TEMPO.CO, Jakarta - Gagasan kimia hijau atau green chemistry awalnya dikembangkan sebagai respons terhadap Undang-Undang Pencegahan Polusi Tahun 1990, yang menyatakan bahwa kebijakan nasional Amerika Serikat harus menghilangkan polusi melalui desain yang lebih baik.
Sebanyak 12 prinsip kimia hijau pun diterbitkan pada 1998 untuk memberikan pedoman yang jelas dalam proses pengembangan lebih lanjut.
Melansir repository.ut.ac.id, konsep kimia hijau biasanya ditampilkan sebagai gabungan dari 12 prinsip yang dicetuskan oleh Anastas dan Warner. Lantas, bagaimana prinsip-prinsip kimia hijau?
Pengertian Kimia Hijau
Mengutip journal.unnes.ac.id, kimia hijau adalah suatu konsep yang mendorong desain sebuah produk atau proses untuk mengurangi maupun mengeliminasi penggunaan dan penghasilan zat-zat berbahaya. Aspek dari kimia hijau, yaitu meminimalkan substansi berbahaya agar lebih ramah lingkungan dan sesuai dengan pembangunan berkelanjutan.
Istilah kimia hijau pertama kali diperkenalkan oleh Paul T. Anastas dalam sebuah program khusus yang diselenggarakan oleh Environmental Protection Agency (EPA) di Amerika Serikat pada 1991. Program tersebut dimaksudkan untuk menerapkan pengembangan berkelanjutan di bidang kimia dan teknologi kimia oleh industri, pendidikan, dan pemerintahan.
Kimia hijau disebut bukan sebagai cabang ilmu kimia baru, tetapi cara pandang atau strategi yang berkaitan dengan pemanfaatan kimia. Pengertian kimia hijau secara sederhana adalah pemikiran mengenai kimia untuk menyelamatkan alam dari pencemaran.
12 Prinsip Kimia Hijau
Adapun 12 prinsip kimia hijau sebagai berikut:
1. Pencegahan
Pencegahan timbunan limbah lebih diutamakan daripada mengolahnya. Selain itu, pencegahan juga lebih baik daripada membersihkan limbah setelah terbentuk.
2. Ekonomi Atom
Metode sintesis harus dirancang untuk memaksimalkan pemanfaatan seluruh materi yang digunakan, mulai dari proses pembuatan hingga menghasilkan suatu produk. Dengan demikian, semua materi dapat dimanfaatkan secara efisien.
3. Sintesis Zat Kimia dengan Meminimalkan Bahaya
Aktivitas pembuatan zat kimia diusahakan menerapkan metode yang dirancang untuk memanfaatkan dan menghasilkan zat-zat dengan toksisitas serendah mungkin. Dengan begitu, dampak buruk terhadap lingkungan dan makhluk hidup dapat diminimalisir.
4. Merancang Zat Kimia yang Aman
Pembuatan zat kimia harus dirancang sesuai dengan peruntukannya. Selain itu, proses perancangan dilakukan dengan menekan toksisitasnya.
5. Pemanfaatan Pelarut dan Zat Pendamping yang Aman
Penggunaan zat tambahan, seperti pelarut dan zat pemisah diusahakan untuk ditiadakan. Jika tidak memungkinkan, maka dapat memanfaatkan bahan-bahan pendamping yang lebih aman dan tidak menimbulkan dampak negatif.
6. Perancangan Sistem untuk Efisiensi Energi
Penggunaan energi dalam proses kimia harus diminimalisir. Efisiensi juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan temperatur dan tekanan rendah serta ramah lingkungan.
7. Menerapkan Penggunaan Bahan Mentah Terbarukan
Mengoptimalkan penggunaan bahan baku yang bersifat terbarukan daripada mengeksploitasi sumber daya alam hingga habis. Penggunaan bahan mentah terbarukan harus dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal teknis dan ekonomis.
8. Mengurangi Pemanfaatan Zat Derivatif
Mengusahakan untuk mengurangi penggunaan zat pencegah, pelindung, atau penghancur. Zat-zat bersifat derivatif tersebut dinilai tidak ramah lingkungan karena memerlukan reagen tambahan dan menyebabkan pemborosan.
9. Pemanfaatan Katalis dengan Selektif
Dalam proses pembuatan bahan kimia, diusahakan untuk menggunakan katalis secara selektif. Manfaatkan reagen katalitik dibandingkan reagen yang bersifat stoikiometri.
10. Perancangan yang Mudah Diuraikan
Produk-produk kimia harus didesain agar di akhir fungsinya dapat terurai secara alami. Dengan demikian, bahan kimia tidak menjadi berbahaya dan tidak persisten terhadap perubahan lingkungan.
11. Analisis secara Berkesinambungan untuk Pencegahan Polusi
Metode analitis harus dikembangkan secara terus-menerus untuk memungkinkan pemantauan dan pengendalian lebih lanjut. Analis secara real-time tersebut berguna untuk meminimalisir pencemaran lingkungan.
12. Penerapan Kimia Aman untuk Pencegahan Kecelakaan
Zat yang dimanfaatkan dalam proses kimia harus dipilih untuk menekan potensi kecelakaan. Pemanfaatan zat yang dimaksud, termasuk untuk pelepasan zat berbahaya, ledakan, dan kebakaran.
Fungsi Kimia Hijau
Mengutip jurnal.untan.ac.id, berikut fungsi dari penerapan kimia hijau:
1. Meningkatkan Efisiensi Bahan Kimia
Fungsi utama dari implementasi kimia hijau adalah memanfaatkan bahan-bahan kimia seefisien mungkin.
Pendekatan kimia hijau mendorong pengembangan katalis yang lebih optimal, yang dapat mempercepat reaksi kimia tanpa memerlukan suhu atau tekanan yang ekstrem, sehingga menghemat energi dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
2. Mengurangi Limbah
Prinsip pencegahan polusi dalam kimia hijau mendorong industri untuk mendesain proses produksi yang menghasilkan produk samping yang minimal atau bahkan tidak beracun, sehingga melindungi kesehatan manusia dan ekosistem.
Kimia hijau juga fokus pada pengembangan produk yang dapat didaur ulang atau terurai secara alami, sehingga mengurangi beban pada lingkungan.
3. Menggunakan Sumber Daya Lebih Sedikit dalam Proses Produksi
Kimia hijau mendorong penggunaan sumber daya terbarukan, seperti biomassa dan energi matahari untuk menggantikan sumber daya fosil yang terbatas, sehingga mengurangi ketergantungan pada bahan baku yang semakin menipis.
Dengan merancang proses produksi yang lebih efisien, kimia hijau dapat mengurangi konsumsi energi dan air.
Contoh Penerapan Kimia Hijau
Mengacu pada repository.ut.ac.id, berikut beberapa contoh implementasi prinsip kimia hijau:
1. Cat Pelapis Eksterior
Cat pelapis eksterior atau high reflectance and durable outdoor coatings memiliki daya pantul tinggi dan tahan terhadap perubahan cuaca. Apabila diterapkan pada atap dan dinding, maka dapat memantulkan radiasi sinar matahari, sehingga mengurangi suhu di dalam ruangan yang signifikan untuk penghematan energi alat pendingin.
2. Busa Pelapis
Busa pelapis untuk mempunyai panel isolasi vakum dapat mengatasi cuaca dingin. Jika diterapkan, maka dapat mengurangi biaya energi pemanasan dari 30 persen hingga 80 persen ketika musim dingin.
3. Phase Change Materials (PCM)
PCM memungkinkan dinding dan langit-langit rumah menyerap dan menghimpun panas berlebih di siang hari, lalu membuangnya di malam hari. Dengan demikian, moderasi suhu bangunan dapat dilakukan lebih efektif sepanjang hari.