TEMPO.CO, Jakarta -Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengungkap prioritasnya dalam pertemuan dengan Raja Charles pada Senin, 3 Maret 2025. Trudeau menyebut pertemuan dengan pemimpin Inggris itu ditujukan untuk melindungi kedaulatan negaranya setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru-baru ini mengusulkan menjadikan Kanada sebagai negara bagian AS ke-51.
Dilansir dari Reuters, Trudeau mengatakan tidak ada yang lebih penting bagi warganya selain mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Minggu lalu, Raja Charles mengundang Trump untuk melakukan kunjungan kenegaraan kedua yang bersejarah ke Inggris, dengan Perdana Menteri Keir Starmer menyerahkan undangan tersebut selama pertemuan di hadapan media dunia di Ruang Oval.
"Saya berharap dapat duduk bersama Yang Mulia besok, seperti biasa kita akan membahas hal-hal yang penting bagi Kanada dan warga Kanada, dan saya dapat memberi tahu Anda bahwa tidak ada yang tampaknya lebih penting bagi warga Kanada selain mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan kita sebagai sebuah bangsa," kata Trudeau kepada wartawan, Ahad, 2 Maret 2025.
Trudeau, perdana menteri yang akan lengser, mengatakan bulan lalu bahwa pembicaraan Trump tentang pengambilalihan Kanada "adalah hal yang nyata" dan terkait dengan kekayaan sumber daya alam negara tersebut.
Trump telah berulang kali menyatakan bahwa Kanada akan lebih baik jika setuju menjadi negara bagian AS yang ke-51.
Trudeau juga ditanya tentang pertemuan Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. "Saya mendukung Zelensky," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Pembangunan Internasional Kanada Ahmed Hussen menyebut ucapan Trump yang menginginkan Kanada menjadi bagian dari Amerika Serikat sebagai pernyataan yang absurd. Hussen mengatakan Kanada merupakan negara merdeka dan sebagai negara berdaulat, Kanada juga memiliki dengan sejarah, identitas, dan aspirasi yang unik.
"Itu tidak masuk akal. Kanada tidak akan pernah menjadi bagian dari Amerika Serikat. Jadi, fakta bahwa kami tiba-tiba menjadi bagian dari negara lain adalah hal yang konyol dan tidak masuk akal," kata Hussen saat menggelar konferensi pers di kantor Kedutaan Besar Kanada di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Jumat, 14 Februari 2025.
Hussen menilai pernyataan semacam itu seharusnya tidak pantas diucapkan oleh pemimpin negara sekutu, teman, dan tetangga Kanada.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump pada Ahad, 2 Februari 2025, menyerukan kembali agar Kanada menjadi negara bagian Amerika Serikat ke-51. Pernyataan Trump itu tak pelak meningkatkan ketegangan lebih lanjut dengan Kanada setelah menerapkan tarif impor yang besar.
Dalam unggahan di media sosial terpisah seperti dilansir Al Arabiya, Trump secara khusus menargetkan Kanada dan mengulangi seruannya agar negara tetangga Amerika di utara itu menjadi negara bagian dari Amerika Serikat.
Trump mengklaim Amerika Serikat membayar ratusan miliar dolar subsidi untuk Kanada. “Tanpa subsidi besar-besaran ini, Kanada tidak akan ada lagi sebagai Negara yang layak," tutur Trump.
“Oleh karena itu, Kanada harus menjadi Negara Bagian ke-51 yang kita hargai,” ucap Trump, mengulangi ancaman ekspansionis terhadap salah satu sekutu terdekat negaranya.
Sita Planasari ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.