Fakta-fakta Investasi MDIF ke Tempo

8 hours ago 9

TEMPO.CO, Jakarta - VIDEO berdurasi 2 menit 30 detik beredar di media sosial TikTok dan Whatsapp. Video itu memuat sejumlah klaim tentang pendanaan dari Media Development Investment Fund (MDIF) yang diterima PT Info Media Digital, anak perusahaan Tempo, pada Juli 2024. 

Konten itu berisi kompilasi video pidato Prabowo Subianto saat menyebut ada media yang dimiliki asing, rekaman Bocor Alus Politik–siniar milik Tempo, dan berita krisis moneter periode 1997-1998. Narator video itu menyebut bahwa MDIF adalah  organisasi di Amerika Serikat yang didanai oleh George Soros Economic Fund. George Soros dalam konten itu dituding sebagai dalang utama di balik krisis moneter Indonesia pada 1997-1998. 

Fakta 1: MDIF didanai oleh sedikitnya 32 lembaga

Media Development Investment Fund (MDIF) adalah lembaga nonprofit yang terdaftar di New York. Organisasi ini mulanya bernama Media Development Loan Fund (MDLF) yang didirikan pada 1995 oleh jurnalis Serbia, Sasa Vucinic, yang mengelola Radio B92 pada masa awal Perang Yugoslavia, dan koresponden Amerika Serikat, Stuart Auerbach. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Misi Sasa dan Stuart yakni membantu media di Eropa Timur dan Tenggara dalam menghadapi transisi ideologi. Lembaga tersebut kemudian berkembang untuk membantu negara-negara lain yang baru lepas dari belenggu otoritarianisme. Mereka menyediakan pendanaan berbiaya rendah seperti pembiayaan utang, ekuitas, dan ekuitas semu yang terjangkau. Tujuannya adalah membantu media independen yang hidup di tengah situasi sosial-politik yang penuh tekanan.

Hingga 2025, MDIF telah berinvestasi ke 154 media independen di 48 negara. Di antaranya empat organisasi media asal Indonesia. Laporan tahunan mengenai aktivitas mereka dapat diakses di laman perusahaan

Triliuner kelahiran Hungaria, George Soros, menjadi investor pertama MDIF pada 1995.. Namun setelah investasi pertama itu, MDIF telah berkembang pesat sebagai sebuah organisasi. The Soros Economic Development Fund, organisasi investasi yang terhubung dengan Soros, bukan satu-satunya donor dan investor bagi MDIF. Sebagaimana tercantum pada laman MDIF, organisasi itu menerima pendanaan dan investasi dari 32 entitas dari berbagai negara. Di antaranya Arjuna Capital, Allianz Foundation, Association of Alternative Newsmedia, Mediahuis, dan Oak Foundation.

Fakta 2: Investasi MDIF tidak mengubah kepemilikan dan tidak mempengaruhi independensi Tempo

Media Development Investment Fund (MDIF) berinvestasi ke PT Info Media Digital (IMD), anak usaha Tempo di bidang digital, pada Juli 2024. Tempo dan MDIF mempublikasikan kesepakatan itu dalam pemberitaan dan rilis publik. Pengumuman mengenai kerja sama bisnis itu juga dimuat di media massa, seperti CNBC dan Kontan.

Investasi dari MDIF bukan untuk membeli kepemilikan saham Tempo. Dana dari MDIF berbentuk surat utang yang dapat dikonversi (convertible performance debenture). Mayoritas saham PT Info Media Digital (IMD) dikuasai PT Tempo Inti Media Tbk.

PT Tempo Inti Media Tbk merupakan perusahaan terbuka yang dapat diketahui struktur kepemilikan sahamnya. Menurut dokumen keterbukaan pada Februari 2025, pemilik saham perseroan terdiri dari delapan entitas, individu, serta sebagian dimiliki masyarakat. Mereka adalah PT Grafiti Pers, Yayasan Tempo 21 Juni 1994, PT Jaya Raya Utama, Yayasan Pembangunan Jaya Raya, dan Yayasan Karyawan Tempo. Sebagian lainnya dimiliki oleh masyarakat sebagaimana diumumkan dalam Bursa Efek Indonesia.

Pendanaan dari MDIF bukan satu-satunya penopang bisnis Tempo. Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor media, digital, dan percetakan, Tempo membangun model bisnis yang beragam mulai dari iklan, sponsorship event, produksi film, riset, pendidikan hingga berlangganan. 

CEO Tempo Digital Wahyu Dhyatmika mengatakan dana investasi dari MDIF dan investor lain bertujuan membantu Tempo menciptakan ekosistem bisnis media digital yang ditopang oleh publik dan pelanggan. “Investor justru ingin mempertahankan redaksi yang independen dan berorientasi sepenuhnya melayani kepentingan publik,” kata Wahyu pada Senin, 3 Maret 2025

MDIF juga mengumumkan bahwa investasi mereka kepada organisasi media tidak mempengaruhi independensi organisasi itu. Dengan demikian, independensi ruang redaksi Tempo juga tak akan terpengaruh dengan investasi MDIF. “Tempo memilih MDIF karena mereka berkomitmen untuk tidak mencampuri urusan independensi ruang redaksi,” kata Pemimpin Redaksi Tempo Setri Yasra.

Menurut Setri, independensi merupakan salah satu sikap redaksi Tempo yang dirawat sejak organisasi media ini berdiri pada 1971. “Ruang redaksi Tempo akan selalu independen dulu, sekarang, dan selamanya,” tuturnya.

Fakta 3: Penyebab krisis moneter 1997-1998 tidak tunggal

Krisis moneter 1997-1998 adalah krisis keuangan yang dimulai di Thailand pada Juli 1997 setelah nilai mata uang baht Thailand jatuh. Krisis ini kemudian melanda Asia Timur dan Asia Tenggara. Sebagai akibat dari krisis keuangan, nilai mata uang, pasar saham, dan nilai aset lainnya di banyak negara di Asia Tenggara runtuh. Krisis ini juga dialami oleh Korea Selatan, Indonesia, Filipina, dan Malaysia.

Mahathir Muhammad pernah menuding George Soros, pemilik perusahaan investasi Hedge Fund, sebagai biang kerok krisis. Namun studi oleh Brown dkk (1998) Hedge Funds And The Asian Currency Crisis Of 1997, menunjukkan hanya sedikit bukti bahwa perusahaan investasi tersebut berkontribusi pada krisis keuangan Asia.

Dokumen International Money Fund (IMF) menjelaskan krisis moneter di Asia itu disebabkan oleh banyak faktor antara lain nilai impor yang lebih besar daripada ekspor; kerentanan uang domestik dengan lembaga keuangan; tata kelola ekonomi yang buruk seperti konsentrasi kepemilikan; dan pinjaman luar negeri yang tinggi.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astut menjelaskan penyebab krisis moneter 1997-1998 tidak tunggal. Salah satu penyebabnya adalah ekonomi domestik yang rapuh dan ketergantungan pada mata uang dolar Amerika Serikat. Nilai tukar mata uang rupiah saat itu mengalami melemah, dari rata-rata Rp 2.450 per dolar pada Juni 1997 menjadi Rp 13.513 per dolar pada akhir Januari 1998.

Grafik penurunan nilai tukar mata uang domestik terhadap dollar Amerika Serikat pada 1997-1999 di Indonesia, Korea, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Sumber: IMF (1999)

Menurut Esther, Indonesia juga memiliki posisi utang luar negeri yang cukup tinggi serta nilai impor bahan baku yang besar dibandingkan nilai ekspor. Utang negara pada 1998 mencapai US$ 137,42 miliar, menurut CNBC. Dokumen IMF juga menunjukkan pertumbuhan pinjaman bank swasta yang melebihi produk domestik bruto dan rasio utang yang tinggi dibandingkan dengan nilai kepemilikan perusahaan (ekuitas).

Grafik pertumbuhan pinjaman bank swasta dibandingkan dengan PDB negara (Produk Domestik Bruto) dari tahun 1992 hingga 1996. Sumber: IMF (1999)

Esther menyebut seandainya ekonomi Indonesia saat itu dalam kondisi yang tangguh, krisis ekonomi dari Thailand tidak akan mempengaruhi atau berdampak serius pada Indonesia. “Ibaratnya jika ada orang yang sakit flu di sebelah kita, kita tidak akan tertular jika imun bagus,” kata doktor dari Maastricht University, Belanda, itu pada Rabu, 26 Februari 2025. 

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |