TEMPO.CO, Solo - Dosen Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Annie Purwani melakukan penelitian terhadap baterai sepeda motor listrik terkait upaya pencegahan limbah baterai pasca-penggunaannya.
Annie memaparkan hasil penelitian itu dalam sidang Ujian Terbuka Promosi Doktor Teknik Industri UNS yang digelar di kampus Fakultas Teknik UNS Solo, Jawa Tengah, Jumat, 21 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelitian Annie tentang strategi dalam mengelola akhir masa penggunaan atau end-of-life (EOL) baterai swap sepeda motor listrik. Disertasinya berfokus pada penerapan rantai pasok sirkular guna memperpanjang umur baterai dan mengurangi limbah berbahaya untuk mendukung keberlanjutan industri kendaraan listrik.
Annie mengatakan sepeda motor listrik saat ini menjadi salah satu solusi transportasi ramah lingkungan. "Meningkatnya penggunaan sepeda motor listrik yang ditenagai baterai, didukung adanya Peraturan Presiden No. 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) untuk transportasi jalan," ujar Annie dalam paparannya.
Namun, tantangan besar muncul terkait pengelolaan baterai yang mencapai akhir masa pakainya, terutama baterai swap sepeda motor listrik yang hanya bertahan 5-8 tahun dan tergolong limbah berbahaya (B3).
"Untuk mengatasi masalah ini, kami mengembangkan kerangka pengelolaan siklus hidup baterai swap berbasis 4R, yakni repair, refurbish, remanufacture, dan reuse," ungkap dia.
Penelitian Annie berfokus pada mengukur dampak lingkungan serta menentukan nilai cut-off optimal guna memaksimalkan pemanfaatan kembali material, mendukung rantai pasok sirkular, dan mengurangi limbah beracun.
"Saya mengusulkan konsep end-of-life (EOL) baterai swap dengan metode life cycle assessment (LCA) untuk mengukur dampak lingkungan dan menentukan kriteria serta nilai cut-off guna mendukung rantai pasok sirkular yang lebih efisien," katanya.
Penelitian itu terdiri dari dua tahap. Pertama, pengukuran dampak lingkungan pada baterai swap 1,4 kWh dengan state of health (SOH) 80 persen. Kedua, penentuan kriteria dan nilai cut-off Eol untuk optimalisasi pengelolaan baterai.
"Pengambilan data dilakukan di PUI TPEL UNS, PT Batex (OEM), serta E-Clont, Yogyakarta, pada bulan Februari 2023 sampai dengan Februari 2024, guna memahami rantai pasok dari produsen hingga pihak ketiga," tutur dia.
Penelitian tersebut menghasilkan dua temuan utama. Pertama, pengukuran dampak lingkungan mengidentifikasi lima faktor utama, yaitu terrestrial ecotoxicity, fossil resources scarcity, human carcinogenic, global warming dan terrestrial acidification, dengan cut-off optimal pada SolH 88 persen sebelum repair, yang mampu menekan emisi karbon hingga 1.641 kg CO, eq dan meningkatkan efisiensi material hingga 0,94.
Hasil kedua, ditetapkan dua kriteria cut-off EoL berdasarkan GWP (Global Warming Potential) dan MCI (Material Circularity Index), serta model prediksi penarikan baterai Eol di swap station menggunakan Response Surface Methodology (RSM).
"Strategi ini memperpanjang masa pakai baterai dan mengurangi dampak lingkungan, serta berpotensi diintegrasikan dengan Battery Management System (BMS) untuk recall baterai yang lebih akurat sebelum mencapai end-of-life (akhir masa penggunaan)," ucap dia.
Menurutnya, temuan tersebut dapat memberikan solusi nyata bagi industri sepeda motor listrik serta mendukung pengembangan keilmuan sistem logistik dan rekayasa bisnis dalam bidang Teknik Industri.
Pilihan Editor: Potensi Menambah Produksi Bahan Bakar Fosil dari Penangkapan Karbon