Kata 7 Tokoh Soal Tingginya Angka Golput di Pilkada Jakarta 2024

3 months ago 131

8000 hoki Situs web Slots Maxwin Myanmar Terkini Sering Jackpot Full Terus

hokikilat.com Top Daftar web Slots Maxwin Indonesia Online Pasti Jackpot Full Banyak

1000 hoki List Login website Slot Gacor Vietnam Terbaru Sering Lancar Jackpot Setiap Hari

5000 hoki Data Platform web Slot Gacor Cambodia Terkini Pasti Menang Terus

7000hoki.com Data Akun server Slot Gacor Malaysia Terpercaya Mudah Lancar Menang Full Banyak

9000hoki Data Situs situs Slots Maxwin Japan Terkini Gampang Scatter Banyak

List Login Slot Gacor Malaysia Terpercaya Sering Lancar Jackpot Full Non Stop

Idagent138 Akun Slot Game Online

Luckygaming138 Daftar Slot Anti Rungkat Terbaik

Adugaming Daftar Slot Gacor Online

kiss69 login Id Slot Gacor Terpercaya

Agent188 login Slot Maxwin Online

Moto128 Akun Slot Anti Rungkat Terbaik

Betplay138 login Akun Slot Online

Letsbet77 login Id Slot

Portbet88 login Id Slot Game Online

Jfgaming168 Daftar Akun Slot Anti Rungkat Terpercaya

Mg138 Id Slot Terpercaya

Adagaming168 login Slot Maxwin

Kingbet189 login Id Slot Terpercaya

Summer138 Id Slot Gacor

Evorabid77 Daftar Slot Maxwin Online

TEMPO.CO, Jakarta - Tingginya angka golput dalam Pilkada Jakarta 2024 menjadi perhatian serius berbagai pihak.

Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, tingkat partisipasi pemilih hanya mencapai 53,05 persen, turun dari 70 persen pada Pilkada 2017. Penurunan ini memicu beragam pendapat mengenai penyebab dan solusi untuk masalah tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di bawah ini merupakan tanggapan dari berbagai tokoh, mulai dari Wamendagri, peneliti politik, hingga wakil ketua umum partai.

Wamendagri: Legitimasi Tetap Sah Meski Partisipasi Rendah

Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya Sugiarto menegaskan bahwa hasil Pilkada Jakarta 2024 tetap sah meski tingkat partisipasi pemilih rendah. Ia mengungkapkan bahwa legitimasi pemerintah dapat dibangun melalui kinerja kepala daerah terpilih.

"Sekarang publik menunggu bagi para kepala daerah terpilih ini untuk menunjukkan legitimasinya melalui kinerjanya, dan itu akan kami awasi bersama-sama dengan pemerintah," ujar Bima.

Ia juga menyoroti faktor-faktor seperti jadwal pemilu yang padat dan kejenuhan masyarakat sebagai penyebab utama rendahnya partisipasi pemilih.

Peneliti Politik TII: Masalah Mendasar Harus Diperbaiki

Peneliti dari The Indonesian Institute (TII), Felia Primaresti, menekankan pentingnya introspeksi dari semua pihak terkait. Menurutnya, tingginya angka golput menunjukkan adanya masalah mendasar dalam proses politik, seperti kejenuhan masyarakat terhadap kontestasi politik yang berulang.

“Jika evaluasi dan introspeksi tidak dilakukan dengan tindak lanjut yang nyata, hal ini berpotensi membuat kepercayaan masyarakat terhadap proses politik semakin menurun,” katanya, sebagaimana dikutip dari Antara.

Felia juga mengkritik narasi saling tuduh di antara pasangan calon yang dianggap memperburuk citra pilkada.

"Angka golput kita tinggi sekali dan dalam konteks Jakarta, saya rasa hal ini lebih dari sekadar malas pergi ke TPS. Ada masalah yang lebih mendasar yang perlu diatasi oleh para politisi," ungkap Felia.

Peneliti Perludem: Kandidat Tidak Sesuai Aspirasi Publik

Menurut peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Asep Hasan Sadikin, tingginya angka golput dapat disebabkan oleh ketidaksesuaian kandidat dengan aspirasi masyarakat.

Ia mencatat bahwa tokoh-tokoh dengan elektabilitas tinggi seperti Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak diusung oleh partai politik. Jadwal pilkada yang berdekatan dengan pemilu nasional juga disebut Asep sebagai faktor kejenuhan masyarakat.

“Jadi calon-calon yang ada sekarang itu lebih kepada keinginannya elit (partai),” ujarnya.

KPU Jakarta: Perlu Evaluasi dan Kajian

Ketua Divisi Teknis KPU Jakarta, Doddy Wijaya, menyatakan akan melakukan evaluasi mendalam untuk memahami rendahnya partisipasi pemilih. KPU berencana menggandeng lembaga akademik untuk mengkaji perilaku pemilih dan menemukan solusi.

“Kami akan melakukan evaluasi lebih lanjut ya. Kami akan melakukan riset, melakukan kajian. Mungkin kami bisa mengundang lembaga yang kredibel atau kampus untuk meneliti voting behavior atau perilaku memilih,” kata Doddy.

Harapannya, hasil riset ini bisa menjadi acuan untuk meningkatkan partisipasi pemilih di masa mendatang.

Lembaga Survei Charta Politika: Tren Penurunan Partisipasi

Lembaga survei Charta Politika mencatat penurunan partisipasi pemilih dari 70 persen pada Pilkada 2017 menjadi 58 persen pada Pilkada 2024. Hal ini sejalan dengan data KPU yang menunjukkan bahwa 42 persen warga DKI memilih golput. Menurut Charta Politika, tren ini perlu dicermati sebagai indikasi kejenuhan politik.

Waketum PKB: Kandidat Kurang Diminati

Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid menilai tingginya angka golput disebabkan oleh kurangnya daya tarik kandidat yang bersaing.

"Orang DKI kan kelompok terpelajar, sebab itu angka golputnya pasti akan tinggi karena kandidat yang ada tidak diminati oleh warga DKI," ujarnya.

Ketua Harian Gerindra: Faktor Cuaca dan Sosialisasi

Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad menekankan perlunya peningkatan program sosialisasi kepada masyarakat untuk menarik minat pemilih. Ia menyebut rendahnya partisipasi juga disebabkan oleh kurangnya informasi yang efektif tentang program dan visi misi kandidat. Selain itu, menurutnya, faktor cuaca juga menjadi hambatan pemilih untuk datang ke TPS saat coblosan Pilkada Jakarta.

“Di beberapa daerah disebabkan faktor cuaca, hujan lebat dan lain-lain sehingga partisipasi pemilih menurun, seperti di Kepulauan Riau, itu hujan lebat sekali. Tapi kalau di Jakarta kami sedang evaluasi, sedang dikaji,” kata Dasco.

Ananda Ridho Sulistya dan Sapto Yunus turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |