TEMPO.CO, Mataram - Berada di kaki Gunung Layur, di sisi tenggara Rinjani, Desa Lebah Sempage menawarkan suasana pedesaan yang asri dengan pemandangan alam yang menakjubkan. Di sini, Gunung Rinjani dan anak-anaknya selalu terlihat dari kejauhan, sungai alam mengalir melintasi lembah, dan deretan tebing batu yang terukir indah oleh alam. Di beberapa titik, terdapat sejumlah goa, namun yang paling populer adalah Gua Lawah atau sering disebut Gua Gerodokan oleh sebagian warga.
Desa ini dapat ditempuh dari pusat kota Mataram dengan jarak sekitar 23 kilometer. Dengan waktu tempuh 39 menit berkendara santai melalui jalan utama provinsi menuju kota Narmada, kemudian melewati Desa Wisata Sesaot. Akses jalan dari Mataram hingga ke lokasi semua berupa aspal hotmix yang dapat diakses oleh berbagai jenis kendaraan. Sementara dari Kuta Mandalika, jaraknya sekitar 53 kilometer dengan waktu tempuh 1 jam 15 menit.
Gua Lawah dan mitos antara pulau Lombok dan Bali
Gua Lawah bukanlah sebuah destinasi wisata baru. Sejak awal tahun 90-an, goa ini telah menjadi lokasi perkemahan yang populer di kalangan pecinta alam. Keberadaan lahan lapang yang cukup luas di atas badan gua yang dikelilingi pepohonan lebat, menjadikannya tempat yang sempurna untuk berkemah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada masa lampau, Gua Lawah merupakan tempat masyarakat kuno Suku Sasak menyepi dan bermeditasi untuk mencari ketenangan. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah uang kepeng kuno dan benda pusaka yang tertimbun di balik dinding gua dan diantara deretan altar batu yang tersebar di dalam masing masing ruang gua.
Cerita tutur mengatakan bahwa keberadaan Gua Lawah telah diketahui sejak zaman Anak Agung. Konon, salah seorang keluarga raja pernah menyusuri goa dengan bermodalkan seikat bobok (daun kelapa kering) sebagai penerang dan keluar di Goa Lawah, Klungkung, Bali. Kemungkinan dari peristiwa itulah goa ini mendapatkan namanya sebagai Gua Lawah. Sebuah nama yang sama persis dengan Gua Lawah di Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali.
Salah seorang pelopor dan penggiat pariwisata di Desa Lembah Sempaga, Sapta Setiawan, menyebutkan Gua Lawah yang berhasil diakses oleh warga terdiri dari tiga ruangan. Meskipun sebenarnya masih terdapat sebuah lorong panjang yang belum dieksplorasi karena adanya runtuhan akibat penggunaan alat berat saat penggalian proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro atau PLTMH.
Sapta Setiawan berharap hal ini bisa menjadi agenda pembenahan oleh pihak pengelola dan dinas terkait untuk membuka dan memperlebar akses masuk ke ruang kedua. Selain itu membersihkan sisa reruntuhan yang menutup akses ke ruang ketiga. Dengan begitu Gua Lawah tidak hanya sekedar menjadi destinasi camping, tetapi juga caving atau jelajah gua.
Tren caving di dunia
Caving atau jelajah gua merupakan salah satu tren Adventure Travelers di Eropa, menurut Goa Heritage. Pada tahun 2022, Geo Heritage mencatat bahwa sekitar 70 juta wisatawan setiap tahun memilih gua sebagai tujuan wisata.
Menurut Adit R. Alfath, pemilik Lombok Friendly yang juga menyukai caving, pulau Lombok memiliki landskap yang didominasi oleh pegunungan dan keberadaan Gua bisa ditemukan di banyak tempat pulau Lombok. “Hanya saja belum “satupun” yang dikelola dengan baik sebagai sebuah destinasi wisata,’’ ujarnya, pemerhati potensi serta pengembangan desa wisata.
Bahkan sebuah gua yang berada di kawasan populer wisatawan,, seperti Gili Trawangan, belum tersentuh sama sekali. Padahal gua tersebut tidak hanya menawarkan keunikan kontur alam, tetapi juga menyimpan sejarah pendudukan Jepang di masa lalu”, ucap Adit yang pernah tinggal di Gili Trawangan selama tiga tahun.
Lebih lanjut, Adit menyebutkan bagi masyarakat pulau Lombok, kegiatan menjelajahi gua bukanlah hal yang baru. Sejak zaman dahulu kala, masyarakat Lombok telah terbiasa menjadikan gua sebagai lokasi bertapa atau semedi yang pada praktiknya sama saja dengan meditasi bagi para Yogis. Melihat fakta ini, Lombok memiliki peluang besar untuk menjadi destinasi caving yang layak diperhitungkan oleh para petualang, bahkan Speleolog yang mempelajari tentang gua.
Adit menambahkan keberadaan Gua Lawah di Desa Lebah Sempage, Kecamatan Narmada ini bisa menjadi pilot project untuk memperkenalkan caving kepada para wisatawan yang berkunjung ke pulau Lombok. ‘’Bagi wisatawan umum, beberapa gua di pulau Lombok bisa menjadi destinasi semi-adventure dan wellness retreat. Salah satunya ya Goa Lawah ini.” katanya.
Eat Palang dan 9 Air Terjun Rahasia
Selain Gua Lawah, terdapat sebuah sungai alam yang pada peta Hindia Belanda terbitan tahun 1894 disebut Eat Palang. Sungai ini mengalir persis di bawah badan goa, dan di sisi kiri serta kanannya terdapat sekitar 9 air terjun kecil yang cukup cantik yang memperkuat keindahan alam dan daya tarik Desa Lembah Sempaga sebagai destinasi wisata caving dan camping yang berbeda dengan tempat lainnya di pulau Lombok.
Menurut Sapta Setiawan, sembilan air terjun yang mengalir dari dinding dinding tebing sungai baik di sisi kiri maupun kanan sejatinya memiliki debit air yang besar dan konsisten sepanjang tahun, namun sebagian besar airnya telah dimanfaatkan untuk keperluan PDAM, PLTMH, dan juga untuk keperluan air minum warga desa Lebah Sempaga.
Fasilitas Camping di Gua Lawah Lebah Sempage
Pengelola Wisata Gua Lawah Lebah Sempage Mada menjelaskan, terdapat sejumlah fasilitas yang lengkap dan memadai untuk kenyamanan dan pengalaman berkemah yang menyenangkan bagi setiap pengunjung. Di antaranya, enam unit toilet, mushola, warung deret yang menyediakan berbagai makanan dan minuman, akses listrik selaam 24 jam, serta area parkir.
Kalau tertarik berkemah di kawasan wisata ini, pengelola juga menyediakan penyewaan berbagai perlengkapan camping, seperti tenda, hammock, griller, dan keperluan lainnya. Selain itu, pengunjung juga dapat memancing di kolam ikan nila dan menikmati olahan ikan saat berkemah di Gua Lawah. “Pengunjung juga bisa memancing di kolam ikan nila yang berada di lokasi dan memanggangnya di tempat,” ujar Mada.