TEMPO.CO, Jakarta - Ketidakpastian ekonomi yang ditandai dengan potensi inflasi ekstrem di tengah tren deflasi berkepanjangan mendorong masyarakat untuk lebih waspada dalam mengelola keuangan. Sinyal lain juga tampak dari daya beli yang melemah dengan beberapa indikator. Terutama setelah Indonesia mengawali tahun dengan deflasi month-to-month pada dua bulan pertama di tahun 2025.
Sejumlah langkah antisipatif dinilai perlu diterapkan guna menjaga stabilitas ekonomi rumah tangga di tengah kondisi yang penuh tantangan.
Baratadewa Sakti Perdana, praktisi keuangan keluarga dan pendamping keuangan bisnis UMKM, menekankan pentingnya strategi pengelolaan keuangan yang bijak sebagai langkah awal menghadapi dinamika ekonomi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Masyarakat perlu memprioritaskan anggaran untuk kebutuhan pokok seperti pangan, energi, dan kesehatan. Pengeluaran yang tidak mendesak sebaiknya dikurangi agar anggaran tetap seimbang,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara.
Ketahanan Pangan dan Belanja Efisien
Salah satu langkah yang dapat diterapkan adalah meningkatkan ketahanan pangan secara mandiri. Masyarakat dianjurkan untuk menanam sayuran di pekarangan rumah atau menerapkan metode hidroponik yang tidak membutuhkan lahan luas.
Selain itu, belanja bahan pangan langsung dari UMKM yang bekerja sama dengan petani dapat menjadi alternatif untuk mendapatkan harga lebih terjangkau. Langkah ini juga diyakini dapat memutus rantai distribusi yang panjang dan mengurangi risiko lonjakan harga akibat ulah tengkulak.
Diversifikasi Pendapatan dan Efisiensi Transportasi
Diversifikasi sumber pendapatan juga menjadi kunci dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Mengandalkan satu sumber penghasilan dinilai terlalu berisiko di situasi seperti ini.
“Usaha sampingan, seperti bisnis online atau jasa berbasis keterampilan, bisa menjadi tambahan pemasukan yang bermanfaat,” jelasnya.
Di sisi lain, pengeluaran untuk transportasi juga perlu diperhitungkan. Masyarakat disarankan beralih ke transportasi umum atau layanan berbasis aplikasi guna menekan biaya bahan bakar. Untuk perjalanan pendek, berjalan kaki atau bersepeda dapat menjadi alternatif yang lebih ekonomis sekaligus menyehatkan.
Investasi Aman dan Solidaritas Sosial
Dalam situasi ekonomi yang tidak menentu, investasi pada aset yang lebih stabil seperti emas atau mata uang asing yang kuat dapat menjadi langkah perlindungan nilai kekayaan dari dampak inflasi.
“Emas cenderung stabil dan sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Simpanan dalam mata uang asing yang lebih kuat juga bisa menjadi pilihan untuk menjaga daya beli,” papar alumnus Universitas Jenderal Soedirman itu.
Di tengah kondisi ekonomi sulit, memperkuat jaringan komunitas juga dianggap penting. Masyarakat dapat membentuk komunitas berbagi sumber daya atau sistem barter untuk mengurangi ketergantungan pada uang tunai.
“Menjaga solidaritas sosial dan memperkuat jaringan komunitas adalah cara lain untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi,” Baratadewa menjelaskan.
Antisipasi Peningkatan Kriminalitas
Masih menurut Antara, ketidakpastian ekonomi juga berpotensi meningkatkan angka kriminalitas. Untuk itu, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dengan memperketat sistem keamanan lingkungan, seperti ronda malam, pemasangan CCTV, dan penerangan yang memadai.
Dengan menerapkan strategi ini, masyarakat diharapkan lebih siap menghadapi kemungkinan inflasi ekstrem dan menjaga stabilitas keuangan rumah tangga. Adaptasi pola hidup dan pengelolaan keuangan yang lebih disiplin menjadi kunci untuk bertahan. Termasuk di tengah daya beli masyarakat yang lesu.
Pilihan editor: Daya Beli Masyarakat Lesu di Awal 2025: Deflasi, PHK Massal dan Krisis Global Jadi Pemicu Utama