TEMPO.CO, Jakarta - Kata "halo", yang kini umum digunakan sebagai sapaan sehari-hari, terutama dalam menjawab telepon, memiliki perjalanan sejarah yang cukup menarik. Apalagi di Hari Halo Sedunia yang diperingati tiap 21 November 2024.
Meskipun terdengar sederhana dan familiar, kata ini baru menjadi bagian penting dari bahasa Inggris modern sekitar dua abad terakhir, yang relatif singkat dibandingkan sejarah panjang bahasa Inggris itu sendiri.
Secara etimologi, kata "hello" berkembang dari beberapa bentuk serupa seperti "hallo," "hollo," atau "hullo". Akar katanya dapat ditelusuri ke bahasa Jerman Kuno Tinggi, yaitu "halâ" atau "holâ," yang merupakan bentuk imperatif dari "halôn" atau "holôn," yang berarti "mengambil." Kata ini awalnya digunakan untuk memanggil tukang perahu, sebuah seruan fungsional yang kemudian berkembang menjadi bentuk sapaan.
Tak hanya dari Jerman, kata "halo" juga memiliki pengaruh dari bahasa Prancis. Dalam bahasa Prancis, kata "holà" adalah bentuk seruan untuk memanggil perhatian, yang secara kasar berarti "hei!" (gabungan dari ho yang merupakan seruan, dan là yang berarti "di sana"). Dari pengaruh lintas bahasa ini, lahirlah beberapa variasi kata seperti "halloo," "hullo," dan bahkan "hillo," meskipun sebagian besar dari varian ini sekarang jarang digunakan.
Keunikan lain dari kata ini adalah fleksibilitasnya dalam ejaan. Hampir semua varian kata ini dapat ditulis menggunakan salah satu dari lima huruf vokal. Misalnya, "hello," "hallo," dan "hullo" memiliki struktur yang mirip meskipun sedikit berbeda dalam pengucapannya. Fleksibilitas ini menunjukkan bagaimana bahasa dapat berubah dan beradaptasi sesuai dengan kebutuhan komunikasi dan budaya.
Meskipun sederhana, kata "halo" memiliki akar sejarah yang kaya dan lintas budaya. Dari seruan di sungai Eropa hingga menjadi sapaan global yang mengawali setiap panggilan telepon, evolusi kata ini mencerminkan bagaimana teknologi dan bahasa berinteraksi untuk membentuk kebiasaan komunikasi manusia.
Pada awal 1800-an, kata "halo" pertama kali muncul sebagai ekspresi untuk menarik perhatian atau menyatakan keterkejutan, seperti dalam frasa "Wah, halo! Apa yang kita punya di sini?". Namun, lonjakan popularitasnya terjadi ketika kata ini diadopsi dalam dunia telekomunikasi, khususnya telepon.
Thomas Alva Edison memainkan peran penting dalam mengenalkan "halo" sebagai sapaan standar saat menerima panggilan telepon. Ia merasa kata ini sederhana dan efektif untuk menyapa orang yang tidak terlihat dan belum dikenal di ujung saluran. Sebelum "halo" populer, orang cenderung menggunakan frasa yang lebih panjang, seperti "Apakah saya berbicara dengan Anda?" atau "Apakah Anda di sana?". Pilihan Edison terbukti praktis dan langsung menjadi kebiasaan baru dalam berkomunikasi melalui telepon.
Meski demikian, penemu telepon, Alexander Graham Bell, memiliki preferensi berbeda. Sepanjang hidupnya, Bell lebih suka menjawab telepon dengan kata "Ahoy", sebuah salam yang umum digunakan di dunia pelayaran. Jika preferensinya diterima luas, sapaan kita melalui telepon mungkin terdengar sangat berbeda hari ini.
Keberhasilan kata "halo" tidak terlepas dari perannya yang mudah diucapkan dan cepat menyebar seiring dengan meluasnya penggunaan telepon. Selamat Hari Halo Sedunia.
OED | MERRIAM WEBSTER | ETERNITY MARKETING
Pilihan editor: Menguak Hari Halo Sedunia yang Dirayakan Tiap 21 November