TEMPO.CO, Jakarta - Komunitas Pers Politeknik Tempo (Korste) turut berpartisipasi dalam Konferensi Cek Fakta se-Asia pertama yang diselenggarakan Asian Network of News and Information Educator (ANNE) di Ho Chi Minh City, Vietnam. Perhelatan para mahasiswa pengecek fakta dari 14 kampung se-Asia itu diselenggarakan di Universitas Van Lang pada 13-14 Desember 2024.
Pembina UKM Pers sekaligus Ketua Produksi Media Rachma Tri Widuri mengaku bangga karena Politeknik Tempo goes internasional melalui konferensi ini. Menurut dia, ini adalah kegiatan positif dan memberi manfaat bagi mahasiswa maupun perguruan tinggi. Rachma juga mengatakan Program Cek Fakta tersebut bisa mengajak Gen Z skeptis dan rajin membaca, sehingga tidak tertipu berita palsu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mereka jadi terbiasa untuk mengecek semua informasi di media sosial dan membandingkannya dengan produk jurnalistik yang dihasilkan media arus utama,” kata Rachma melalui keterangan tertulis, Sabtu, 13 Desember 2024.
Adapun dalam Konferensi Cek Fakta se-Asia ini, Politeknik Tempo mewakili Indonesia bersama Universitas Airlangga, Universitas Multimedia Nusantara, dan Universitas Islam Bandung. Ariadne Khataria Moniaga—mahasiswa program studi Produksi Media—dan Richard Kannedy—mahasiswa Manajemen Pemasaran Internasional—yang mewakili Politeknik Tempo bersama Rachma, bergabung Bersama 30-an mahasiswa dari Hong Kong, Jepang, Malaysia, Vietnam, India, dan Filipina.
Pada hari pertama konferensi, Politeknik Tempo mendapat giliran ketiga presentasi. Khatarina dan Richard, secara bergantian, melaporkan pencapaian yang telah dilakukan Korste dalam program ini. Secara garis besar, pengecekan fakta yang dilakukan Korste dipublikasikan dalam tiga format media yaitu situs www.cekfakta.politekniktempo.ac.id, lalu lewat Instagram Korste, dan lewat majalah Weharima yang diterbitkan Korste setahun sekali.
Presentasi Khatarina dan Richard mendapat respons positif dari para peserta konferensi. Usai presentasi, sejumlah peserta dan dosen pendamping dari berbagai media berdatangan ke meja Korste untuk melihat dan menanyakan proses produksi majalah Weharima.
Dalam Konferensi Cek Fakta se-Asia ini, ada delapan kampus yang mempresentasikan laporan kegiatannya selama setahun. Direktur ANNIE Masato Kajimoto terlihat puas dan bangga dengan hasil pencapaian anak-anak didiknya dari berbagai negara. “Fantastic!” ujar Masato berulang kali.
Masato berharap bahwa program ini dapat terus berkelanjutan. Dengan begitu, bisa menumbuhkan budaya skeptis pada anak muda. “Semoga gaung kegiatan ini semakin meluas sehingga semakin banyak anak muda yang peduli untuk mencari kebenaran dalam berita, bicara fakta, dan terbiasa mengecek,” kata dia.
Presiden Universitas Van Lang Tran Thi My Dieu juga mengatakan bahwa pengecekan fakta adalah masa depan. Menurutnya, semua kampus perlu menerapkan pengajaran cek fakta. Terlebih, kata dia, ada banyak profesor serta pengajar jurnalistik dan kajian media yang hebat di semua kampus. “Ayo, mulai ajarkan pengecekan fakta dalam kurikulum,” tutu Tran Thi.
Adapun founder Student Clasroom dari Jepang, Noa Haruchigo, mengingatkan untuk selalu skeptis. “Jangan pernah percaya pada apa yang terlihat,” tutur Noa. Ia pun telah bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) untuk mengenalkan budaya mengecek fakta pada siswa sekolah.