TEMPO.CO, Jakarta - Pada 5 November 2024, Poltracking Indonesia memutuskan keluar dari Persepi usai mendapat sanksi dari Dewan Etik Persepsi perihal survei elektabilitas Pilgub Jakarta. Dewan etik menilai ada perbedaan data Poltracking ketika diperiksa sehingga validitas datanya tidak bisa diverifikasi.
Namun, Direktur Poltracking, Masduri Amwari membantahnya. Ia menilai, Dewan Etik Persepi tidak adil, tidak proporsional, dan akuntabel dalam pemeriksaan terhadap lembaganya dan Lembaga Survei Indonesia.
Masduri mengungkapkan, lembaganya keluar karena ada anggota dewan etik Persepi yang tendensius terhadap Poltracking. Akibatnya, terlalu naif, jika lembaganya harus mempertahankan rekam jejak dan reputasi karena satu survei.
“Poltracking pada 2014 diajak bergabung ke Persepsi karena pertaruhan integritas, pada 2024 Poltracking keluar dari Persepsi juga karena pertaruhan integritas,” kata Masduri, pada 5 November 2024.
Setelah Poltracking, Parameter Politik Indonesia (PPI) dan Voxpol juga hengkang dari Persepi. PPI keluar dari Persepi karena restrukturisasi kepengurusan serta evaluasi dan konsolidasi internal tentang arah kebijakan untuk masa depan. Sementara itu, Voxpol sampai saat ini belum mengungkapkan alasannya keluar dari Persepi. Namun, keluarnya tiga lembaga ini dari Persepi tidak bisa dilepaskan dari peran para direktur.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda
Dilansir laman Poltracking Indonesia, Hanta Yuda merupakan lulusan Sarjana Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (UGM). Setelah itu, ia melanjutkan pascasarjana di Master Ilmu Politik, Universitas Indonesia (UI). Selama kuliah, ia aktif dalam pergerakan mahasiswa, seperti Presiden Mahasiswa UGM dan Koordinator Pusat BEM se-Indonesia. Bahkan, ia juga memperoleh penghargaan Inspiring Alumni Award FISIPOL UGM dalam Dies Natalis Fisipol UGM 2012.
Sebagai peneliti dan analis politik, Hanta mendalami kajian spesialis mengenai partai politik, pemilu, perilaku pemilih, sistem presidensial, kepemimpinan politik, dan demokratisasi. Selain itu, ia juga menulis buku, artikel jurnal, dan kolom opini majalah serta surat kabar nasional. Salah satu buku yang ditulis Hanta adalah Jejak Para Pemimpin (2014). Selain itu, ia juga menjabat sebagai CEO X-Sagha, Sagha Creative, dan Ketua Yayasan Arroyyan Indonesia.
Direktur PPI, Adi Prayitno
Adi Prayitno adalah Direktur PPI yang mengonfirmasi keluarnya PPI dari keanggotaan Persepi. Ia merupakan lulusan dari Sarjana Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Master of Infrastructure Planning, UI.
Dikutip pddikti.kemdikbud.go.id, selain memimpin lembaga survei, Adi juga bertugas sebagai dosen Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia mengampu beberapa mata kuliah selama menjadi dosen sejak tahun ajaran 2022/2023, yaitu Perilaku Politik, Pengantar Ilmu Politik, Kajian Pemilu, dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago
Berdasarkan voxpolcenter, Pangi Syarwi Chaniago atau akrab disapa Ipang lahir pada 20 Januari 1986 di Sumatra Barat. Ia merupakan lulusan Sarjana Ilmu Politik di Universitas Andalas. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di Ilmu Politik, UI dan doktor Ilmu Politik, Universitas Airlangga.
Selain menjadi Direktur Voxpol Center, Ipang sebelumnya pernah menjadi staf ahli DPD periode 2009-2013. Ia juga telah menulis beberapa buku, di antaranya Titik Balik Demokrasi (2012) dan Lorong Gelap DPD: “Dinamika Politik Dalam Penguatan Fungsi DPD” (2015). Ia juga sering diundang menjadi pembicara seminar nasional dan narasumber pelbagai media TV nasional. Namun, sampai sekarang, Ipang yang memimpin Voxpol belum mengungkap alasan lembaganya mundur dari Persepi.
RACHEL FARAHDIBA R | NOVALI PANJI NUGROHO | ANDRY TRIYANTO
Pilihan Editor: Poltracking Disorot, Ini Sosok Hanta Yuda Pendiri dan Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia