Meningkatkan Produktivitas Indonesia 2045

1 day ago 15

(Beritadaerah-Kolom) Untuk mencapai status negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045, Indonesia dihadapkan pada kebutuhan mendesak untuk menciptakan lingkungan yang mendorong pertumbuhan produktivitas secara konsisten. Strategi utama untuk mewujudkan ambisi ini adalah dengan melakukan pendalaman modal dan memungkinkan perusahaan-perusahaan dalam negeri, terutama yang berskala menengah dan besar, untuk tumbuh dalam ekosistem bisnis yang sehat.

Sejak tahun 2000, Indonesia mencatat pertumbuhan produktivitas sebesar 3,1 persen per tahun. Namun, jika ingin meraih tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen per tahun—tingkat yang dibutuhkan untuk mencapai pendapatan per kapita berpenghasilan tinggi pada 2045—maka pertumbuhan produktivitas perlu ditingkatkan menjadi 4,9 persen per tahun. Dalam skenario ini, pertumbuhan produktivitas akan menjadi motor utama karena kontribusi demografi dan partisipasi tenaga kerja diperkirakan menurun secara proporsional dibandingkan periode sebelumnya.

Negara-negara yang sebelumnya memiliki tingkat PDB per kapita serupa dengan Indonesia telah berhasil mencapai status berpenghasilan tinggi dalam rentang waktu 15 hingga 30 tahun. Mereka melakukannya dengan melipatgandakan investasi, meningkatkan produktivitas, dan memperbesar skala usaha yang ada. Indonesia pun memiliki potensi serupa jika mampu menciptakan kondisi yang kondusif untuk pendalaman modal dan mempercepat transformasi struktur ekonomi.

Skala Investasi dan Transformasi Struktural

Transformasi ekonomi Indonesia sangat ditentukan oleh struktur pelaku usahanya. Saat ini, mayoritas pekerja Indonesia berada di sektor usaha mikro informal yang menyerap sebagian besar tenaga kerja tetapi memberikan kontribusi produktivitas yang rendah. Untuk menciptakan lompatan besar menuju status negara maju, diperlukan transformasi yang memungkinkan perusahaan menengah dan besar untuk tumbuh signifikan.

Hal ini dapat dicapai melalui proses pendalaman modal yang radikal—yakni peningkatan jumlah perusahaan menengah dan besar, dari yang sekarang hanya mencakup sebagian kecil pekerjaan non-pertanian, menjadi mencakup sekitar setengahnya. Untuk memberikan gambaran, negara-negara yang telah mencapai ambang berpenghasilan tinggi biasanya memiliki lebih dari 50 persen tenaga kerja nonpertanian yang bekerja di perusahaan dengan lebih dari 50 karyawan. Di Indonesia, angkanya masih sekitar 25 persen. Maka dari itu, memperluas basis perusahaan skala menengah dan besar menjadi suatu keharusan.

Dalam konteks ini, pendalaman modal bukan sekadar menambah jumlah modal fisik per pekerja, tetapi juga meningkatkan kualitas teknologi, infrastruktur, serta kapasitas manajerial dan organisasi. Semua ini akan memungkinkan produktivitas tenaga kerja meningkat, yang pada akhirnya menghasilkan upah yang lebih tinggi dan daya saing nasional yang lebih kuat.

Kontribusi Sektor Jasa dan Perkotaan

Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan sektor industri atau pertanian untuk mencapai target pertumbuhan. Berdasarkan analisis McKinsey Global Institute, sekitar 70 persen pertumbuhan PDB tambahan yang dibutuhkan Indonesia untuk mencapai status berpenghasilan tinggi akan berasal dari sektor jasa.

Ini mencakup berbagai subsektor seperti pariwisata, jasa keuangan, teknologi informasi, logistik, serta layanan profesional dan personal lainnya. Namun, agar sektor jasa mampu berkembang, diperlukan peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan, serta reformasi kebijakan yang mendukung ekspansi dan investasi.

Selain sektor jasa, urbanisasi produktif juga menjadi faktor krusial. Kota-kota Indonesia perlu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Jika dirancang dengan baik dan layak huni, kota-kota ini bisa menarik tambahan 40 juta penduduk ke daerah perkotaan dalam dua dekade mendatang. Perpindahan ini berpotensi besar untuk memperluas basis pekerjaan formal dan produktif. Namun, urbanisasi yang tidak tertata akan memperparah masalah kemacetan, polusi, dan ketimpangan, sehingga perencanaan kota yang terintegrasi menjadi sangat penting.

Peluang pada Sektor Manufaktur

Sektor manufaktur yang selama ini menjadi andalan banyak negara berkembang dalam tahap industrialisasi tetap memainkan peran penting. Meskipun kontribusinya terhadap PDB Indonesia menurun dalam dua dekade terakhir, sektor ini masih menyimpan potensi besar—terutama jika Indonesia mampu memanfaatkan pergeseran rantai pasok global.

Baca juga : Belajar dari Tujuh Negara dengan Produktivitas UMKM Keren

Pandemi dan ketegangan geopolitik telah mendorong banyak perusahaan global untuk mendiversifikasi rantai pasok mereka dari dominasi satu negara ke strategi “China+1”. Indonesia memiliki peluang untuk mengambil sebagian dari relokasi ini jika mampu menyediakan iklim investasi yang menarik, tenaga kerja terampil, dan infrastruktur logistik yang memadai.

Sektor manufaktur juga bisa memperoleh dorongan dari pasar domestik Indonesia yang besar dan terus berkembang. Kombinasi dari permintaan lokal dan peluang ekspor akan menciptakan pasar yang cukup besar untuk investasi manufaktur bernilai tambah tinggi.

Pentingnya Lima Modal untuk Pertumbuhan Produktivitas

Untuk menjalankan agenda transformasi produktivitas ini, Indonesia harus membebaskan dan mengelola lima bentuk modal secara bersamaan. Kelima modal tersebut adalah:

  1. Modal Keuangan, akses terhadap pembiayaan harus ditingkatkan, baik melalui perbankan, pasar modal, maupun sumber alternatif seperti modal ventura dan pembiayaan digital. Indonesia juga harus meningkatkan rasio investasi terhadap PDB agar sejalan dengan negara-negara berkembang yang berhasil melakukan transformasi struktural.
  2. Modal Manusia, kualitas tenaga kerja Indonesia masih di bawah standar global, terutama dalam hal pendidikan vokasional, penguasaan teknologi, dan kecakapan abad ke-21. Investasi besar-besaran dalam pendidikan dan pelatihan sangat penting, termasuk kemitraan antara industri dan lembaga pendidikan.
  3. Modal Institusional, institusi yang kuat dan responsif sangat penting untuk memastikan kepercayaan pasar dan efektivitas kebijakan. Reformasi birokrasi, sistem perpajakan, perizinan usaha, serta penegakan hukum akan mendukung terciptanya iklim usaha yang sehat dan kompetitif.
  4. Modal Infrastruktur, konektivitas antar wilayah dan akses terhadap energi, air bersih, serta infrastruktur digital seperti internet berkecepatan tinggi akan menentukan seberapa cepat dan luas pertumbuhan ekonomi dapat tersebar secara merata.
  5. Modal Kewirausahaan, selain perusahaan besar, Indonesia membutuhkan lebih banyak pengusaha yang dapat menciptakan bisnis inovatif dan menyerap tenaga kerja. Ekosistem startup dan UMKM perlu diperkuat dengan insentif fiskal, regulasi yang ramah, serta jaringan pendampingan yang luas.

Pendalaman Modal sebagai Jalan Utama

Pendalaman modal adalah jalur paling langsung untuk meningkatkan produktivitas. Ketika perusahaan memiliki lebih banyak modal per pekerja—baik berupa mesin, perangkat lunak, fasilitas, atau teknologi—produktivitas individu akan meningkat. Hal ini pada gilirannya memungkinkan pembayaran upah yang lebih tinggi dan meningkatkan daya saing perusahaan.

Indonesia masih tertinggal dalam hal rasio modal terhadap tenaga kerja dibandingkan dengan negara-negara yang telah mencapai status berpenghasilan tinggi. Untuk mengejar ketertinggalan ini, Indonesia perlu meningkatkan investasi dalam teknologi dan peralatan kerja, serta mendukung transisi dari tenaga kerja berpendidikan rendah ke tenaga kerja yang memiliki kemampuan tinggi.

Pendalaman modal juga mendorong efek limpahan, yakni ketika perusahaan yang lebih produktif menciptakan standar baru yang kemudian ditiru oleh pelaku usaha lain di sektor yang sama. Efek ini akan mempercepat difusi produktivitas ke seluruh perekonomian.

Menghindari Jebakan Pendapatan Menengah

Banyak negara yang terjebak dalam apa yang dikenal sebagai “middle income trap” karena gagal mendorong produktivitas dan inovasi setelah mencapai tahap pembangunan tertentu. Untuk menghindari jebakan ini, Indonesia harus memperluas kapasitas inovasinya, baik melalui litbang, adopsi teknologi canggih, maupun pembangunan klaster industri bernilai tambah tinggi.

Pendalaman modal perlu disertai dengan peningkatan kapasitas teknologi dan manajerial di tingkat perusahaan. Hanya dengan cara ini perusahaan Indonesia dapat bersaing secara global, menciptakan nilai tambah yang tinggi, serta bertahan menghadapi disrupsi teknologi dan perubahan pasar internasional.

Menata Ekosistem Perusahaan

Ekosistem perusahaan yang sehat sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Indonesia membutuhkan lingkungan bisnis yang memungkinkan perusahaan tumbuh dari kecil menjadi menengah, dan dari menengah menjadi besar, dengan dukungan regulasi, pasar, dan modal yang memadai.

Saat ini, banyak perusahaan Indonesia menghadapi hambatan untuk tumbuh karena keterbatasan akses pasar, rendahnya daya beli, serta struktur biaya yang tidak efisien. Untuk mengatasi hal ini, perlu ada strategi industrialisasi yang terfokus, dukungan untuk ekspansi pasar domestik dan ekspor, serta integrasi yang lebih dalam dalam rantai pasok global.

Peran Pemerintah dan Swasta

Transformasi ini hanya bisa terjadi jika ada kolaborasi erat antara sektor publik dan swasta. Pemerintah bertanggung jawab untuk menciptakan kebijakan yang mendukung investasi, pendidikan, dan infrastruktur. Sementara itu, sektor swasta bertugas mengambil risiko, berinovasi, dan memperluas skala bisnis.

Baca juga : Meningkatkan Produktivitas Pemerintah: Pendekatan sistemik

Indonesia harus belajar dari pengalaman negara lain yang berhasil melejitkan produktivitasnya melalui kemitraan publik-swasta yang strategis. Kolaborasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk zona industri, pengembangan kawasan ekonomi khusus, inkubator teknologi, serta proyek infrastruktur strategis.

Menuju Nusantara yang Berdaya Saing

Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi luar biasa, namun juga menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan visi 2045 sebagai negara maju. Dengan mendorong pendalaman modal, meningkatkan skala perusahaan, dan mengembangkan lima jenis modal secara serentak—keuangan, manusia, institusional, infrastruktur, dan kewirausahaan—Indonesia dapat menciptakan lompatan produktivitas yang dibutuhkan.

Transformasi ini membutuhkan komitmen jangka panjang, kepemimpinan yang kuat, serta konsistensi kebijakan lintas sektor dan pemerintahan. Jika semua pemangku kepentingan bersinergi, Indonesia berpeluang menjadi salah satu kekuatan ekonomi utama dunia, tidak hanya karena jumlah penduduknya yang besar, tetapi karena kemampuannya menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan berkelanjutan.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |