Bocor Alus Politik: Mahasiswa dan 'Indonesia Gelap'

6 hours ago 8

Pekan lalu, saya dan tiga jurnalis Tempo, Francisca Christy Rosana, Hussein Abri Dongoran, dan Raymundus Rikang berada di Malang, Jawa Timur. Kami tampil dalam acara Tempo Goes to Campus yang digelar di Universitas Brawijaya, Senin, 17 Februari 2025. Mengambil tema “Mati Suri Demokrasi”, kami membahas soal 100 hari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Terus terang, kami sempat khawatir Universitas Brawijaya membatalkan acara tersebut di detik-detik akhir. Gaya ceplas-ceplos para jurnalis Tempo, seperti terlihat dalam Bocor Alus Politik, bukanlah sesuatu yang bisa diterima dengan mudah. Apalagi, kami mendapat informasi bahwa ada pejabat tinggi di Jakarta yang mempertanyakan kehadiran kami di Malang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ternyata semua berjalan lancar. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UB sebagai tuan rumah menyambut kami dengan hangat. Sejumlah dosen hadir di acara seminar, diskusi Bocor Alus, serta kelas investigasi. Mahasiswa dari berbagai jurusan, ada yang dari Fakultas Kedokteran, pun antusias. Mereka mengajukan berbagai pertanyaan kritis kepada kami.

Dekan FISIP UB, Profesor Anang Sujoko, dalam seminar bertajuk “Ancaman Demokrasi untuk Kampus”, menantang mahasiswa untuk tidak hanya berunjuk rasa soal uang kuliah tunggal dan fasilitas kampus. Ia menyodorkan persoalan konkret yang dihadapi rakyat. Saya lantas menanggapi, “Prof Anang telah kehilangan kesempatan menjadi seorang menteri.”

Setelah acara usai, seorang mahasiswa mendekati saya dan mengucapkan terima kasih. Ia mengaku menjadi lebih kritis dan aktif di kampus setelah menonton Bocor Alus Politik. Ada juga mahasiswa yang mengaku setiap Sabtu siang selalu nonton BAP sambil makan siang bersama keluarganya. Dia menjadi tahu soal kekacauan pemerintahan dengan menonton BAP.

Kami para host BAP tentu sangat bersyukur. Bukan hanya karena program itu bermanfaat, tapi lebih karena banyak mahasiswa dari generasi Z mau bersikap kritis terhadap pemerintah. Apalagi dalam situasi belakangan ini: pemerintahan yang mengarah pada otoritarianisme, menguatnya dwifungsi TNI, pembahasan aturan yang sak enak udel, dan pemotongan anggaran yang tak masuk akal.

Bersamaan dengan acara Tempo Goes to Campus, ribuan mahasiswa dari berbagai penjuru datang ke Jakarta untuk berunjuk rasa. Dengan judul aksi “Indonesia Gelap”, anak-anak muda itu dengan gagah berani memprotes berbagai kebijakan pemerintahan Prabowo yang ugal-ugalan melabrak aturan dan mengabaikan kepentingan publik.

Malam sebelum acara, para host Bocor Alus sedang berdiskusi ketika mendapat informasi soal rencana demonstrasi mahasiswa. Kami juga mendapat informasi sebagian mahasiswa UB tak bisa menghadiri acara BAP karena akan berunjuk rasa. Kami tidak khawatir bangku penonton akan kosong. Justru kami gembira karena mahasiswa masih peduli dengan kondisi negeri ini.

Ketika kembali ke Jakarta, kami pun memutuskan membuat liputan mendalam soal aksi “Indonesia Gelap”. Informasi dan data yang kami himpun menunjukkan mereka bergerak secara organik dan swadaya. Jauh dari tudingan bahwa mereka ditunggangi. Ketika mahasiswa dan kelompok masyarakat sipil bergerak secara organik, berarti persoalannya sudah sangat gawat.

Seperti biasa, di balik setiap demonstrasi besar selalu ada upaya menggembosinya. Modusnya masih sama. Intimidasi, peretasan akun WhatsApp, dan lobi-lobi dari senior. Toh mahasiswa tak gentar. Ketimbang #KaburAja Dulu, mereka memilih #LawanAjaDulu.

Anda bisa membaca cerita di balik unjuk rasa “Indonesia Gelap” di laporan utama mingguan Tempo pekan ini. Anda juga bisa menyaksikan tayangan Bocor Alus Politik di YouTube Tempo.co. Selamat membaca dan menonton.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |