Serangan AS ke Yaman Tewaskan 53 Orang, Houthi Bersumpah Membalas

3 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Korban tewas akibat serangan Amerika Serikat ke Yaman pada Sabtu, 15 Maret 2025 bertambah menjadi 53 orang. Kelompok Houthi di Yaman bersumpah akan membalas serangan tersebut.

Meningkatnya jumlah korban tewas menjadi 53 orang akibat serangan AS di Yaman dikonfirmasi oleh juru bicara Kementerian Kesehatan yang dipimpin Houthi pada hari Minggu. Lima anak-anak dan dua wanita termasuk di antara korban, sementara jumlah korban luka-luka meningkat menjadi 98, kata Anees Alsbahi, juru bicara Kementerian Kesehatan yang dikutip dari Al Jazeera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Juru bicara militer Houthi Yahya Saree mengatakan sebelumnya pada hari Minggu bahwa kelompok itu menargetkan kapal induk AS USS Harry S Truman. Houthi juga menargetkan kapal perang AS dengan 18 rudal balistik dan rudal jelajah serta sebuah pesawat nirawak, menurut laporan TV pemerintah Al Masirah. AS belum menanggapi klaim Houthi tersebut. Saree menambahkan bahwa AS telah melancarkan lebih dari 47 serangan di berbagai wilayah di Yaman.

Dalam komentar terpisah, Abdul Malik al Houthi, pemimpin gerakan Houthi, mengatakan akan menanggapi serangan AS itu. “Kami akan menanggapi musuh Amerika dengan serangan rudal dan menargetkan kapal perang dan kapal angkatan lautnya,” kata Abdul Malik al-Houthi. Ia menyatakan bahwa mereka telah memutuskan mengancam pengiriman barang ke Israel. Houthi ingin menenakn Israel agar mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.

Biro politik Houthi menyatakan serangan mematikan tersebut merupakan kejahatan perang.

Al-Asbahi mengatakan serangan hari Sabtu menargetkan ibu kota, Sanaa, dan wilayah di Saada, Al Bayda, dan Radaa. 

Namun setelah memerintahkan serangan awal, Presiden AS Donald Trump mengatakan akan menggunakan kekuatan mematikan yang luar biasa. Serangan akan dilakukan sampai Houthi menghentikan serangan mereka terhadap pengiriman barang di sepanjang koridor maritim penting di Laut Merah.

Kelompok menegaskan kembali pada hari Minggu bahwa operasi angkatan laut akan terus berlanjut hingga blokade Gaza dicabut dan bantuan diizinkan masuk. Houthi telah memulai serangan terhadap kontainer pengiriman sebagai respons terhadap perang Israel di Gaza sejak 2023. Kelompok ini juga ingin membela Palestina.

Houthi telah menghentikan serangan ketika gencatan senjata Gaza berlaku pada Januari. Selama dua bulan sejak Januari, Houthi tidak melancarkan serangan apa pun.

Pada awal Maret, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa masuknya pengiriman bantuan ke Gaza ditangguhkan. Penangguhan masuknya bantuan itu sebagai langkah untuk menekan Hamas agar menerima perpanjangan tahap pertama kesepakatan gencatan senjata alih-alih melanjutkan ke tahap berikutnya.

Pada Selasa, Houthi mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan serangan setelah batas waktu bagi Israel untuk mengizinkan dimulainya kembali pengiriman bantuan ke Gaza telah berlalu.

Pada Minggu pagi, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan Washington akan melancarkan serangan tanpa henti terhadap Houthi sampai mereka berhenti menargetkan aset AS dan pengiriman global.

AS dan beberapa sekutunya telah membom Yaman dengan rudal jelajah sejak Januari 2024, saat perang Israel di Gaza berkecamuk. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga mengumumkan bahwa operasi militer AS akan terus berlanjut hingga kelompok itu tidak dapat lagi menyerang kapal. Ia menyalahkan Iran karena mendukung Houthi.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |