TEMPO.CO, Jakarta - Kehilangan ekonom senior, Faisal Basri, membuat para peneliti dan pendiri Institute for Development of Economics and Finance atau INDEF, berduka. Duka itu dibayar dengan mendirikan perpustakaan.
Perpustakaan Tampung 2.000 Buku Koleksi Faisal Basri
Perpustakaan yang dinamai Ruang Baca Faisal Basri itu menyimpan sekitar 300 buku. Tapi di sudut lain, seperti di ruang kerja dan ruang seminar, bisa mencapai 2000 buku. "Ini semua milik Pak Faisal," kata Direktur Eksekutif INDEF Esther Sri Astuti di ruang kerjanya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat, 7 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perpustakaan ini diresmikan oleh Syafitrie Nasution, istri Faisal. Perempuan yang akrab disapa Fitri ini datang bersama dua anaknya, Siti Nabila Azuraa dan Muhammad Attar. Hanya putra sulung, Anwar Ibrahim, tak ikut.
Selain membicarakan buku, perpustakaan, mendiskusikan pemikiran, acara itu disuguhi dengan peluncuran buku atau berisi tulisan tentang sosok Faisal. Buku bersampul biru dengan gambar wajah Faisal diberi judul Merekam Gagasan Faisal Basri.
Perihal pemikiran Faisal, tiga pendiri organisasi nirlaba yang bergerak di bidang riset masalah ekonomi, membahas pandangan Faisal. Ketiga rekan Faisal yang dikenal sebagai ekonom senior INDEF itu, Didin S. Damanhuri, M. Fadhil Hasan, dan Didik J. Rachbini. Kini, Didik Rachbini menjabat Rektor Universitas Paramadina.
Apresiasi untuk Faisal Basri sebagai Pendiri INDEF
Fadhil mengatakan, perpustakaan yang dibangun di dalam kantor INDEF itu merupakan apresiasi kepada Faisal sebagai salah seorang yang sangat berjasa telah mendirikan dan membawa organisasi itu hingga kini berumur 30. Ia berharap orang bisa mengakses buku-buku di dalamnya untuk mendalami pemikiran Faisal. "Perpusatakaan itu terbuka buat umum. Siapa yang mau baca bisa datang ke situ," kata Fadhil, di pelataran gedung INDEF.
Perihal pemikiran Faisal, Fadhil mengatakan, meski dikenal di luar sering melontarkan kritik tajam dan keras, tapi ia berkontribusi dalam perbaikan sistem tata kelola dari dalam. Itu ia lakoni sejak masa Orde Baru. Misalnya, ia pernah terlibat dalam tim monitoring dan evaluasi ketika Budiono menjadi Menteri Keuangan periode 2001-2004.
Faisal juga pernah menjadi Ketua Komite Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas. Ia pun terlibat dalam Tim Percepatan Reformasi Hukum atau Tim Reformasi Hukum di bawah Mahfud Md., yang kala itu menjabat Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan. Dalam satgas itu, Faisal adalah anggota Kelompok Kerja Reformasi Hukum Sektor Agraria dan Sumber Daya Alam, yang salah satu di dalamnya ada Soegeng Rahardjo Djaro alias Erros Djarot, politikus sekaligus budayawan. "Keterlibatannya cukup signifikan untuk perbaikan dari dalam," ucap dia.
Nabila, anak kedua Faisal, berterima kasih atas kerja INDEF membangun Ruang Baca Faisal Basri dan menyimpan ribuan buku ayahnya. Ia menyatakan terharu membaca isi buku yang ditulis pendiri, senior, dan anggota organisasi ini mengenai ayahnya.
Ia mengutip satu paragraf tulisan Agus Harta Sumarto, peneliti INDEF, berjudul "Investasi Harus untuk Kepentingan Bangsa dan Masyarakat Luas". Nabila mengutip ulang pernyataan ayahnya dalam perayaan Halalbihalal di INDEF pada 2024 ini, "Hidup sudah saya hibahkan untuk bangsa dan negara. Jika saya harus mati, jika saya harus remuk untuk memperjuangkan kebenaran ini, saya ikhlas. Teman-teman INDEF untuk sekarang jangan dulu ikut saya."
Ekonom Universitas Indonesia ini wafat di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta, pada Kamis, 5 September 2024, pukul 03.50 WIB. Sebelumnya ia dirawat akibat kelelahan setelah menemui petani di Sumatera Utara. Faisal juga memiliki riwayat penyakit diabetes.