TEMPO.CO, Jakarta - Mohammed Al Bashir, perdana menteri dalam Pemerintahan Penyelamat Suriah (SSG) menjadi pemimpin Suriah sementara sejak Selasa, 10 Desember 2024. Ia mendapat dukungan dari kelompok Hayat Tahrir al Sham (HTS) pimpinan Abu Mohammed al Golani yang sebelumnya berperan dalam menggulingkan kekuasaan dinasti Bashar al Assad.
Tentang Mohammed Al Bashir
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Menjabat hingga Maret 2025
Dalam wawancara dengan surat kabar Italia Il Corriere della Sera yang diterbitkan pada Rabu, 11 Desember 2024, Bashir mengatakan hanya akan bertahan sampai Maret 2025.
Menurut dia, prioritasnya hanya memulihkan keamanan dan otoritas negara, memulangkan pengungsi Suriah, dan menyediakan layanan penting. Ketika ditanya soal konstitusi baru Suriah akan bersifat Islami, ia mengatakan rincian ini akan diperjelas dalam proses pembuatan konstitusi.
Laporan The Independent, masih belum jelas siapa yang akan menggantikan Bashir setelah Maret 2025. Meskipun beberapa hari terakhir cukup stabil setelah berakhirnya kekuasaan Assad, masih ada kekhawatiran adanya ketidakstabilan dan kekerasan pada masa mendatang.
2. Pemerintahan Baru
Dikutip dari Sky News, pemerintahan transisi Bashir akan terdiri atas anggota-anggota Pemerintahan Keselamatan yang memerintah kubu pemberontak di barat laut sebelum jatuhnya Assad. Pemerintahan baru ini bertemu untuk pertama kalinya pada Selasa, 10 Desember 2024, dengan Perdana Menteri Mohammad Ghazi Jalal yang mengundurkan diri.
"Kami ditugaskan oleh komando umum untuk mengelola urusan-urusan pemerintah Suriah selama masa transisi," kata Bashir dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan tersebut. Bashir berharap para menteri dari pemerintahan Suriah yang lama akan membantu transisi yang baru selama beberapa bulan ke depan.
3. Tantangan Besar
Bashir yang menjadi pemimpin pemerintahan sementara menghadapi tantangan besar dalam memerintah Suriah. Warganya telah mengalami lebih dari satu dekade perang saudara. Ia ingin membawa pulang jutaan pengungsi yang telah melarikan diri dari negara itu, memulihkan keamanan dan menyediakan layanan dasar. Akan tetapi, ia menyebut bahwa hal ini sulit karena negaranya tidak memiliki cadangan mata uang asing.
"Di pundi-pundi hanya ada pound Suriah yang nilainya tidak seberapa. Satu dolar Amerika Serikat dapat membeli 35.000 koin kami," katanya kepada surat kabar Italia Il Corriere della Sera, seperti dikutip dari Sky News.
"Kami tidak memiliki mata uang asing dan untuk pinjaman dan obligasi kami masih mengumpulkan data. Jadi ya, secara finansial kami sangat buruk."
4. Hubungan dengan HTS
Dikutip dari Al Jazeera, Al Bashir memiliki hubungan dekat dengan Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok yang memimpin pengambilalihan Damaskus. SSG dengan kementerian, departemen, otoritas peradilan dan keamanannya sendiri, didirikan di benteng barat laut Idlib pada 2017. Al Bashir juga sebelumnya pernah memegang jabatan di SSG.
5. Profil Al Bashir
Mohammed Al Bashir merupakan insinyur dan politikus Suriah yang mulai menjabat sebagai perdana menteri kelima dari pemerintahan yang dideklarasikan oleh HTS, Pemerintah Keselamatan Suriah, pada Januari 2024. Ia memiliki berbagai kualifikasi yang mencakup bidang teknik, hukum, dan perencanaan administrasi.
Al Bashir meraih gelar sarjana teknik elektro dengan spesialisasi di bidang komunikasi dari Universitas Aleppo pada 2007. Pada 2021, ia memperoleh gelar sarjana syariah dan hukum dari Universitas Idlib. Pada tahun yang sama, ia juga menerima sertifikat dalam perencanaan administrasi dan sertifikasi manajemen proyek dari Akademi Internasional Suriah untuk Pelatihan, Bahasa, dan Konsultasi. Pada Januari 2024, Dewan Syura Pemerintah Keselamatan memilihnya sebagai perdana menteri.
Ida Rosdalina turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini