7 Contoh Konflik Sosial di Indonesia Beserta Penyebabnya

2 hours ago 4

Keberagaman membuat dinamika sosial di Indonesia begitu dinamis. Hal ini ternyata memicu berbagai contoh konflik sosial di masyarakat. Bahkan beberapa menyita perhatian karena sampai menelan korban jiwa.

Melansir dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Fuad dan Maskanah (2000) menjelaskan bahwa konflik adalah benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang disebabkan karena adanya perbedaan kondisi sosial budaya, nilai, status, dan kekuasaan, di mana masing-masing pihak memiliki kepentingan terhadap sumber daya alam. Sementara konflik sosial adalah pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan.

Meski pemerintah telah berupaya untuk mencegah dan meminimalisir konflik, namun hal tersebut tetap tidak bisa dihindarkan.

Terdapat sejumlah faktor yang belum bisa diatasi dan memicu terjadinya konflik secara terus-menerus. Berikut ini beberapa contoh konflik sosial yang pernah terjadi di Indonesia.

Contoh Konflik Sosial

Ada banyak contoh konflik sosial di Indonesia, mulai dari skala kecil hingga besar dan melibatkan banyak orang secara nasional. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kerusuhan Mei 1998

Salah satu contoh konflik sosial di Indonesia adalah Kerusuhan Mei 1998. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia memicu kerusuhan besar, terutama menargetkan etnis Tionghoa di Jakarta. 

Peristiwa ini memperlihatkan ketimpangan sosial ekonomi yang tajam, sekaligus isu etnisitas yang memicu kerusuhan dan diskriminasi.

2. Konflik Ambon (1999)

Konflik antara kelompok Muslim dan Kristen di Ambon, Maluku, yang dipicu oleh ketegangan agama dan ekonomi. Ribuan orang kehilangan nyawa dan terjadi kerusakan parah pada infrastruktur. 

Akibat konflik ini, banyak warga terpaksa mengungsi, yang berdampak pada hubungan antaragama di wilayah tersebut dan menimbulkan trauma panjang bagi komunitas yang terlibat. 

3. Kerusuhan Poso (1998-2001) 

Ketegangan antar-agama antara Muslim dan Kristen di Poso, Sulawesi Tengah, berujung pada bentrokan yang meluas dan menyebabkan korban jiwa serta kerusakan harta benda. 

Peristiwa ini menunjukkan pentingnya peran pemerintah dalam menjaga toleransi dan kerukunan antar-agama.

4. Tragedi Sampit (2001)

Ini adalah konflik antara etnis Dayak dan Madura di Sampit, Kalimantan Tengah. Konflik ini berawal dari ketegangan etnis dan berujung pada kerusuhan yang mematikan. 

Peristiwa ini menjadi pengingat dampak dari perpindahan penduduk besar-besaran tanpa integrasi sosial yang baik di daerah-daerah tertentu. 

5. Bentrok Sampang (2012)

Konflik ini terjadi antara kelompok Sunni dan Syiah di Sampang, Madura. Ketegangan agama ini mencerminkan sensitivitas terhadap perbedaan mazhab dalam Islam, yang berujung pada pengungsian warga Syiah dari wilayah tersebut.

6. Demonstrasi Besar-Besaran Tolak Rasisme (2019)

Sejumlah aksi rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, Jawa Timur, memicu kemarahan masyarakat Papua. Aksi demonstrasi pun berjalan besar-besaran di Tanah Papua, maupun di Jakarta.

Aksi demonstrasi berujung kerusuhan di Manokwari, Fakfak, hingga Mimika. Sepekan kemudian, kerusuhan terus meluas hingga Deiyai dan Jayapura, Papua. 

Sejumlah korban jiwa baik dari aparat keamanan maupun sipil, berjatuhan. Bahkan pemerintah sempat membatasi jaringan internet di Papua, dengan dalih membatasi arus informasi bohong di sana.

7. Konflik Rempang Eco City (2023)

Salah satu contoh konflik yang belum lama ini terjadi di Indonesia adalah tentang Rempang Eco City, di Batam. Konflik agraria tersebut terjadi di Pulau Rempang pada 8 September 2023. 

Hal itu bermula sejak hadirnya Badan pengusahaan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) sebagai Otorita Batam. 

Otorita itu memiliki hak pengelolaan atas seluruh tanah di wilayah tersebut. Pulau Rempang menjadi salah satu pulau yang dikelola BP Batam. Pulau Rempang hendak dikosongkan untuk membuat proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco City. Namun, masyarakat setempat menolak

Penyebab Konflik Sosial

Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya berbagai contoh konflik sosial di masyarakat. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Perbedaan Individu

Perbedaan pandangan, perasaan, dan opini antara individu dapat memicu konflik karena masing-masing individu memiliki perspektif dan karakter yang unik. 

Ketika perbedaan ini tidak menemukan titik temu, perasaan negatif seperti benci atau marah bisa muncul dan menyebabkan gesekan antar individu.

2. Perbedaan Kebudayaan

Kebudayaan membentuk pola pikir dan kepribadian seseorang, sehingga mereka yang berasal dari latar belakang budaya berbeda mungkin menunjukkan sikap dan perilaku sosial yang berbeda pula. 

Jika tidak ada pemahaman dan toleransi dalam menyikapi perbedaan ini, gesekan budaya dapat menyebabkan ketegangan, baik dalam lingkup masyarakat yang luas maupun dalam keluarga yang memiliki kebiasaan berbeda.

3. Perbedaan Kepentingan

Kepentingan yang berbeda, baik secara individu maupun kelompok, sering kali menjadi pemicu konflik, terutama ketika menyangkut bidang ekonomi atau politik. Ketika kepentingan satu pihak bertentangan dengan pihak lain dan tidak ada kompromi, konflik mungkin tak terhindarkan.

4. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat

Perubahan sosial yang mendadak dan cepat dapat mengganggu kestabilan masyarakat dan menimbulkan ketidaksepakatan nilai-nilai sosial. Kondisi ini bisa memunculkan berbagai kelompok dengan sudut pandang yang bertolak belakang, sehingga memperbesar potensi konflik.

5. Kurangnya Keharmonisan

Ketidakharmonisan dalam interaksi sosial dapat menjadi sumber ketegangan dan konflik. Bila komunikasi atau hubungan antar individu tidak terjalin dengan baik, kesalahpahaman dan kecurigaan dapat berkembang, memicu gesekan yang berujung pada konflik.

Edy Adyatama berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |