TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Ukraina dapat ditempatkan di bawah "pemerintahan sementara" sebagai bagian dari proses perdamaian yang dapat mencakup bantuan dari Korea Utara dan sekutu Moskow lainnya, menurut media pemerintah Rusia.
Berbicara kepada sekelompok prajurit di pelabuhan utara Rusia, Murmansk, Putin memaparkan beberapa ketentuan untuk proses perdamaian untuk mengakhiri perang tiga tahun yang diluncurkan oleh Moskow pada Februari 2022, menurut kantor berita negara Rusia, TASS seperti dilansir Al Jazeera pada Jumat 28 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Putin juga mengatakan negara-negara lain harus terlibat dalam proses perdamaian di luar Amerika Serikat dan Rusia, termasuk Korea Utara.
"Ini bukan hanya Amerika Serikat tetapi juga Republik Rakyat Cina, India, Brasil, Afrika Selatan, semua negara BRICS," kata Putin.
"Dan banyak lainnya, misalnya, termasuk Republik Rakyat Demokratik Korea," katanya, menggunakan nama resmi Korea Utara.
Pyongyang dilaporkan mengirim lebih dari 3.000 tentara baru untuk bergabung dengan pasukan Rusia yang bertempur di Ukraina, menurut militer Korea Selatan. Ini melampaui 11.000 tentara yang dikirim tahun lalu.
Putin juga mengatakan siap untuk bekerja dengan negarap-negara Eropa pendukung Kyiv, meskipun "bertindak tidak konsisten, terus-menerus mencoba membodohi kami".
"Tapi tidak apa-apa, kami sudah terbiasa. Saya harap kami tidak akan membuat kesalahan berdasarkan kepercayaan yang berlebihan kepada apa yang disebut mitra kami," katanya, menurut TASS.
Pujian dilontarkan Putin untuk Presiden AS Donald Trump, yang digambarkan pemimpin Rusia sebagai "dengan tulus mengharapkan akhir konflik ini".
Putin juga menyerukan pemilihan baru di Ukraina dan "penandatanganan kesepakatan utama" setelah negara itu berada di bawah pemerintahan sementara, kata TASS.
"Pada prinsipnya, tentu saja, pemerintahan sementara dapat diperkenalkan di Ukraina di bawah naungan PBB, Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan mitra kami," kata Putin.
"Kami mendukung menyelesaikan semua masalah ini dengan cara damai," katanya. "Namun, dengan menghilangkan penyebab asli yang memicu situasi saat ini," tambahnya.
Menurut AS, Kyiv dan Moskow sepakat untuk menghentikan serangan militer terhadap kapal-kapal di Laut Hitam. Namun sejak itu, kedua negara saling menuduh tidak menanggapi pembicaraan damai dengan serius.
Setelah kesepakatan itu, Ukraina menuduh Rusia meluncurkan serangan pesawat tak berawak semalam di Kota Mykolaiv, yang digambarkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai "sinyal yang jelas kepada seluruh dunia bahwa Moskow tidak akan mengejar perdamaian sejati".
Rusia secara terpisah menuduh Ukraina melakukan serangan pesawat tak berawak terhadap fasilitas penyimpanan gas dan instalasi listrik di wilayah yang dikuasai Rusia, yang bertentangan dengan kesepakatan untuk tidak menyerang fasilitas listrik satu sama lain.
Media Rusia mengatakan putaran kedua pembicaraan akan dilanjutkan di Riyadh pada pertengahan April.
Komentar Putin menyusul negosiasi terpisah di Riyadh, Arab Saudi pekan ini antara pejabat Rusia, Ukraina dan AS yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata sementara.