Profil Muliaman Hadad yang Digeser jadi Wakil Ketua Dewas Danantara

3 hours ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto resmi meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 24 Februari 2025. Danantara akan diawasi oleh Dewan Pengawas (Dewas) yang berasal dari sejumlah kementerian dan lembaga dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sebagai Ketua Dewas dan Muliaman Darmansyah Hadad sebagai Wakil Ketua.

Sebelumnya, Prabowo telah melantik Muliaman sebagai Kepala Danantara dan Kaharuddin Djenod Daeng Mayambeang sebagai wakilnya di Istana Negara, Jakarta, Senin, 21 Oktober 2024. Pelantikan tersebut diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 142/P Tahun 2024 tentang Pengangkatan Kepala dan Wakil Kepala BPI Danantara. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan demikian, Muliaman menjabat sebagai pimpinan tertinggi Danantara hanya selama hampir empat bulan, sebelum digantikan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani sebagai Kepala Badan Pelaksana atau Chief Executive Officer (CEO). Lantas, bagaimana profil Muliaman? 

Profil Muliaman Hadad

Muliaman lahir di Bekasi, Jawa Barat pada 3 April 1960. Dilihat dari profil LinkedIn-nya, dia mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Indonesia (UI) pada 1979 hingga 1983, dan meraih gelar sarjana ekonomi. 

Selanjutnya, dia menempuh studi magister (S2) di John F. Kennedy School of Government, Harvard University, Amerika Serikat pada 1991, dan menyandang gelar Master of Public Administration. Setelah itu, dia melanjutkan kuliah pada program doktor (S3) di Monash University, Melbourne, Australia dan meraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) di bidang perbankan dan keuangan pada 1996. 

Muliaman mengawali kariernya sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2006-2012. Dia lalu berpindah ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Ketua Dewan Komisioner pada 2012-2017. 

Dia juga sempat menduduki kursi Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Diponegoro (Undip) pada 2016 hingga 2021. Dia menjadi dosen pada bidang ekonomi dan bisnis di perguruan tinggi negeri (PTN) tersebut sejak 2017, serta dikukuhkan sebagai guru besar pada 2018. Pada Maret 2024, dia terpilih sebagai Ketua MWA Universitas Sebelas Maret (UNS) periode 2024-2029. 

Di era pemerintahan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), Muliaman ditunjuk sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) untuk Swiss merangkap Liechtenstein pada 2018 hingga 2023. Dia kini juga masih berprofesi sebagai Komisaris Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dan Komisaris Independen PT Astra International Tbk. 

Harta Kekayaan Muliaman Hadad

Merujuk pada Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara elektronik (e-LHKPN) yang diunggah di laman Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Muliaman terpantau pertama kali menyampaikan jumlah hartanya ketika menjabat sebagai Deputi Gubernur BI, yaitu sebesar Rp4.848.717.692 pada 15 Juli 2007. 

Berikutnya, dia kembali menyerahkan LHKPN empat tahun kemudian saat masih menjabat sebagai Deputi Gubernur BI. Total kekayaannya pada 12 September 2011 tercatat sebesar Rp11.463.752.146. 

Ketika bertugas sebagai Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman kembali berkewajiban melaporkan jumlah kekayaannya. Hartanya selama menjabat di OJK sebesar Rp17.198.911.336 per 30 Desember 2013, Rp16.677.764.861 per 19 April 2016, dan meningkat tajam menjadi Rp39.145.020.352 per 19 Juli 2017 dalam kurun waktu satu tahun. 

Adapun LHKPN terakhir yang dilaporkan Muliaman sebagai Komisaris Utama BSI, yaitu pada 31 Maret 2024 dengan jumlah Rp42.317.590.493. Berikut rinciannya:

- Tanah dan bangunan: Rp47.776.709.959.

- Alat transportasi dan mesin: Rp3.361.300.000.

- Harta bergerak lainnya: -

- Surat berharga: Rp1.000.000.000.

- Kas dan setara kas: Rp4.222.899.234.

- Harta lainnya: Rp1.000.000.000.

- Utang: Rp14.043.318.700. 

Dalam LHKPN-nya, Muliaman mengaku mempunyai 18 bidang tanah dan/atau bangunan yang diklaim berasal dari hasil sendiri. Aset-aset properti tersebut tersebar di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Tangerang Selatan, Bekasi, Serang, Bogor, Pandeglang, Badung, hingga Australia, dengan luas berkisar antara 86 hingga 13.326 meter persegi. 

Dia juga mengoleksi empat unit kendaraan bermotor roda empat yang diklaim dari hasil sendiri, meliputi Toyota Avanza Minibus (2007) senilai Rp 75 juta, Nissan Navara Minibus (2015) senilai Rp 436,3 juta, Toyota Alphard (2018) senilai Rp 950 juta, dan BMW SUV (2023) senilai Rp 1,9 miliar. 

Nabiila Azzahra, Hammam Izzuddin, dan Septia Ryanthie berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |