FRIEDRICH Merz, pemimpin partai Christian Democratic Union (CDU), dinyatakan sebagai pemenang pemilu Jerman, Minggu, 23 Februari 2025, dan menjadi kanselir berikutnya.
Kemenangan Merz sudah diprediksi karena ia secara konsisten unggul dalam jajak pendapat sejak sejak Kanselir yang sedang menjabat, Olaf Scholz, kalah dalam mosi tidak percaya pada Desember tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ingin mengarahkan partai ke arah yang lebih konservatif, Merz menjadikan pembatasan migrasi ilegal sebagai isu utama dalam politiknya.
Kemenangan ini juga menandai kembalinya Friedrich Merz ke puncak karier politiknya di Jerman. Merz, yang saat ini berusia 69 tahun, akan menjadi kanselir tertua kedua sejak Konrad Adenauer, kanselir pertama Jerman, yang menjabat pada 1949 di usia 73 tahun, seperti dilansir DW.
Perjalanan Politik
Friedrich Merz belajar hukum dan pernah bekerja sebagai pengacara. Karier politiknya dimulai saat ia yang masih duduk di bangku sekolah bergabung dengan CDU yang berhaluan kanan-tengah. Politik selalu menjadi perhatian utamanya, Euronews melaporkan.
Pada 1980 ia terpilih menjadi anggota Parlemen Eropa dan di tahun 1994 menjadi anggota parlemen Jerman.
Naik melalui jajaran partai selama beberapa tahun berikutnya, Merz akhirnya tersisih setelah perebutan kekuasaan dengan Angela Merkel. Dia memutuskan untuk meninggalkan dunia politik, dan menghabiskan beberapa tahun bekerja di posisi senior di sektor swasta, seperti di BlackRock Jerman dan HSBC Trinkhaus & Burkhardt, serta menjabat di dewan EY Jerman dan tim sepak bola Borussia Dortmund.
Kembalinya dia ke parlemen lebih dari satu dekade kemudian ditandai dengan upayanya untuk menggeser CDU ke arah yang telah dicirikan sebagai sikap yang lebih konservatif secara sosial dan pro-bisnis.
Merz mengambil alih kepemimpinan CDU yang berhaluan kanan-tengah pada 2022, dua tahun setelah pemimpin konservatif yang telah lama menjabat dan mantan Kanselir Angela Merkel mundur dari dunia politik.
Merz memiliki gaya politik yang berbeda dengan Merkel. Pendekatan konfrontatif dan pernyataan-pernyataan yang memolarisasi Merz membuatnya menjadi salah satu kandidat kanselir Jerman yang paling tidak populer.
Kebijakan Imigrasi
Merz menjadikan migrasi massal sebagai fokus utama kampanye pemilihannya, dengan menyerukan perombakan total kebijakan imigrasi Jerman, Anadolu melaporkan.
Ia berjanji untuk membangun kontrol perbatasan permanen dengan negara-negara tetangga untuk mengurangi migrasi ilegal secara signifikan, sekaligus mempercepat prosedur deportasi bagi pencari suaka yang ditolak.
Merz telah menyatakan bahwa warga Suriah dan Afghanistan yang tidak memiliki status hukum, serta para migran yang telah melakukan kejahatan serius di Jerman, akan dideportasi ke negara asalnya.
Partai CDU juga berjanji untuk menangguhkan penyatuan kembali keluarga bagi mereka yang memiliki status perlindungan tambahan dan menghentikan semua program penerimaan sukarela.
Sikap imigrasi yang ketat dari Merz telah memicu tanggapan yang beragam. Secara khusus, organisasi-organisasi migran mengkritik janjinya untuk membatalkan reformasi pemerintah Scholz tentang kewarganegaraan Jerman dan dwi-kewarganegaraan.
Janji Ekonomi
Jerman sebagai ekonomi terbesar di Eropa sedang membutuhkan sebuah penyegaran. The Guardian mengatakan banyak sekali tantangan yang dihadapi, mulai dari regulasi yang berlebihan dan infrastruktur yang berderit hingga biaya energi yang tinggi, kurangnya keterampilan yang kronis, dan populasi yang menua. Menurut banyak orang Jerman, ada kebutuhan mendesak untuk investasi dalam segala hal, mulai dari pertahanan negara hingga infrastruktur.
Namun, untuk melakukan hal tersebut, Merz harus melonggarkan aturan yang dilindungi oleh konstitusi yang dikenal sebagai "debt brake" atau “rem utang”, yang selama bertahun-tahun digunakan oleh Berlin untuk mengklaim statusnya yang dibanggakan sebagai teladan disiplin fiskal.
Rem utang diperkenalkan pada 2009 oleh Merkel untuk menunjukkan bahwa Jerman berkomitmen untuk menyeimbangkan pembukuan setelah kejatuhan perbankan. Di bawah aturan ini, pemerintah federal diharuskan untuk membatasi pinjaman tahunan hingga 0,35 persen dari PDB.
Merz dapat melonggarkan aturan tersebut dan pada gilirannya membebaskan dana yang sangat dibutuhkan untuk investasi dalam berbagai bidang, mulai dari perumahan hingga infrastruktur kereta api, yang didukung oleh lebih dari separuh warga Jerman.
Namun hal ini bukannya tanpa kontroversi. Perdebatan mengenai rem utang inilah yang pada akhirnya menjatuhkan pemerintahan Olaf Scholz.
Hubungan dengan AS
Friedrich Merz, memperingatkan Amerika Serikat pada Senin agar tidak berpaling dari sekutu-sekutunya. Namun, di bagian lain, ia mendesak Eropa untuk membangun kemampuan pertahanan mereka sendiri, dengan mengatakan bahwa saat ini adalah "lima menit menuju tengah malam untuk Eropa", seperti dikutip Reuters.
Komentarnya menggarisbawahi gejolak yang melanda aliansi trans-Atlantik sejak terpilihnya kembali Presiden AS Donald Trump dan kekhawatiran bahwa ia dapat mencapai kesepakatan dengan Rusia atas Ukraina sementara Kyiv dan Eropa hanya menonton dari pinggir lapangan.
Waktu semakin mendesak bagi ekonomi terbesar di Eropa yang sedang sakit ini. Bisnis-bisnis Jerman menuntut bantuan untuk tetap kompetitif secara global, masyarakat terpecah karena migrasi dan pemerintah baru juga harus berurusan dengan pemerintahan Trump yang konfrontatif dan mengancam tarif serta Rusia yang bermusuhan dan Cina yang tegas.
"Dan apa yang juga kami lihat dengan keprihatinan terbesar, tentu saja, adalah upaya (oleh Trump) untuk membuat kesepakatan dengan Rusia mengenai Ukraina di atas kepala orang-orang Eropa, di atas kepala Ukraina," ujar Merz dalam sebuah konferensi pers.
"Anda tidak akan terkejut ketika saya mengatakan bahwa hal ini tidak dapat diterima baik untuk Ukraina maupun Eropa," kata Merz, seraya menambahkan bahwa akan sulit jika mereka yang mengedepankan "America First" justru membuat moto "America Alone".
Pertaruhan Politik
Reuters mengatakan, beberapa pengkritik internal merasakan ke-Atlantik-annya, kemampuan berbahasa Inggris yang sangat baik dan keterampilan bernegosiasi yang diasah di ruang rapat di mana ia bertugas selama masa hiatus politiknya menjadikannya kandidat yang baik untuk era Trump.
Sebagai pendukung setia Ukraina dalam perangnya melawan Rusia, Merz mengatakan bahwa ia akan mengirimkan rudal Taurus kelas atas kepada Kyiv yang selalu diblokir oleh Scholz.
Terlepas dari semua itu, dalam banyak hal, dia adalah sosok kuno dari masa sebelum dia meninggalkan politik untuk karier kedua yang mendatangkan banyak uang di BlackRock. Karier tersebut membuat politisi yang hobi terbang ini menjadi cukup kaya untuk memiliki pesawat terbang.
Ia pernah mengatakan kepada seorang pewawancara bahwa ia akan meninggalkan dunia politik jika hal itu membuat pernikahannya yang telah berlangsung selama 40 tahun dengan Charlotte, seorang hakim, berada dalam tekanan. "Bagi saya harga itu terlalu mahal," katanya.
Jika menjabat, ia akan menjadi kanselir pertama yang memiliki anak, dan kanselir pertama yang belum pernah bercerai, sejak Helmut Kohl meninggalkan jabatannya pada 1998.
Dia dengan tekun membangun kontak dengan para pemimpin Eropa yang akan menjadi rekan-rekannya, dengan beberapa orang menyambut baik prospek untuk mengakhiri pemerintahan Scholz yang terpecah dan tidak tegas.