JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Rencana pemerintah menaikkan tarif ojek online (ojol) sebesar 8 hingga 15 persen menuai sorotan tajam. Meski dianggap dapat menambah pendapatan, sejumlah pihak menilai kebijakan ini belum menyentuh persoalan utama yang membelit pengemudi ojol, yakni tingginya potongan dari aplikator.
Ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, menilai kenaikan tarif memang terdengar menggembirakan. Namun ia menegaskan, hal itu tidak otomatis mendongkrak kesejahteraan pengemudi jika porsi potongan aplikator tetap tinggi. Apalagi, asosiasi pengemudi kerap mengeluhkan praktik pemotongan yang melampaui batas maksimal 20 persen.
“Kenaikan tarif hanya menambah pendapatan kotor, bukan penghasilan bersih. Yang diuntungkan justru aplikator,” ujarnya, Jumat (4/7/2025). Ia mendesak pemerintah mengatur batas potongan aplikator secara tegas, agar kenaikan tarif betul-betul dirasakan pengemudi.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia, Igun Wicaksono. Ia meminta pemerintah tidak terburu-buru menaikkan tarif, sebelum memastikan potongan aplikator diturunkan menjadi 10 persen.
“Kalau potongan masih besar, kenaikan tarif sia-sia. Bahkan bisa menurunkan pendapatan driver karena orderan sepi,” katanya.
Peringatan juga datang dari Government Relation Specialist Maxim Indonesia, Muhammad Rafi Assagaf. Ia khawatir kenaikan tarif memukul daya beli konsumen. “Harus hati-hati agar keseimbangan antara kebutuhan konsumen dan pengemudi tetap terjaga,” ujarnya.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Aan Suhanan, menegaskan rencana kenaikan tarif belum final. Bahkan, pemerintah tengah mengkaji penurunan potongan aplikator agar kebijakan tarif dan potongan berjalan seimbang. “Kami ingin keputusan yang adil dan berkelanjutan,” ujar Aan, Rabu (2/7/2025).
Pengemudi Ojol Beragam Sikap
Di lapangan, respons pengemudi ojol pun terbelah. Gigih Priyamodo, driver ojol di Badung, justru lebih menginginkan potongan aplikator yang diturunkan daripada tarif naik. Ia khawatir, lonjakan tarif akan membebani penumpang dan menurunkan jumlah pesanan.
“Kalau tarif naik, yang menanggung ya pelanggan. Tapi aplikasi tetap untung. Kami tetap terpotong sampai 30-40 persen,” ucapnya.
Sementara itu, pengemudi lain, Muhammad Mulyana (27), mendukung penuh kenaikan tarif. Menurutnya, kenaikan itu bisa menjadi angin segar bagi driver. Meski begitu, ia juga berharap potongan aplikator bisa dipangkas.
“Kalau bisa potongannya ikut turun,” ujarnya.
Ketua PDOI Bali, Aditya Purwadinata, menilai potongan aplikator adalah inti persoalan. Ia mengungkapkan, potongan yang saat ini berkisar 20-50 persen, harus ditekan menjadi maksimal 15 persen sesuai aturan Kemenhub. “Kalau tarif naik tapi potongan ikut naik, percuma saja,” tegasnya.
Kenaikan Tarif Belum Jadi Solusi
Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS) membeberkan simulasi, jika tarif naik 8-15 persen, pengemudi hanya memperoleh tambahan bersih Rp 8.000 hingga Rp 15.000 per hari. Jumlah tersebut dinilai tidak signifikan, mengingat biaya hidup di perkotaan terus melambung. Apalagi, para driver masih menanggung biaya bensin, perawatan motor, hingga pulsa internet.
Selain berisiko menurunkan jumlah penumpang, kebijakan kenaikan tarif dianggap hanya menguntungkan aplikator. Sebab, potongan 20 persen tetap dihitung dari tarif yang lebih tinggi. Dari pendapatan kotor Rp 135.000 misalnya, aplikator otomatis mengantongi Rp 27.000, naik dari sebelumnya Rp 25.000.
Di sisi lain, penumpang menjadi pihak yang menanggung beban kenaikan tarif, terutama mereka yang setiap hari bergantung pada ojol untuk bekerja atau beraktivitas. Ketika transportasi publik belum memadai, masyarakat praktis tidak punya banyak pilihan.
Para pengemudi berharap, pemerintah lebih fokus menata ulang skema potongan aplikator daripada hanya mengerek tarif. Jika tidak, relasi kuasa yang timpang antara aplikator dan pengemudi akan terus menjadi masalah laten dalam ekosistem transportasi digital.
“Kalau potongan aplikator tidak diturunkan, kenaikan tarif hanya memindahkan beban ke konsumen, sementara kesejahteraan driver tetap jalan di tempat,” pungkas Achmad. [*] Berbagai sumber
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.