TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Indonesia untuk Vatikan Michael Trias Kuncahyono menyampaikan bagaimana reaksi umat Katolik di Vatikan menanggapi pesan perdamaian Paus Fransiskus. Satu hari sebelum wafat di usia ke-88 tahun, Paus menyampaikan pesan itu di hadapan publik saat peringatan Paskah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Paus menyampaikan perdamaian di Gaza, Israel, Afrika, dan negara-negara yang lagi perang. Di Yaman dan lain-lain," kata Trias kepada Tempo, Senin malam, 21 April 2025. Saat peringatan Paskah, Trias hadir langsung di Lapangan Santo Patrus bersama jemaat Katolik lain yang menantikan kemunculan Paus.
Menurut Trias, Paus tidak membacakan pesan itu secara langsung. Melainkan disampaikan oleh seorang uskup yang juga berada di balkon Basilika Santo Petrus, Kota Vatikan setelah ibadah Misa. Trias berujar salah satu hal yang ditekankan Paus adalah bagaimana umat Katolik di Gaza, Palestina, menderita.
Sehingga Paus mendesak adanya perdamaian bagi negara-negara yang diserang. "Ketika dibacakan Uskup itu menyebut Gaza, (umat) tepuk tangan, menyebut Ukraina, (umat) tepuk tangan. Itu kan salah satu indikasi bagaimana tanggapan umat Paus ini sangat peduli terhadap imbauan perdamaian," ujar Trisna.
Trias menilai umat Katolik saat itu memberikan respon positif terhadap ajakan Paus untuk mengakhiri perang. Bahkan, Trias mengaku ikut bertepuk tangan begitu melihat antusiasme jemaat lain. Ia menegaskan bahwa Vatikan memiliki prinsip dasar penyelesaian konflik berupa Two State Solution, terutama untuk Palestina-Israel.
"Jadi harus ada dua negara dari hasil perundingan perdamaian itu. Tentu, satu adalah Israel, kedua adalah negara Palestina, kalau tidak ada itu, tidak akan ada perdamaian," tutur Trias. Ia menilai gagasan itu penting dan harus terus digaungkan oleh pemimpin-pemimpin negara luar yang tidak terlibat sengketa.
Paus Fransiskus dikenal sebagai Pemimpim Tertinggi Katolik yang vokal menyuarakan perdamaian untuk Palestina. Di akhir hayatnya, Paus berkata rakyat Gaza berada dalam benaknya.
"Aku memikirkan orang-orang di Gaza, khususnya komunitas Kristiani di sana, di mana konflik mengerikan terus menimbulkan kematian dan kehancuran," kata Paus melalui pesan yang dibacakan seorang ajudan di balkon Basilika Santo Petrus, Kota Vatikan pada Ahad, 20 April 2025.
Dalam pesannya, laki-laki yang telah menjadi Paus selama 12 tahun itu menilai konflik di Gaza telah menciptakan situasi yang dramatis dan memprihatinkan. Dia pun meminta pihak-pihak yang berkonflik segera menghentikan pertikaian.
Aku mengimbau kepada pihak-pihak yang bertikai: segeralah mengadakan gencatan senjata, bebaskan para sandera, dan tolonglah rakyat yang kelaparan yang mendambakan masa depan penuh damai!" ujar Paus Fransiskus.
Menurut Paus, dirinya merasa dekat dengan penderitaan semua orang di Palestina dan Israel. Dalam kesempatan tersebut, Paus Fransiskus menyoroti semakin parahnya sentimen anti-Yahudi di seluruh dunia. Namun, pada saat yang sama, dia menyampaikan dirinya terus memikirkan penderitaan rakyat Gaza yang berkelanjutan.
Selain memberi pesan soal perdamaian di Gaza, Paus Fransiskus juga membicarakan konflik-konflik lain dalam berkatnya. Di antaranya krisis kemanusiaan di Yaman, perang di Ukraina, hingga konflik bersenjata di Myanmar.
Camerlengo Gereja Romawi Suci Kardinal Kevin Farrell mengumumkan kabar duka berpulangnya Paus pada satu hari setelah Paskah melalui keterangan tertulis. Kardinal Kevin menyebut Paus wafat pada pukul 07.35 waktu Vatikan.
Sultan Abdurrahman berkontribusi pada penulisan artikel ini.