Rupiah Tertekan, Bank Indonesia Perkuat Pertahanan Nilai Tukar di Tengah Guncangan Global

1 week ago 11

(Beritadaerah-Jakarta) Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memanaskan dinamika pasar keuangan dunia. Kebijakan tarif saling balas kedua negara adidaya ini mendorong arus keluar modal dari negara berkembang, termasuk Indonesia, dan memicu tekanan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.

Dampaknya terlihat nyata: Rupiah ditutup melemah 69,5 poin atau 0,41 persen ke level Rp16.891 per dolar AS, Selasa (8/4/2025), dari posisi sebelumnya di Rp16.822 per dolar AS.

Tekanan terhadap Rupiah semakin terasa ketika pasar domestik libur panjang menyambut Idulfitri 1446 H, sementara gejolak terjadi di pasar keuangan global. Respon cepat pun dilakukan Bank Indonesia (BI) dengan melakukan intervensi sejak dini di pasar off-shore Non-Deliverable Forward (NDF).

> “Intervensi ini kami lakukan secara berkelanjutan di pasar Asia, Eropa, hingga New York, untuk meredam fluktuasi nilai tukar,” jelas Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Rabu (9/4/2025).

Langkah tersebut disepakati dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 7 April 2025, sebagai bagian dari strategi stabilisasi terhadap tekanan eksternal yang kian menguat.

Begitu pasar kembali dibuka pada 8 April, BI meningkatkan intensitas aksinya di pasar valas (baik spot maupun Domestic NDF) dan melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Ini dibarengi dengan penguatan instrumen likuiditas Rupiah untuk menjaga ketahanan sistem keuangan.

> “Langkah agresif juga dilakukan di pasar domestik sejak awal pembukaan pasar kemarin. Semua instrumen kami optimalkan untuk memastikan stabilitas nilai tukar dan perbankan,” tambah Ramdan.
Situasi Masih Dalam Kendali**

Meski tekanan terjadi, para pejabat tinggi menegaskan bahwa kondisi nilai tukar saat ini masih berada dalam ambang yang terkendali.

> “Tidak mengkhawatirkan, semuanya masih dalam level yang cukup baik,” ujar Deputi Gubernur BI Juda Agung, dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI, Selasa (8/4/2025).

Juda juga menilai bahwa pelemahan ini belum berdampak signifikan terhadap utang korporasi dalam denominasi dolar AS. Pemerintah, tambahnya, telah menyiapkan strategi mitigasi seperti lindung nilai (hedging) guna menjaga stabilitas sektor korporasi.

Senada, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa kinerja Rupiah masih relatif tangguh dibandingkan mata uang negara lain.

> “Kalau dibandingkan dengan Jepang, misalnya, posisi kita jauh lebih baik. Jadi ini masih wajar,” ujarnya.

Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan juga menyampaikan bahwa meskipun Rupiah sempat menembus kisaran Rp17.000, situasi tersebut masih bisa ditoleransi, terutama dalam konteks kebijakan tarif yang diberlakukan Amerika Serikat.

> “Level ini masih bisa dibilang aman dan bagian dari penyesuaian pasar atas dinamika global,” ungkapnya.

Menurut Luhut, eskalasi perang dagang AS–Tiongkok menjadi risiko utama yang dapat memperburuk tekanan eksternal. Untuk itu, DEN telah menyusun berbagai simulasi untuk mengantisipasi dampaknya terhadap ekonomi nasional.

Sinergi antara Bank Indonesia dan pemerintah diharapkan dapat memperkuat fondasi ekonomi nasional, menjaga daya tahan pasar keuangan, serta membangun kepercayaan investor di tengah situasi global yang tidak menentu.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |