Bagaimana Warga Iran Bereaksi terhadap Serangan Israel?

2 weeks ago 20

TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan warga Iran di Teheran tersentak bangun oleh suara ledakan pada Sabtu dini hari saat Israel menyerang.

"Saya mendengar sekitar 10 ledakan dalam waktu yang relatif cepat," kata Ali, seorang pria berusia 32 tahun yang tinggal di Teheran barat, di mana ledakan pertama terdengar setelah jam 2 pagi.

Warga Iran menggunakan media sosial untuk melaporkan bahwa mereka mendengar suara ledakan di seluruh kota dan beberapa daerah sekitarnya.

Pada saat serangan Israel putaran kedua terjadi beberapa jam kemudian, video-video beredar di dunia maya yang menunjukkan pertahanan udara diaktifkan untuk menghadapi ancaman yang masuk.

Serangan-serangan Israel atas Iran sudah lama diantisipasi. Tetapi warga Iran tetap saja merasa was-was.

"Bukannya tidak terduga, tapi tetap saja membuat stres. Kami terjaga hingga pagi bersama keluarga untuk memeriksa berita, dan kami berbicara dengan rekan-rekan di saluran Telegram kami dan mencari rinciannya," kata Ali, yang meminta nama belakangnya dirahasiakan.

Gema Perang

Di Teheran dan di tempat-tempat lain di seluruh negeri, kehidupan sebagian besar berjalan seperti biasa pada Sabtu, hari pertama minggu kerja di Iran.

Lalu lintas berjalan normal di berbagai area di ibu kota dan kota-kota lain yang terkena dampak.

Namun, beberapa orang terjebak dalam efek langsung dari rasa bahaya dan ketidakpastian akibat serangan terhadap negara ini, yang belum pernah mengalami perang habis-habisan di negaranya sejak negara tetangga Irak menginvasi negara ini pada 1980-an.

"Pasar lokal menjual segala sesuatu 30-40 persen lebih mahal daripada seminggu yang lalu... tetapi saya berharap keadaan akan tenang besok atau beberapa hari ke depan," ujar seorang penduduk berusia 65 tahun di provinsi utara Gilan.

Seorang penjual komputer di sebuah toko di pusat kota Teheran mengatakan bahwa gejolak mata uang ini juga menjadi tantangan tersendiri.

"Sangat sulit dengan fluktuasi nilai tukar yang konstan dan perubahan harga selama lebih dari sebulan ini, ini buruk untuk bisnis. Saya sangat berharap kita dapat menghindari perang demi kepentingan semua orang, terutama dalam perekonomian ini," katanya kepada Al Jazeera.

Sementara rial Iran relatif stabil sejak dimulainya perang Israel di Gaza, rial menjadi goyah di tengah meningkatnya kekhawatiran akan terjadinya perang regional.

Baru-baru ini, nilai tukar mata uang ini jatuh dari sekitar 600.000 per dolar sebulan yang lalu ke level tertinggi sekitar 690.000 pada awal pekan ini, kemudian kembali naik setelah serangan Israel hingga mencapai sekitar 660.000.

Dengan bank sentral memompa mata uang untuk menjinakkan pasar, media yang terkait dengan pemerintah menyatakan harapan pada Sabtu bahwa rial dapat menguat ke kisaran bulan lalu.

Nilai koin emas juga turun sekitar 5% selama perdagangan pada Sabtu, dan pasar saham Iran sebagian besar berwarna hijau setelah berakhirnya serangan Israel - yang akhirnya terlihat lebih tenang daripada ancaman awal dari para pemimpin Israel.

Iklan

 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |