TEMPO.CO, Jakarta - Korea Selatan (Korsel) mulai waspada terhadap potensi dampak krisis politik terhadap industri pariwisata setelah beberapa pelancong dari luar negeri membatalkan perjalanannya. Para pelancong itu khawatir akan keamanan negara ini menyusul darurat militer singkat yang diumumkan Presiden Yoon Suk Yeol pekan lalu.
Menurut laporan Reuters, Kamis, 12 Desember 2024, lebih dari selusin sumber perhotelan dan administrasi mengatakan keterlibatan tentara dalam krisis politik tersebut dapat menghalangi perjalanan wisata dan bisnis, ketika sektor tersebut mendekati pemulihan penuh dalam jumlah pengunjung, yang mencapai 97 persen dari tingkat sebelum Covid pada Oktober.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wali Kota Seoul Oh Se-hoon pada Rabu mengatakan bahwa ada kekhawatiran masalah keamanan di Seoul akan berdampak buruk pada industri pariwisata.
"Ada semakin banyak contoh wisatawan asing yang membatalkan kunjungan ke Seoul dan memperpendek masa tinggal mereka," kata Oh, saat bertemu dengan pejabat industri pariwisata untuk membahas penurunan permintaan perjalanan.
Oh membuat pernyataan "Seoul aman", dalam bahasa Inggris, Mandarin, dan Jepang kepada media.
Wisatawan Membatalkan Kunjungan
Aktivitas pariwisata Korsel berjalan seperti biasa meskipun berlangsung protes besar. Presiden Yoon Suk Yeol mencabut enam jam darurat militernya pada 4 Desember setelah parlemen menolaknya.
Namun, sejumlah wisatawan telah membatalkan pemesanan, meskipun tidak dalam jumlah besar. Sumber agen perjalanan dan perhotelan mengatakan bahwa beberapa wisatawan juga bertanya apakah mereka dapat membatalkan perjalanan jika situasinya berubah.
Grup hotel Accor, yang mencakup merek Fairmont dan Sofitel, mengatakan bahwa mereka mencatat ada sedikit peningkatan pembatalan sejak 3 Desember, sekitar 5 persen lebih tinggi daripada bulan November.
Pemesanan Perjalanan 2025 Menurun
Asosiasi Start-up Pariwisata Korsel mengatakan pada Jumat lalu bahwa pemesanan untuk paruh pertama tahun 2025 telah mengalami penurunan tajam. Kamar-kamar di hotel-hotel yang sebelumnya dipesan penuh di ibu kota Seoul kini tersedia lagi karena pembatalan.
"Beberapa hotel bahkan menurunkan tarif mereka dan memberikan penawaran khusus untuk menarik lebih banyak pemesanan", kata seorang agen perjalanan masuk yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah tersebut.
Bukan hanya hotel, klinik bedah plastik di lingkungan kelas atas Gangnam di Seoul juga mengatakan beberapa pasien asing telah membatalkan kunjungan sejak insiden darurat militer.
"Kami tidak khawatir sekarang, tetapi jika situasi ini terus berlanjut, itu akan berdampak pada pengunjung asing," kata seorang perwakilan klinik, yang menolak disebutkan namanya.
Korsel adalah tujuan global teratas untuk wisata medis dan bedah plastik.
Kunjungan Wisata Korea Selatan
Pariwisata di Korea Selatan meledak setelah popularitas drama, musik, dan kecantikan secara global. Pada 2023, industri perjalanan dan pariwisata Korea Selatan menghasilkan 84,7 triliun won ($59,1 miliar) pada 2023, sekitar 3,8 persen dari PDB. Industri ini berhasil bertahan melewati berbagai rintangan sebelumnya, termasuk pemakzulan presiden pada 2016 dan ketegangan berkala dengan Korea Utara.
Cina merupakan sumber wisatawan asing terbesar ke Korsel, diikuti oleh Jepang dan Amerika Serikat. Indonesia juga masuk dalam 10 besar penyumbang wisatawan asing terbanyak ke negara tersebut. Sampai dengan akhir tahun ini, Korsel menargetkan 300 ribu kunjungan wisatawan dari Indonesia, sedikit lebih tinggi dari capaian pada 2019 yang mencapai 278 ribu.
Korea Selatan berharap dapat melipatgandakan jumlah wisatawan tahunan pada 2027 dari jumlah tahun 2019 menjadi 30 juta. Untuk mencapai tarher tersebut, Korea Selatan berfokus pada perjalanan bisnis kelompok untuk acara-acara termasuk konferensi dan pameran, sektor yang dikenal sebagai pariwisata MICE, yang dapat terdampak jika krisis politik berlanjut hingga awal tahun depan, kata Ha Hong-kook, sekretaris jenderal di Asosiasi MICE Korea.