Keluhuran Pesantren, Hadratus Syaikh, dan Pelajaran dari Syaikhuna Kholil

3 hours ago 7

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konten digital terkait pesantren yang viral di berbagai mendorong banyak orang mencari tahu seluk beluk pesantren. Ketika menelusuri lembaga pendidikan tertua di Nusantara itu, ada kisah menarik seputar pengembaraan pendiri Nahdlatul Ulama Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari mencari ilmu yang tampak aneh secara kasat mata, tapi ternyata mengandung hikmah ruhiyah yang luar biasa.

Ini merupakan kisah yang masyhur di kalangan santri. Biasa disampaikan kepada santri baru sebagai pelengkap bahan pengajian Kitab Ta'limul Muta'allim karangan Syekh az Zarnuji. Berikut ini kisahnya.

Ketika datang ke Pesantren Bangkalan, Madura, dengan tekad membaja untuk menimba ilmu dari ulama besar, Syaikhuna Kholil, Hasyim muda mungkin berharap segera duduk di kelas, mengkaji kitab-kitab tebal. Namun, apa yang terjadi jauh dari bayangannya.

Sang guru justru menyuruhnya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran kitab kuning, seperti mengurus ternak, membersihkan kandang, dan memanjat pohon.

Bahkan pernah suatu ketika, Syaikhuna Kholil sedih karena cincin istrinya hilang. Hasyim yang masih muda mencari itu cincin hingga masuk ke dalam kubangan kotoran hingga akhirnya menemukan perhiasan tersebut. Syaikhuna Kholil dan istrinya senang sekali sehingga meridhai Hasyim. 

Seluruh santri muda pasti bertanya-tanya, apa hubungan antara mengurus ternak, mencari cincin, dengan ilmu ?

Secara kasat mata, tugas-tugas itu terlihat remeh dan tidak relevan. Namun, di balik itu, Syaikhuna Kholil sedang menguji kesabaran, keikhlasan, dan ketaatan Hasyim. Seorang guru sejati tahu bahwa ilmu bukan hanya tentang hafalan dan pemahaman, tetapi juga tentang berkah atau ridha. Dengan patuh melaksanakan tugas-tugas yang tampaknya sepele itu, Hasyim menunjukkan adab seorang murid kepada gurunya. Ketaatan inilah yang menjadi pintu pembuka bagi ridha sang guru, yang kelak akan menderaskan ilmu Allah ke dalam hatinya.

Setelah melewati "masa ujian" itu, barulah Hasyim muda diperbolehkan untuk mengaji kitab-kitab yang berat. Namun, keajaiban terjadi. Ilmu yang ia dapatkan dari Syaikhuna Kholil tidak hanya berhenti pada pemahaman teks, melainkan meresap jauh ke dalam hati dan jiwanya.

Proses pengabdian yang melelahkan itu rupanya telah melunakkan hati dan menajamkan pikirannya, sehingga ia mampu menyerap ilmu dengan lebih cepat dan mendalam. Hasyim tidak hanya menjadi seorang alim, tetapi juga seorang yang berilmu dan berakhlak mulia.

sumber : Antara

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |