Stimulus Fiskal Dorong Pemulihan Konsumsi, Jaga Harga Tetap Stabil

1 month ago 47

(Beritadaerah-Jakarta) Pemerintah mengambil langkah proaktif untuk memperkuat fondasi pemulihan ekonomi nasional dengan memperluas cakupan stimulus fiskal di paruh kedua tahun 2025. Kebijakan ini digulirkan sebagai respons atas perlambatan laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 yang tercatat hanya 4,87 persen (yoy).

Hal tersebut diungkapkan oleh Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, dalam pernyataan tertulis pada Rabu (28/5/2025).

“Perlambatan konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh 4,89 persen menjadi alasan utama pemberian stimulus tambahan. Ini merupakan kali ketiga stimulus diluncurkan sepanjang tahun ini,” ungkap Andry.

Stimulus yang disiapkan mencakup berbagai bentuk insentif langsung, seperti potongan tarif transportasi publik (kereta api, kapal laut, dan pesawat), diskon tarif tol untuk 110 juta kendaraan selama libur sekolah, serta diskon tarif listrik sebesar 50 persen bagi 79,3 juta rumah tangga berdaya rendah sepanjang Juni–Juli 2025.

Tak hanya itu, pemerintah juga memperluas jangkauan program bantuan sosial dengan menambah jumlah penerima kartu sembako dan bantuan pangan hingga menjangkau 18,3 juta keluarga, serta memberikan subsidi upah bagi pekerja dengan gaji di bawah Rp3,5 juta. Meski besarannya lebih kecil dari bantuan sebelumnya yang mencapai Rp600 ribu, insentif ini tetap dianggap mampu menjaga daya beli.

Pemerintah juga memperpanjang diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar 50 persen untuk sektor padat karya, guna meredam tekanan biaya operasional usaha sekaligus mendorong keberlanjutan lapangan kerja.

Menurut Andry, kombinasi kebijakan ini akan berdampak positif pada dua hal utama: meningkatkan konsumsi domestik dan menekan laju inflasi.

“Subsidi langsung, seperti bantuan upah dan sembako, dapat mendongkrak daya beli rumah tangga, khususnya kelompok pendapatan rendah yang memiliki kecenderungan konsumsi tinggi. Ini akan menghidupkan kembali sektor perdagangan, transportasi, dan logistik,” jelasnya.

Sementara dari sisi harga, stimulus berupa diskon pada komponen biaya hidup seperti listrik dan transportasi dapat membantu menahan laju inflasi administered prices, yang selama ini menjadi kontributor utama tekanan inflasi.

“Kami memperkirakan, kebijakan ini mampu memangkas inflasi tahunan hingga 0,2 persen poin, tetap menjaga inflasi dalam target Bank Indonesia,” ujar Andry.

Lebih jauh, ia menyebutkan bahwa stimulus ini merupakan intervensi fiskal yang terarah, yang difokuskan untuk menguatkan sisi permintaan domestik. Daya beli masyarakat adalah motor utama ekonomi Indonesia, dan strategi ini dianggap mampu mengembalikan momentum pertumbuhan setelah melemahnya ekonomi di awal tahun.

Meskipun begitu, Andry mengingatkan pentingnya pengelolaan anggaran yang hati-hati, agar pelaksanaan stimulus tidak menyebabkan lonjakan defisit dalam jangka menengah. Evaluasi dan pengawasan ketat perlu dilakukan agar stimulus benar-benar tepat sasaran dan berdampak nyata.

Jika dijalankan secara optimal, ia memperkirakan ekonomi Indonesia akan mengalami percepatan pada kuartal III dan IV, dengan proyeksi pertumbuhan masing-masing sebesar 4,90 persen dan 4,92 persen (yoy).

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |