanya.
Lebih jauh, Yesmil menilai, pemikiran visioner Remy mencerminkan kesadaran mendalam tentang dinamika budaya. Diakui dia, seni dan kebudayaan tidak pernah statis, sehingga selalu mengalami pergeseran dan perubahan.
Di kesempatan yang sama, Guru Besar Hukum dari Unpad Prof Em Dr Eddy Damian mengatakan, hak cipta dari karya Remy bisa diwariskan ke ahli waris hingga 70 tahun lamanya. "Hukum hak cipta terbaru sekarang bukan 50 tahun namun 70 tahun, " ucapnya
Sementara keponakan Remy Sylado, yaitu Eleonora Moniung, mengucapkan apresiasi atas kehadiran para penggemar Remy yang antusias dalam momen mengenang 1.000 hari berpulangnya Remy Sylado.
"Untuk mengobati rindu masyarakat, kami akan melakukan pameran di Dago Tea House pada tanggal 22-29 November," tutupnya.

2 hours ago
6














































