TEMPO.CO, Jakarta - Seorang profesor Israel dan direktur sebuah lembaga pemikir terkemuka di Israel telah mengakui bahwa demonstrasi dan kekerasan di ibu kota Belanda, Amsterdam, pekan lalu bukanlah anti-Semit, melainkan anti-Israel atau anti-Zionis.
Pekan lalu, perkelahian pecah di jalan-jalan ibukota Belanda, Amsterdam, yang dipicu oleh para pendukung tim sepak bola Israel, Maccabi Tel Aviv, ketika mereka meneriakkan hinaan anti-Arab dan anti-Palestina, mencabut bendera-bendera Palestina dari properti-properti, dan menyerang penduduk setempat yang berusaha mencegah mereka.
Insiden tersebut mengakibatkan banyak fans dan penyerang Israel dipukuli, sehingga menimbulkan tuduhan dan laporan media mengenai meluasnya serangan anti-Semit “pogrom” terhadap orang Yahudi.
Dalam sebuah wawancara dengan media, Dr Maya Sion-Tzidkiyahu - direktur Program Hubungan Israel-Eropa di lembaga pemikir Israel, Mitvim, dan seorang dosen di Forum Eropa Universitas Ibrani dan Program Studi Uni Eropa Universitas Tel Aviv - menyatakan bahwa para demonstran yang menentang para pendukung Israel "tidak mencari orang Yahudi; serangan mereka ditujukan kepada orang Israel. Mungkin saja beberapa dari mereka memang anti-Semit, namun yang terjadi di sini sebenarnya adalah anti-Zionisme atau anti-Israelisme."
Sambil mengklarifikasi bahwa "tidak ada pembenaran untuk kekerasan", para perusuh tandingan "secara khusus membalas dendam kepada orang yang merobek bendera Palestina dan menyerukan kematian orang-orang Arab. Tindakan orang-orang di Amsterdam adalah hasil dari sentimen anti-Israel. Ada anti-Semitisme baru yang sangat tajam, tetapi di Amsterdam, itu terutama anti-Israel dan anti-Zionis."
Sion-Tzidkiyahu beralasan bahwa "sebagai orang Israel, kita harus memahami bagaimana kita dipandang di Eropa". Merujuk pada simpati yang langsung diberikan kepada warga Israel setelah serangan Hamas ke wilayah yang dikuasai Israel pada tanggal 7 Oktober tahun lalu, ia mengakui bahwa "sebulan setelah perang, jumlah korban sipil di Gaza menimbulkan gelombang anti-Israel yang sangat besar. Sangat mudah untuk menepis segala sesuatu dengan kata 'anti-Semitisme'."
Profesor tersebut memperingatkan bahwa, selama pemerintah Israel dan sekutunya di Eropa dan Barat terus mengklaim bahwa penentangan terhadap Israel dan kejahatan perangnya adalah anti-Semitisme, Tel Aviv "membahayakan nasib orang-orang Yahudi Eropa dengan anti-Semitisme yang benar-benar berasal dari anti-Israelisme dan anti-Zionisme".
Lebih lanjut dia mengakui bahwa "meskipun serangan kali ini adalah anti-Israelisme dan anti-Zionisme, sebagai orang Israel, kita harus memahami bahwa tindakan Israel di Gaza menantang dan bahkan membahayakan orang Yahudi Eropa dan kelanjutan kehidupan Yahudi di Eropa karena meningkatnya serangan anti-Semit terhadap mereka."
“Pasukan Anti-semit”
Istilah anti-semit dalam kerusuhan Amsterdam digunakan oleh pemerintah kota. Wali Kota Femke Halsema menyebut warganya yang Pro-Palestina yang bentrok dengan penggemar sepak bola Maccabi Tel Aviv dengan “Pasukan Serang-Lari Anti-Semit”. Ia menyalahkan kelompok pro-Palestina telah menyerang penggemar Maccabi, meskipun belum ada hasil penyelidikan tentang kejadian tersebut.
Halsema mengatakan penggemar sepak bola Maccabi telah "diserang, dilecehkan dan dilempari kembang api" di sekitar kota, dan bahwa polisi anti huru-hara turun tangan untuk melindungi mereka dan mengawal mereka ke hotel.
Video-video di media sosial menunjukkan polisi anti huru-hara sedang beraksi, dengan beberapa penyerang meneriakkan cercaan anti-Israel. Beberapa rekaman juga menunjukkan para pendukung Maccabi Tel Aviv meneriakkan slogan-slogan anti-Arab sebelum pertandingan Kamis malam.
"Kami melihat banyak demonstrasi, banyak orang yang berlari. Itu sangat, sangat menakutkan," kata Joni Pogrebetsy, seorang penggemar sepak bola Israel yang berada di Amsterdam untuk menyaksikan pertandingan tersebut.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel mengirim pesawat ke Belanda untuk membawa pulang para penggemar.
Amsterdam melarang demonstrasi selama akhir pekan dan memberikan wewenang penghentian dan penggeledahan darurat kepada polisi sebagai tanggapan atas kerusuhan yang mengekspos kemarahan mendalam atas konflik Gaza-Israel.
Halsema mengatakan bahwa polisi kota terkejut setelah pihak keamanan gagal menandai pertandingan melawan Ajax Amsterdam, yang secara tradisional diidentifikasi sebagai klub Yahudi, sebagai pertandingan yang berisiko tinggi.
"Pasukan serang-lari antisemit" telah berhasil menghindari sekitar 200 petugas, katanya.
REUTERS | MIDDLE EAST MONITOR