TEMPO.CO, Jakarta - Penyelidikan mengenai kematian Liam Payne, mantan anggota boyband One Direction, terus bergulir. Payne, yang berusia 31 tahun, ditemukan tewas pada 16 Oktober 2024 setelah terjatuh dari balkon lantai tiga Hotel CasaSur Palermo di Buenos Aires, Argentina.
Dalam sidang pembukaan di Pengadilan Koroner Buckinghamshire, Inggris, 17 Desember lalu, penyebab kematian Payne dikonfirmasi sebagai politrauma. Istilah ini mengacu pada cedera ganda yang melibatkan berbagai organ atau sistem tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sidang yang dipimpin Senior Koroner Crispin Butler mengungkap bahwa butuh waktu lebih lama untuk mengungkap detail peristiwa yang menyebabkan kematian Payne. "Meskipun investigasi di Argentina mengenai keadaan kematian Liam masih berlangsung, yang berada di luar yurisdiksi hukum saya, diperkirakan pengumpulan informasi relevan melalui jalur formal Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan akan memakan waktu cukup lama," ujar Butler dalam persidangan, berdasarkan laporan BBC pada Rabu, 8 Januari 2025.
Hasil Autopsi dan Investigasi Argentina
Pada November lalu, hasil autopsi Payne menunjukkan bahwa ia mengalami trauma ganda serta pendarahan internal dan eksternal akibat jatuh dari balkon. Kantor Kejaksaan Argentina menambahkan, tes toksikologi menemukan jejak alkohol, kokain, dan antidepresan resep dalam tubuh Payne. Namun, mereka menyatakan, “Tidak ditemukan tanda-tanda tindakan melukai diri sendiri atau intervensi fisik oleh pihak ketiga yang berkontribusi pada kematian Payne.”
Dalam pernyataan resmi Kantor Kejaksaan Argentina, dilansir dari People, laporan medis menunjukkan bahwa Payne mungkin terjatuh dalam kondisi setengah atau sepenuhnya tidak sadar. Untuk itu, fakta tersebut menepis dugaan bahwa Payne terjatuh dalam keadaan sadar.
Lima Orang Telah Didakwa
Sejauh ini, lima orang yang diduga bertanggung jawab atas kematian Payne telah didakwa. Berdasarkan pernyataan Kantor Kejaksaan Nasional Kriminal dan Koreksi Argentina pada 30 Desember 2024, mereka adalah Gilda Martin (manajer hotel), Esteban Grassi (resepsionis), Rogelio ‘Roger’ Nores (teman Payne), serta dua karyawan hotel, Ezequiel Pereyra dan Braian Paiz.
Martin, Grassi, dan Nores didakwa atas pembunuhan karena kelalaian. Martin dianggap lalai karena tidak mencegah Payne, yang sedang dalam kondisi tidak stabil untuk kembali ke kamarnya. Grassi diduga memerintahkan tiga orang lainnya untuk menyeret Payne kembali ke kamar tanpa memastikan keselamatannya.
Nores, teman dekat Payne, juga dianggap lalai karena tidak memberikan bantuan meskipun mengetahui kondisi Payne yang kecanduan berat. “Dalam kasus ini, saya tidak melihat bahwa para terdakwa merencanakan atau menginginkan kematian Payne,” ujar Hakim Laura Bruniard dari Pengadilan Kriminal dan Koreksi Nasional No. 34 dalam pernyataannya.
Namun, menurutnya, mereka menciptakan risiko kematian yang tidak dapat diterima secara hukum. “Martin sebagai manajer membiarkan Payne naik ke kamar 310. Grassi memimpin kelompok yang membawa Payne ke kamar tersebut. Apa yang terjadi seharusnya dapat diperkirakan,” kata dia.
Sementara itu, Pereyra dan Paiz menghadapi tuduhan menjual kokain kepada Payne pada hari-hari menjelang kematiannya. Berdasarkan dokumen kejaksaan, Pereyra diduga menjual kokain pada 15 dan 16 Oktober, sementara Paiz melakukannya pada 14 Oktober. Hukuman untuk Martin, Grassi, dan Nores diperkirakan berkisar antara 1 hingga 5 tahun penjara, sedangkan Pereyra dan Paiz menghadapi ancaman hukuman 4 hingga 15 tahun penjara.
Pada 20 November 2024, keluarga, teman, dan penggemar berkumpul untuk pemakaman Liam Payne di sebuah gereja abad ke-12 di pedesaan Inggris. Mantan rekan band Payne di One Direction—Harry Styles, Louis Tomlinson, Niall Horan, dan Zayn Malik, hadir memberikan penghormatan terakhir. Hadir juga kekasihnya, Kate Cassidy, serta Cheryl, mantan pasangannya yang juga ibu dari putra Payne.
BBC | PEOPLE