Indonesia Terkena Tarif Trump Terendah di ASEAN, Sebuah Prestasi Atau…

2 weeks ago 25

Presiden AS Donald Tru.p dan Presiden RI Prabowo Subianto / Instagram / kolase: Suhamdani

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Melalui negosiasi langsung antara Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden AS Donald Trump, akhirnya Indonesia mendapatkan pemangkasan dari tarif resiprokal yang semula 32 persen, turun menjadi 19 persen.
Tarif baru ini, tercatat paling rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara lainnya. Selain patut diapresiasi, benarkah hasil negosiasi ini sebuah prestasi? Ataukah, Indonesia sebenarnya dalam posisi tawar yang lemah?
Pasalnya, di luar pemangkasan tarif Trump dari 32 persen menjadi 19 persen, pihak AS bebas memasarkan produk-produknya ke Indonesia dengan bebas bea masuk, dan Indonesia wajib membeli puluhan pesawat Boing produk AS.
Dan berita terkini, Presiden Prabowo menyatakan bakal membeli sebanyak 50 pesawat Boeing 777 dari negeri Paman Sam tersebut, yang dalihnya untuk membesarkan maskapai Garuda Indonesia.
Penurunan tarif impor oleh Amerika Serikat terhadap produk Indonesia diumumkan langsung oleh Presiden Trump melalui media sosial Truth Social, usai perbincangan dengan Presiden Prabowo. Trump menyebutkan kesepakatan ini sebagai buah dari komunikasi langsung antarpemimpin yang dilakukan dalam suasana diplomatik intensif.
Namun, di balik angka yang tampak menguntungkan tersebut, AS memperoleh keuntungan yang jauh lebih besar. Tak hanya mendapatkan pembebasan bea untuk produk-produknya yang masuk ke Indonesia, Negeri Paman Sam juga mengantongi komitmen pembelian produk senilai lebih dari US$19 miliar dari pihak Indonesia.
Rincian kesepakatan mencakup pengadaan 50 pesawat Boeing, yang disebut-sebut mayoritas bertipe 777. Selain itu, sebagian besar dana dialokasikan untuk pembelian energi dan produk pertanian asal AS. Trump menyebut ini sebagai kemenangan besar bagi ekonomi Amerika, seraya menekankan bahwa Indonesia tak mengenakan pajak apa pun atas barang-barang ekspor AS.
Menariknya, negosiasi yang dilakukan sebelumnya oleh tim Indonesia yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto tidak membuahkan hasil signifikan. Justru perubahan signifikan baru terjadi setelah intervensi langsung Presiden Prabowo.
Dalam pernyataan resmi, Trump menyebut bahwa “Indonesia membayar 19 persen, sementara kami tidak membayar apa pun.” Pernyataan tersebut memunculkan pertanyaan besar mengenai simetri dalam kesepakatan. Apakah Indonesia benar-benar mendapatkan keuntungan yang seimbang?
Sementara itu, Vietnam, yang juga menjalin kesepakatan dengan AS, mendapatkan tarif 20 persen dari sebelumnya 46 persen. Namun seperti halnya Indonesia, Vietnam juga harus membuka akses penuh untuk produk Amerika dan tak memungut bea masuk.
Berdasarkan catatan terbaru, total 26 negara telah menerima penetapan tarif baru dari AS. Di antara negara-negara tersebut, Indonesia menempati posisi dengan tarif terendah di Asia. Bahkan negara seperti Jepang, Malaysia, dan Korea Selatan dikenai tarif 25 persen, sementara Thailand dan Kamboja tetap di angka 36 persen.
Namun rendahnya tarif yang diperoleh Indonesia tak bisa dibaca secara tunggal sebagai kemenangan diplomatik. Ketimpangan dalam isi kesepakatan—terutama kewajiban pembelian besar-besaran dan terbukanya pasar domestik Indonesia—menunjukkan bahwa Indonesia mungkin berada dalam posisi negosiasi yang subordinat.
Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengungkapkan bahwa kedua negara tengah menyusun pernyataan bersama yang memuat detail kesepakatan, termasuk langkah-langkah teknis non-tarif serta kerangka kerja dagang baru.
Adapun kesepakatan dengan Indonesia ini menjadi salah satu dari empat kerangka dagang yang telah diumumkan AS sepanjang Juli 2025, bersama dengan Vietnam, Inggris, dan China. Di tengah kebijakan tarif baru yang agresif dari pemerintahan Trump, Indonesia dinilai berhasil menghindari lonjakan tarif. Namun, harga yang harus dibayar bukanlah angka kecil.
Kini, publik pun mempertanyakan: apakah penurunan tarif ini sebuah prestasi, atau justru kompromi dari daya tawar lemah yang tak bisa dielakkan? [*] Berbagai sumber

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |