SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pengganti Raja Keraton Surakarta, Sinuhun Pakubuwono (PB) XIII, yang wafat pada Minggu (2/11/2025), mulai menjadi perhatian publik. Sosok yang kini disorot adalah putra bungsunya sekaligus pewaris tahta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Purbaya.
KGPAA Purbaya sendiri sejak 2022 telah disiapkan sebagai penerus tahta Kasunanan Surakarta. KGPAA Purbaya, yang memiliki nama lengkap KGPAA Hamangkunegoro Sudibyo Rojo Putra Narendra ing Mataram, merupakan putra bungsu sekaligus satu-satunya anak dari permaisuri PB XIII, GKR Pakubuwono (KRAy Pradapaningsih).
Ia resmi dikukuhkan sebagai putra mahkota pada 27 Februari 2022, bertepatan dengan peringatan Tingalan Dalem Jumenengan PB XIII ke-18 di Sasana Sewaka, Keraton Solo. Saat itu, Gusti Purbaya masih berusia 21 tahun dan tengah menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Dalam prosesi yang dipimpin langsung oleh PB XIII, Purbaya menerima gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Sudibyo Rojo Putra Narendra ing Mataram. Gelar itu menandai dirinya sebagai penerus sah tahta Kasunanan.
“Regenerasi atau kesinambungan ini penting. Salah satu prosesnya berupa gelar kepada para keturunan. Beliau adalah putra dari permaisuri, putra satu-satunya,” ujar KGPH Dipokusumo, Pengageng Parentah Keraton Surakarta saat itu.
Namun, pengukuhan itu tidak lepas dari polemik. Lembaga Dewan Adat (LDA) mempertanyakan keabsahan prosesi tersebut, khususnya terkait penggunaan gelar Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pakubuwono untuk sang permaisuri.
“Semua itu ada aturannya. Tidak bisa sembarangan menggunakan gelar gusti. Ada syarat dan tata caranya,” ujar KPH Eddy Wirabhumi, Ketua Eksekutif LDA Keraton Solo.
Meski demikian, kalangan sejarawan menilai pengangkatan putra mahkota merupakan langkah penting untuk mencegah konflik suksesi seperti yang sempat terjadi saat peralihan dari PB XII ke PB XIII.
“Dengan ditunjuknya putra mahkota, berarti nantinya dialah yang jadi penerus. Ini langkah untuk memperkecil potensi perpecahan,” ujar Susanto, sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Putra Mahkota yang Kritis
Nama KGPAA Purbaya sempat menjadi sorotan publik bukan hanya karena statusnya sebagai pewaris tahta, tetapi juga karena pandangan kritisnya terhadap kondisi sosial dan pemerintahan.
Pada Maret 2025, ia sempat menulis status di akun Instagram pribadinya @kgpaa_hamangkunegoro dengan kalimat yang viral: “Nyesel gabung republik.”
Unggahan itu memicu perdebatan luas. Namun melalui juru bicara Keraton, KPA H Dany Nur Adiningrat, Purbaya menjelaskan bahwa status tersebut adalah bentuk kritik terhadap tata kelola pemerintahan, bukan penolakan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Itu ekspresi kekecewaan terhadap tata kelola pemerintahan yang jauh dari nilai perjuangan para leluhur Keraton Surakarta,” ujar Dany membacakan pernyataan tertulis KGPAA Purbaya di Keraton Surakarta, Senin (3/3/2025).
Purbaya menegaskan bahwa para leluhur Keraton Surakarta seperti PB VI, PB X, dan PB XII memiliki kontribusi besar terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Karena itu, ia merasa generasi muda memiliki tanggung jawab moral untuk mengingatkan pemerintah agar kembali pada nilai-nilai perjuangan.
“Unggahan saya adalah bentuk ekspresi kekecewaan sekaligus kritik terhadap kondisi pemerintah saat ini,” tegasnya.
Menurut Dany, KGPAA Purbaya adalah bagian dari generasi muda yang melek sejarah dan peduli sosial. Kritik yang disampaikannya, kata dia, merupakan bentuk kepedulian, bukan perlawanan.
“Beliau ingin mengingatkan bahwa republik ini milik rakyat. Mengkritisi kebijakan bukan dosa, justru bagian dari cinta tanah air,” tutur Dany.
Menatap Babak Baru Keraton Surakarta
Kini, seiring wafatnya PB XIII, publik menanti babak baru Keraton Kasunanan Surakarta di bawah kepemimpinan KGPAA Purbaya. Di usia yang masih muda, ia memikul tanggung jawab besar: menjaga marwah adat sekaligus menjembatani warisan leluhur dengan semangat zaman.
Langkah-langkahnya selama ini menunjukkan karakter pemimpin muda yang tidak hanya berakar pada tradisi, tetapi juga peka terhadap suara rakyat dan perkembangan sosial.
Keraton Surakarta, melalui Purbaya, diharapkan dapat terus menjadi sumber nilai budaya dan kebijaksanaan di tengah arus modernitas yang cepat berubah — menjadikan warisan leluhur tetap hidup dan bermakna bagi generasi Indonesia masa kini. [*] Disarikan dari berbagai sumber
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.


















































