TEMPO.CO, Jakarta - Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) setelah berhasil unggul telak atas lawannya, Kamala Harris. Sebelumnya, ia sempat berjanji akan memecat seorang jaksa sekaligus penasihat khusus bernama Jack Smith, dalam waktu dua detik jika berhasil kembali menjadi Presiden Amerika Serikat. Siapa itu Jack Smith?
Dalam sebuah wawancara pada 24 Oktober lalu, Trump mengatakan bahwa dia akan memecat Smith, "dalam waktu dua detik" setelah dilantik. "Sangat mudah. Saya akan memecatnya dalam waktu dua detik," ujarnya seperti yang dikutip dari laman Reuters.
Trump mengaku tidak bersalah atas semua tuduhan dan menyatakan penuntutan tersebut bermotif politik. Dengan memecat Smith, maka dua kasus yang menyeretnya dapat diakhiri dengan segera.
Lebih lanjut, saat ditanya apakah dia yakin anggota parlemen akan bergerak untuk mengajukan tuntutan pemakzulan terhadapnya jika dia memecat Smith, Trump mengatakan, "Tidak, saya tidak berpikir mereka akan memakzulkan saya jika saya memecat Jack Smith."
Profil Jack Smith
Dikutip dari Britannica, John Luman Smith lahir pada 5 Juni 1969 dan dibesarkan di Clay, New York, pinggiran kota Syracuse. Pria yang kini dikenal dengan nama Jack Smith itu adalah jaksa karier Amerika yang pada bulan November 2022 ditunjuk sebagai penasihat khusus di Departemen Kehakiman AS (DOJ) yang bertanggung jawab atas dua penyelidikan yang sedang berlangsung terkait kemungkinan aktivitas kriminal oleh mantan Presiden AS Donald Trump.
Adapun salah satu investigasi itu terkait dengan penyimpanan dan dugaan penyembunyian dokumen rahasia Donald Trump setelah kepergiannya dari Gedung Putih pada Januari 2021, sementara investigasi lainnya berkaitan dengan dugaan penghasutan Trump atas serangan 6 Januari 2021 di Gedung Kongres AS, di mana kelompok pendukungnya berusaha menghentikan sertifikasi resmi Kongres untuk kemenangan Joe Biden atas Trump pada pemilihan presiden 2020.
Jack Smith sebelumnya menempuh pendidikan di State University of New York (SUNY) di Oneonta, lulus dengan predikat summa cum laude pada 1991, dan Harvard Law School, di mana ia meraih gelar Juris Doctor (J.D.) pada tahun 1994.
Dikutip dari Al Jazeera, Smith yang selama karirnya tidak terdaftar sebagai anggota partai politik mana pun, mulai menjadi jaksa pada 1994 di Kantor Kejaksaan Wilayah Manhattan di bawah kepemimpinan Robert Morgenthau, yang terkenal karena mengadili para bos mafia.
Pada 1999, Smith mulai bekerja di Kantor Kejaksaan AS di Brooklyn untuk Distrik Timur New York, di mana ia memegang berbagai posisi pengawasan, termasuk kepala litigasi kriminal. Hingga pada 2008, dia meninggalkan itu untuk mengawasi penuntutan kejahatan perang di Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag, Belanda.
Smith kemudian kembali ke Departemen Kehakiman pada 2010 dan menerima penunjukan sebagai kepala Bagian Integritas Publik DOJ, yang menyelidiki dan menuntut para politisi dan pejabat pemerintah yang dituduh melakukan korupsi.
Dia kemudian menjabat sebagai asisten pertama jaksa AS dan kemudian menjadi pelaksana tugas jaksa AS untuk Distrik Tengah Tennessee (2015-2017), menjadi wakil presiden dan kepala litigasi untuk Hospital Corporation of America (2017-18), dan, setelah kembali ke ICC pada 2018, sebagai "jaksa penuntut khusus" untuk kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida yang dilakukan oleh atau terhadap warga negara Kosovo antara tahun 1998 dan 2000, sebagaimana tertulis dalam laman britannica.com.
Mantan rekan-rekan Smith mengatakan bahwa ia adalah seorang penyelidik yang gigih, berpikiran terbuka, dan tidak takut untuk mengejar kebenaran. "Jika kasus ini dapat dituntut, dia akan melakukannya," kata Mark Lesko, seorang pengacara di firma Greenberg Traurig LLP yang pernah bekerja sama dengan Smith saat keduanya masih menjadi jaksa di Kejaksaan AS di New York. "Dia tidak kenal takut."