TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, memiliki ikatan erat dengan Raja Abdullah dari Yordania. Raja Abdullah II bahkan menjadi salah satu pemimpin dunia pertama yang mengucapkan selamat kepada Prabowo saat menang Pilpres. Bahkan ucapan selamat itu disampaikan saat Prabowo menang hasil hitung cepat.
Kedekatan Prabowo dengan Yordania bukan hal baru. Prabowo dikenal dekat dengan Yordania sejak tahun 1998. Saat itu, ia ke Yordania setelah terbelit masalah di Indonesia. Ia dinilai bertanggung jawab atas penculikan sejumlah aktivis. Prabowo, yang saat itu dicopot dari jabatannya sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) oleh Presiden Habibie, tak lagi berkarier di militer pada Agustus 1988 oleh Dewan Kehormatan Perwira. Di Yordania, Prabowo bahkan ditawari status warga negara. Namun ia disebut-sebut tak melepas status WNInya.
Prabowo menilai, hubungan baik dengan Yordania merupakan salah satu modal penting bagi Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Prabowo mengatakan Yordania merupakan salah satu mitra Indonesia yang aktif memperjuangkan nasib rakyat Palestina.
Prabowo dan Raja Abdullah bertemu dalam pertemuan puncak Call for Action: Urgent Humanitarian Response for Gaza" pada Selasa, 11 Juni 2024. Prabowo juga menerima ucapan selamat dari Raja Abdullah atas kemenangannya di Pilpres 2024. Keduanya pun sama-sama menggarisbawahi pentingnya upaya internasional untuk meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. “Indonesia sangat prihatin dengan situasi masyarakat Gaza saat ini yang sangat rapuh,” ujarnya.
Awal mula persahabatan
Persahabatan mereka telah terjalin lama. Pertemuan pertama mereka berlangsung pada 1995 dan bukanlah pertemuan yang direncanakan.
Saat itu, Raja Abdullah yang sudah berada di Jakarta beberapa hari ingin bertemu dengan Menteri Riset dan Teknologi, BJ Habibie. Namun pertemuan itu tidak terlaksana. Sebagai gantinya, ia bertemu Panglima ABRI, Feisal Tanjung, yang sayangnya sedang berada di Turki.
Abdullah, yang pada saat itu menjabat sebagai Komandan Pasukan Khusus Yordania, akhirnya diundang oleh staf Kedutaan Besar Yordania untuk tetap tinggal hingga 4 Desember 1995, untuk menyaksikan pelantikan Prabowo sebagai Komandan Kopassus. Hubungan baik itu terus terjalin sampai Prabowo terbelit masalah.
Mereka bertemu kembali ketika Prabowo pergi ke Yordania setelah dituduh terlibat dalam aktivisme pada tahun 1998. Prabowo mengungkapkan bahwa saat tiba, ia dijemput di ruang VIP dan diantar dengan mobil resmi kerajaan.
“Pangeran Abdullah memang tidak membicarakan saya karena dia sedang di luar negeri. Tetapi kata-kata sang kolonel, utusan Pangeran yang menyambut saya, sungguh membuat haru," kata Prabowo kepada Tempo, saat itu. Ia berkata, "Anda selalu kami terima di sini sebagai saudara. Dan bagi kami, Anda tetap seorang jenderal."
Pada 22 Desember 1998, kantor berita Associated Press melaporkan tentang permintaan kewararganegaraan Yordania untuk Prabowo. Konfirmasi dari kantor Perdana Menteri Fayez Tarawneh menunjukkan bahwa Prabowo sendiri yang mengajukan permohonan itu, dan kerajaan merespons dengan menerbitkan dekrit pada 10 Desember 1998.
Setelah bertahun-tahun, mereka kembali bertemu pada 25 Februari 2014. Pertemuan antara Raja Abdullah II dan Prabowo berlangsung sebelum Abdullah melakukan pertemuan dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pertemuan itu berlangsung dengan suasana hangat dan akrab, ditambah momen saling memberi hormat ala militer. Keduanya sudah saling mengenal sejak masih menjadi perwira di masing-masing negara dan sama-sama merupakan alumni Fort Benning, lembaga pendidikan militer Amerika Serikat yang dikenal mencetak pasukan khusus. Dikutip dari Etan, Prabowo juga telah dianugerahi medali kehormatan oleh pemerintah Yordania untuk kerja sama militer bilateral antara Indonesia dan Yordania. Hal tersebut disampaikan langsung oleh adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo.
SULTAN ABDURRAHMAN | ANANDA RIDHO SULISTYA | ETAN
Pilihan Editor: TNI Bentuk 4 Batalion untuk Bertugas di Gaza, Ini Tugasnya