TEMPO.CO, Jakarta -
Partikel nano dan mikroplastik (NMP) semakin mencemari lanskap perkotaan dan pedesaan. Studi terbaru yang dilakukan tim peneliti internasional, termasuk dari Universitas Freiburg, menyatakan, bahkan lebah dan serangga bermanfaat lainnya juga terkena dampaknya.
Padahal, jika serangga menelan partikel plastik ini dari makanan atau udara, hal itu dapat merusak organ dan mengubah perilaku mereka. Dampak berikutnya adalah itu akan menghambat kemampuannya melakukan layanan ekosistem penting seperti penyerbukan dan pengendalian hama. Ini menimbulkan risiko besar terhadap keanekaragaman hayati, produksi pertanian, dan ketahanan pangan global.
Partikel Plastik di Lingkungan Pertanian
Partikel mikroplastik , berukuran antara satu mikrometer hingga lima milimeter, dan bahkan nanoplastik yang lebih kecil lagi, mulai masuk ke lahan pertanian. Meskipun dampak berbahaya NMP dalam air dan terhadap spesies individu telah terdokumentasi dengan baik, namun belum ada tinjauan sistematis tentang bagaimana partikel ini memengaruhi ekosistem pertanian.
Untuk mengatasi kesenjangan ini, para penulis merangkum 21 penelitian yang telah dipublikasikan sebelumnya. Mereka berfokus pada bagaimana serangga penyerbuk dan serangga bermanfaat lainnya bersentuhan dengan NMP dan konsekuensi konsumsi terhadap serangga, ekosistem yang bergantung, dan produksi pertanian.
Para peneliti mengidentifikasi berbagai sumber yang menyebabkan NMP berakhir di lahan pertanian, termasuk film plastik, pupuk, air yang tercemar, dan endapan atmosfer. Partikel plastik ini terakumulasi di dalam tanah, dan penyerbuk penting serta serangga pengendali hama menelannya dari udara dan makanan atau menggunakannya untuk membangun sarang.
Dampak Plastik terhadap Lebah
Penelitian tersebut menemukan bahwa konsumsi plastik oleh lebah menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, melemahnya sistem kekebalan tubuh, dan perubahan perilaku. Hal ini membuat lebah lebih rentan terhadap penyakit, yang mungkin menyebabkan penyerbukan tanaman menjadi kurang efektif.
Iklan
Salah satu penulis studi, profesor konservasi alam dan ekologi lanskap di Universitas Freiburg, Alexandra-Maria Klein menemukan mikroplastik di dalam usus lebah dan melihat bagaimana lebah liar menggunakan plastik untuk membangun sarang.
"Oleh karena itu, kami perlu segera menyelidiki interaksi apa yang terjadi dengan pemicu stres lainnya, seperti perubahan iklim, bagi lebah dan layanan penyerbukannya," kata Profesor Klein yang dikutip dari Earth.com, Sabtu, 19 Oktober 2024.
Menurut Klein, penurunan layanan penyerbukan berdampak negatif terhadap hasil panen. Polusi plastik ini dapat semakin memperburuk ketidakpastian yang ada dalam pasokan pangan global.
Klein menambahkan, NMP memperburuk ancaman yang ditimbulkan oleh pemicu stres lingkungan lainnya seperti pestisida, polusi kimia, jamur, dan patogen. Beberapa wilayah menjadi titik panas sebagai tempat partikel plastik berinteraksi dengan virus berbahaya. Sebagai akibat interaksi tersebut, NMP dapat berdampak serius pada penyerbuk dan dengan itu berpengaruh pada stabilitas sistem pangan.
Para peneliti menekankan keterbatasan kajian mereka. Misalnya, mereka mencatat bahwa hanya ada sedikit data yang tersedia mengenai penyerbuk penting dan serangga bermanfaat seperti lebah dan kepik. Selain itu, data saat ini tidak memungkinkan adanya penjelasan yang berbeda mengenai dampak berbagai ukuran dan jumlah partikel nano dan mikroplastik.
Para peneliti menekankan bahwa penelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk lebih memahami masalah polusi plastik yang terus berkembang dan juga menemukan solusinya. "Namun, saat ini sudah jelas bahwa ada kebutuhan mendesak untuk pengendalian politik terhadap polusi plastik," kata Klein.
Para ahli mencatat bahwa penelitian masa depan soal NMP harus menargetkan pengembangan dan penyempurnaan metode yang dapat diterapkan di laboratorium, semi-lapangan, dan studi lapangan untuk mengatasi implikasinya bagi keamanan pangan global.
Pilihan Editor: Hiu Paus 7 Meter Terdampar di Pantai Wotgalih Lumajang