Seberapa Besar Krisis Manchester City dan Pep Guardiola Seusai Menelan 5 Kekalahan Beruntun?

3 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Manchester City mengalami lima kekalahan beruntun saat menghadapi Tottenham Hotspur pada lanjutan Liga Inggris di Etihad Stadium pada Minggu, 25 November 2024.  The Citizens kalah 0-4 setelah gagal mengantisipasi permainan sepak bola berskema serangan balik yang memukau dari Tottenham.

Sebelum kalah dari Tottenham Hotspur, Manchester City mendapat hasil buruk dalam empat laga. Tim Biru Langit kalah dari Tottenham pada ajang Piala Liga Inggris. Setelah itu, mereka kalah dari Bournemouth dan Brighton di Liga Inggris dan kalah dari Sporting CP di Liga Champions.

Dengan kembalinya para pemain dari cedera dan keraguan tentang masa depan manajer Pep Guardiola setelah meneken kontrak baru, jeda internasional seharusnya menjadi semacam awal baru bagi City. Meski begitu, Spurs berhasil menunjukkan kerentanan di lini pertahanan sang juara bertahan berkat penampilan gemilang dari Dejan Kulusevski. Sementara itu, Erling Haaland mengalami hari yang buruk.

Masih terlalu dini untuk mengeluarkan Manchester City dalam perebutan gelar. Pep Guardiola juga berada dalam tekanan setelah berada dalam kondisi kekalahan beruntun terpanjang dalam kariernya. Ia belum pernah kalah lima pertandingan berturut-turut sebagai manajer dan belum pernah kalah tiga pertandingan di Liga Primer berturut-turut sebagai bos City. 

"Saat kalah 4-0, tidak ada yang bisa dikatakan selain memberi selamat kepada Tottenham. Kami sedikit rapuh saat ini, itu jelas. Kami berjuang untuk mencetak gol dan setelah gol itu datang, mereka mencetak gol lagi. Kami sedikit bermain dalam pikiran yang sedikit negatif, tetapi ini normal," kata Guardiola.

Awalnya, semuanya tampak baik-baik saja. Para penggemar tuan rumah memberi Rodri tepuk tangan meriah saat ia memamerkan Ballon d'Or untuk pertama kalinya. Saat pertandingan dimulai, fans mulai bernyanyi untuk mengapresiasi Guardiola, yang menandatangani kontrak barunya selama dua tahun pada hari Kamis lalu.

Selama 10 menit, Manchester City mendominasi. Haaland memiliki dua peluang emas untuk mencetak gol. Rasanya hanya masalah waktu untuk City membobol gawang Spurs. Tetapi, Tottenham menjadi tim yang berbeda. Tidak adil untuk berharap pada Rodri, pemain yang menjadi tumpuan di lini tengah selama era Pep Guardiola.

Ketika semua orang memperkirakan pertahanan Spurs akan segera runtuh, City justru bobol. Ada sekitar 15 menit tersisa sebelum Tottenham menguasai bola cukup lama dan berpikir untuk melancarkan serangan. 

Kulusevski melepaskan umpan yang diarahkan pada James Maddison untuk mencetak gol pertamanya malam itu. Son Heung-min memaksa Ederson melakukan penyelamatan. Son juga yang memberi umpan balik agar Maddison bisa mencetak gol keduanya dalam tujuh menit. Di tengah hujan deras Manchester, Guardiola melepas mantelnya seolah-olah mengirim pesan kepada para pemainnya bahwa sudah waktunya untuk bekerja keras.

Pada Januari 2023, Spurs unggul 2-0 di Etihad sebelum City bangkit untuk menang 4-2. Tidak ada respons serupa kali ini. Pedro Porro mencetak gol ketiga setelah turun minum dan pemain pengganti Brennan Johnson menambah gol keempat di masa tambahan waktu.

Itu adalah kekalahan pertama City di Etihad selama lebih dari dua tahun dan kekalahan kandang terbesar di Liga Inggris sejak kalah 5-1 dari Arsenal pada Februari 2003. "Anda tidak datang ke tempat seperti ini (Etihad Stadium) dengan berpikir melakukan hal yang seperti kami lakukan hari ini,” kata manajer Tottenham Ange Postecoglou, yang kehilangan bek tengah Micky van de Ven dan Cristian Romero.

"City menguji Anda dalam segala hal. Kami mencapai level yang sangat kuat hari ini. Pujian untuk para pemain karena saya pikir mereka luar biasa. Kami tahu kami harus melewati badai dan itu berhasil. Itu penting karena mereka memiliki rekor yang luar biasa di kandang," ujar Ange lagi.

Untuk pertama kalinya, Guardiola memiliki masalah yang harus dipecahkan. Tanpa Rodri dan Mateo Kovacic, lini tengah City yang terdiri dari Ilkay Gündogan, Rico Lewis, dan Bernardo Silva seperti diinjak-injak oleh Yves Bissouma dan Pape Matar Sarr. Gündogan tampil sangat buruk. Ia tidak mampu mengimbangi kecepatan serangan Spurs, meskipun ia tidak sendirian. Kyle Walker tampak hilang arah setelah membiarkan Timo Werner bebas melewatinya.

City kini telah kebobolan 14 gol dalam lima pertandingan terakhir. Akan lebih buruk jika Ederson tidak melakukan tiga penyelamatan yang bagus. Dalam enam pertandingan liga kandang sejauh musim ini, City telah kebobolan gol pertama dari empat pertandingan.

Guardiola berharap Ruben Dias, yang absen dalam lima pertandingan terakhir karena cedera, dapat segera kembali. Tetapi, ia mendapatkan pukulan lagi ketika John Stones, yang menjadi starter dalam pertandingan untuk pertama kalinya dalam sebulan terakhir, terpaksa keluar lapangan di babak pertama. 

City memiliki peluang untuk menghentikan kekalahan beruntun saat melawan Feyenoord di Liga Champions pada hari Selasa mendatang. Pertandingan berikutnya adalah perjalanan yang lebih menegangkan. City akan bertanding melawan Liverpool di Anfield pada hari Minggu depan.

"Ini pertandingan yang hebat untuk membalikkan keadaan, untuk mengambil tiga poin dari tim yang berada di atas Anda," kata Kyle Walker. "Tetapi kami tidak bisa tampil seperti itu (melawan Tottenham), karena kami akan diinjak-injak di sana."

Adapun Pep Guardiola bakal memutar kembali otaknya untuk memutus rentetan hasil buruk City. "Kami harus berubah karena kemenangan membantu kami menjadi lebih positif dan percaya diri dan kami harus melakukannya," ujar Guardiola. "Kami tidak bisa lari dari situasi ini, kami harus menghadapinya dan mencoba untuk bermain di pertandingan berikutnya."

Setelah kekalahan telak melawan Tottenham Hotspur, laga melawan Liverpool  akan memperlihatkan kesanggupan Manchester City bersaing dalam perburuan gelar. Atau, mungkin, laga di Anfield justru membuat City semakin terpuruk.

ESPN | REUTERS

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |