Mengenal Proyek Blok Masela yang akan Kembali Dijalankan Tahun Depan

1 month ago 42

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani memastikan bahwa Proyek Strategis Nasional (PSN) Blok Masela akan mulai digarap kembali pada 2025 mendatang. Lantas apa sebenarnya proyek Blok Masela itu? 

Dilansir dari Antara, Rosan Roeslani mengatakan dirinya dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mendapat tugas dari  Presiden Prabowo Subianto untuk mengawal kelanjutan proyek tersebut.

"Harapannya juga ingin segera berjalan, direncanakan pada tahun depan sudah mulai berjalan, tadi sampaikan, dan diharapkan selesai pada beberapa tahun ke depan," kata Rosan di kawasan Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 5 Desember 2024 dikutip dari Antaranews.

Lebih lanjut, Rosan menilai kendala yang dihadapi Inpex sebagai investor dalam proyek gas Blok Masela sudah berlangsung cukup lama mengingat proyek ini sudah berjalan lebih dari dua dekade. Meski begitu, proses penyelesaian terus diupayakan karena potensi dari proyek gas Blok Masela yang sangat besar nilainya.

Mengenal Proyek Blok Masela

Untuk diketahui, Blok Masela  adalah sebuah Proyek Kilang Gas Alam Cair (LNG) di Pulau Nustual, Lermatang, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku dan merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang bernilai 19,8 miliar dolar AS (sekitar Rp285 triliun). 

Dikutip dari laman Kementerian ESDM, blok ini memiliki luas area kurang lebih 4.291,35 km², yang terletak di Laut Arafura, sekitar 800 km sebelah timur Kupang, Nusa Tenggara Timur atau sekitar 400 km di utara kota Darwin, Australia, dengan kedalaman laut 300-1000 meter. 

Lewat proyek tersebut, Blok Masela berpotensi memproduksi gas 1.600 juta standar kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 juta standar kaki kubik per hari gas pipa, dan sekitar 35 ribu barel kondensat per hari, dengan target operasional pada kuartal IV 2029.

LNG sendiri merupakan gas bumi yang telah didinginkan sampai suhu -162 derajat Celsius, mengubahnya dari gas menjadi bentuk cair dan mengurangi volumenya sampai 600 kali lebih kecil. Proses inilah yang membuat gas bumi jadi lebih mudah untuk disimpan dan didistribusikan.

Mengenai fungsinya, LNG digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik dan bahan baku industri. Selain itu, dengan adanya LNG, emisi CO2 dapat berkurang sekitar 25 persen, emisi NOX berkurang 90 persen, serta tidak ada emisi sulfur, debu, dan partikel lain.

Selain untuk pengembangan dan produksi gas bumi lapangan Blok Masela, pembangunan pelabuhan kilang gas alam cair itu juga ditujukan untuk penyediaan sarana dan prasarana termasuk memfasilitasi perpindahan barang, suku cadang, peralatan dan hasil olahan gas bumi.

Adapun kontrak Blok Masela sudah ditandatangani sejak 16 November 1998 silam dan harusnya berakhir pada November 2028 atau selama 30 tahun. Namun, kontraktor kontrak kerja sama Blok Masela telah mendapatkan kompensasi waktu tujuh tahun ditambah perpanjangan kontrak selama 20 tahun, sehingga kontrak akan berakhir pada 15 November 2055.

Sebelumnya, pemegang interest Blok Masela ialah Inpex Masela Ltd, perusahaan yang berbasis di Jepang, sebesar 65 persen sebagai operator dan Shell Upstream Overseas Services Ltd (35 persen).

Dalam perkembangannya, dikutip dari laman Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) bermitra dengan PETRONAS Masela Sdn. Bhd. (PETRONAS Masela) berhasil menyelesaikan proses akuisisi sebesar 35 persen participating interest milik Shell Upstream Overseas Services Limited di Blok Masela.

Dengan demikian, PHE Masela telah secara resmi mengelola 20 persen participating interest (PI) dan Petronas Masela 15 persen PI di Blok Masela, Maluku. Perjanjian jual beli ditandatangani pada 25 Juli 2023 dan persetujuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) atas pengalihan PI diperoleh pada 4 Oktober 2023, seperti yang dikutip dari laman resmi Pertamina. 

Adapun progres dari pengerjaan Blok Masela oleh Inpex saat ini disebut sedang dalam penyelesaian penyelesaian tahap desain dan rekayasa atau front-end engineering design (FEED). Hal ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto di Istana Kepresidenan pada Kamis, 5 Desember 2024. 

Perusahaan mitra dari Petronas dan Pertamina tersebut juga disebut akan menambahkan beberapa teknologi lain untuk proyek strategis nasional ini. "Tentunya beberapa hal mereka tambahkan, karena sekarang untuk proyek-proyek semacam itu diperlukan untuk melengkapi dengan carbon capture and storage (CCS) maupun CCUS (Carbon Capture, Utilization, and Storage). Jadi itu masuk di dalam pengembangan proyek," ujar Airlangga.

Pilihan Editor: Bagaimana Nasib Pembangunan Blok Masela Setelah Shell Dikabarkan Hengkang

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |