TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengusulkan ide kontroversial untuk memindahkan sejumlah besar penduduk Gaza ke negara tetangga seperti Mesir dan Yordania sebagai bagian dari upaya untuk “membersihkan” wilayah tersebut dan memberikan ruang bagi rekonstruksi.
Dalam wawancara di pesawat kepresidenan, Trump mengusulkan untuk memindahkan sebagian besar penduduk Gaza baik secara sementara maupun jangka panjang. Ia mengungkapkan bahwa pemindahan ini bertujuan untuk menciptakan ruang yang lebih damai bagi warga Gaza yang telah lama menderita akibat perang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya lebih suka terlibat dengan beberapa negara Arab dan membangun perumahan di lokasi yang berbeda di mana mereka (warga Gaza) mungkin bisa hidup dengan damai untuk sebuah perubahan,” kata Trump, seperti dikutip dari The Guardian.
Usulan ini langsung menuai kecaman, terutama dari Mesir dan Yordania yang menolak keras untuk menerima lebih banyak pengungsi Palestina. Mesir, yang telah menampung jutaan pengungsi Palestina sejak beberapa dekade lalu, menyatakan bahwa langkah seperti itu akan mengancam stabilitas nasional mereka.
Reaksi serupa datang dari para pemimpin Palestina, yang menyatakan bahwa Gaza adalah tanah mereka, dan mereka berhak untuk tinggal dan membangun kembali wilayah tersebut tanpa harus dipaksa pindah ke negara lain.
Urgensi dan Tujuan Relokasi Warga Gaza
Dilansir dari Al Jazeera, menurut Trump, pemindahan penduduk Gaza ke negara tetangga dapat menjadi solusi bagi kehancuran yang dialami Gaza setelah lebih dari 15 bulan serangan udara dan invasi Israel yang menewaskan puluhan ribu orang dan merusak hampir 60 persen dari infrastruktur Gaza.
Trump berpendapat bahwa langkah ini akan memberikan kesempatan bagi Gaza untuk dibangun kembali tanpa adanya gangguan dari kekerasan yang terus berlangsung. Namun, banyak yang melihat usulan ini sebagai pendekatan yang tidak adil.
Mesir dan Yordania, yang sudah menampung jutaan pengungsi Palestina, menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima lebih banyak warga Gaza. Bagi mereka, usulan ini bukanlah solusi, melainkan langkah mundur yang hanya akan memperburuk ketegangan di wilayah tersebut.
Para pemimpin Palestina juga menentang keras ide ini, dengan alasan bahwa tanah Gaza adalah tanah mereka dan mereka berhak untuk tinggal di sana. Menurut mereka, solusi yang lebih tepat adalah penghentian pendudukan dan serangan yang telah menghancurkan Gaza selama bertahun-tahun.
Reaksi Internasional terhadap Usulan Trump
Reaksi terhadap usulan Trump datang dari berbagai belahan dunia. Organisasi internasional seperti PBB menentang keras rencana ini, menyebutnya sebagai bentuk pelanggaran hukum internasional dan hak asasi manusia.
PBB menyatakan bahwa pemindahan paksa warga Gaza akan berpotensi menjadi kejahatan perang, dan menekankan bahwa setiap solusi untuk masalah Palestina harus mencakup hak mereka untuk menentukan nasib mereka sendiri di tanah kelahiran mereka.
Negara-negara Eropa, termasuk Jerman, Prancis, dan Spanyol, juga mengkritik keras usulan ini. Mereka menilai bahwa pemindahan paksa tidak akan membawa perdamaian, melainkan justru memperburuk krisis pengungsi yang sudah ada di kawasan tersebut. Mereka mendesak agar solusi yang adil dan berkelanjutan ditemukan, yang memungkinkan warga Gaza untuk kembali membangun hidup mereka di tanah mereka sendiri.
Sementara itu, di dalam Israel, beberapa politisi kanan menyambut baik usulan Trump. Mereka melihatnya sebagai kesempatan untuk mengganti demografi Gaza dengan pemukim Israel. Namun, banyak yang menganggap pandangan ini berbahaya, karena dapat memperburuk ketegangan etnis dan agama di wilayah yang sudah sangat terpecah ini.
Sementara Trump berargumen bahwa ini adalah solusi untuk memperbaiki kondisi Gaza, banyak yang melihatnya sebagai langkah yang salah, tidak adil, dan melanggar hak asasi manusia. Dunia internasional harus bekerja untuk mencari solusi yang lebih berkeadilan dan menghormati hak-hak Palestina untuk hidup di tanah kelahiran mereka, bukan dengan mengusir mereka ke tempat lain.