Sejarah Al Khoziny: Jejak Pesantren Sepuh yang Diguncang Tragedi

5 hours ago 7
Daftar Isi

Surabaya, CNN Indonesia --

Di sebuah gang kecil yang padat di Jalan KHR Moh Abbas I/18, Desa Buduran, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) berdiri sebuah pesantren tua yang sarat sejarah, Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny.

Dari Ponpes yang usianya disebut 125 tahun itu, jejak panjang keilmuan Islam di Sidoarjo mengalir, menumbuhkan banyak ulama besar.

Namun, pada Senin, 29 September 2025, Ponpes dengan sejarah panjang itu diguncang duka. Salah satu bangunan di kompleks pesantren ambruk, menelan 67 korban jiwa dan melukai banyak santri. Tragedi itu seolah menjadi ujian berat bagi pesantren yang telah bertahan lebih dari satu abad lamanya ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jejak kiai sepuh

Melansir NU Online, Pesantren Al Khoziny berdiri dari tangan seorang ulama kharismatik, Raden Khozin Khoiruddin, yang lebih dikenal masyarakat sebagai Kiai Khozin Sepuh. Beliau merupakan menantu Ya'qub, pengasuh Pesantren Siwalanpanji pada periode ketiga.

Hubungan ini menandakan sejak awal, Al Khoziny tumbuh di lingkungan intelektual dan spiritual yang kental dengan tradisi keilmuan pesantren klasik.

Nama 'Al Khoziny' diambil dari nama pendirinya, namun masyarakat lebih mengenalnya sebagai Pesantren Buduran, sesuai dengan letak geografisnya.

Dari pesantren ini, lahir ulama dan tokoh-tokoh seperti Usman Al Ishaqi dari Al Fitrah Kedinding Surabaya, As'ad Syamsul Arifin dari Situbondo, hingga Zainal Abidin Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo saat ini.

Tahun berdiri

Selama puluhan tahun, para peneliti memperkirakan Pesantren Al Khoziny berdiri antara tahun 1926-1927. Namun, hal itu ditepis oleh pengasuh saat ini, R Abdus Salam Mujib, saat Haul Masyayikh dan Haflah Rajabiyah ke-80 tahun 2024. Menurutnya, pesantren ini sudah ada sejak sekitar tahun 1920, bahkan mungkin lebih awal.

Cerita ini berawal dari kunjungan rombongan alumni asal Yogyakarta beberapa tahun lalu. Ketua rombongan yang sudah berusia lanjut bercerita bahwa ayahnya merupakan santri pertama Al Khoziny, R Moh Abbas bin KHR Khozin Khoiruddin. Ia mondok di Buduran sekitar lima tahun, dimulai pada tahun 1920.

Dari hitungan Abdus Salam Mujib yang juga Rais Syuriyah PCNU Sidoarjo itu, Al Khoziny diyakini telah ada sejak 1915-1920, berumur lebih dari seratus tahun dan menjadi salah satu pesantren tertua di Sidoarjo.

Seratus tahun perjalanan

Dalam usianya yang melampaui satu abad, Al Khoziny telah melahirkan ribuan alumni, mencetak para kiai, guru ngaji, dan tokoh masyarakat. Namun siapa yang menyangka, pondok sepuh itu akan menanggung luka begitu dalam pada Senin pagi, 29 September 2025.

Bangunan tiga lantai di kompleks pesantren roboh, menimpa para santri yang tengah Salat Ashar berjemaah. Suasana khusyuk ibadah berubah menjadi kepanikan dan tangis. Peristiwa itu menjadi pengingat pahit, bahwa warisan keilmuan yang besar sekalipun bisa runtuh seketika bila tidak dijaga dengan baik.

Kini, reruntuhan itu mulai dibersihkan. Santri-santri diselamatkan. Puluhan di antara mereka berpulang dalam keadaan ibadah terakhir mereka. Sejarah panjang Al Khoziny, yang lahir dari keteguhan Kiai Khozin Sepuh dan diteruskan para penerusnya, kini sedang diuji.

(frd/dal)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |