TEMPO.CO, Jakarta - The Panturas, kwartet rock selancar asal Jatinangor, kembali dengan karya baru mereka bertajuk Galura Tropikalia. Mini album yang diluncurkan pada Jumat, 22 November 2024 melalui Los Panturas Ent. ini menampilkan enam lagu berlirik bahasa Sunda, lengkap dengan sentuhan musik bernuansa tembang tradisional.
Kuartet yang terdiri dari Surya Fikri (drum), Bagus ‘Gogon’ (bass), Rizal Taufik (gitar), dan Abyan ‘Acin’ (gitar, vokal) ini memilih jalur eksplorasi yang tak biasa. Melalui mini album berdurasi sekitar 21 menit, mereka mempersembahkan penghormatan pada akar budaya tanah kelahirannya, Pasundan.
“Saya merasa banyak sekali hal baru yang kami bisa temukan, kami banyak melakukan eksplorasi dan pola-pola baru, ” ujar Surya Fikri, atau yang akrab disapa Kuya, dalam keterangan yang diterima Tempo pada Kamis, 21 November 2024.
Tantangan Bahasa dan Lirik Sunda
Bagi personel The Panturas, penulisan lirik menjadi salah satu tantangan terbesar dalam proses penggarapan album ini. Bahasa Sunda, dengan kompleksitas dan kekayaannya, menjadi medan eksplorasi baru bagi mereka. Namun, Rizal Taufik melihat sisi lain dari tantangan tersebut. Ingatan masa kecilnya yang berkaitan dengan jampi, pupuh, dan dongeng Sunda kuno justru membantu. Mereka cukup menulis apa yang ingin ditulis mengikuti kata hati.
Hasil eksplorasi tersebut terlihat jelas pada lagu-lagu dalam Galura Tropikalia, termasuk ‘Talak Tilu’ yang merupakan gubahan dari lagu ciptaan Kosman Jaya yang dipopulerkan Upit Sarimanah. Lagu ini menyajikan reinterpretasi segar sembari menjaga keaslian esensinya. Nuansa magis dan elemen budaya Sunda lainnya turut mengalir dalam struktur musik dan pilihan instrumen yang digunakan. Bagi Kuya, Acin, Bagus, dan Rizal, eksplorasi ini lebih dari sekadar memperkenalkan bahasa daerah; ini adalah perjalanan mendalam ke dalam warisan budaya yang membentuk identitas mereka.
Kolaborasi dengan Maestro dan Musisi Kolaborator
Tak hanya menggubah lagu tradisional, The Panturas juga mengundang Doel Sumbang, maestro pop Sunda, untuk berkolaborasi dalam lagu berjudul ‘Jimat’. Single ini telah diluncurkan lebih dahulu pada Oktober 2024 dan mendapatkan respons positif dari para penggemar.
Selain itu, produser Ricky Virgana (White Shoes and the Couples Company) turut memberi warna pada mini album ini dengan gaya disco pop era 70-80-an. Musisi lain seperti Panji Wisnu (keyboard/synth), Rezki Delian (perkusi), hingga Om Robo (Southern Beach Terror/Sundancer) juga menyumbang warna unik di album ini. Sentuhan mereka menciptakan harmoni antara keunikan tradisional dan modernitas.
“Beruntungnya, penulisan dan produksi lagu ini dibantu oleh Ricky Virgana yang memang sudah mumpuni di area itu. Kami mencari jalan tengah di antara musik disco dan gitar becek ala The Panturas,” tutur Kuya menimpali. Salah satu lagu, ‘Bentang Sagara’ turut menjadi ode The Panturas terhadap musik pop Indonesia era album kompilasi LCLR 1978. Lagu ini merefleksikan semangat eksplorasi musik yang kaya di ranah disco pop dengan lirik berbahasa Sunda.
Rencana Tur dan Showcase The Panturas
The Panturas merencanakan tur dan showcase untuk memperkenalkan Galura Tropikalia ke berbagai kota di Indonesia, atau bahkan ke luar negeri. Harapan mereka, album ini dapat diterima luas meski menggunakan bahasa Sunda. “Semoga albumnya bisa diterima dan pendengar The Panturas hari ini masih tetap bisa menikmati musik kami tanpa kendala perbedaan bahasa,” ungkap Kuya.
Mini album Galura Tropikalia tersedia di berbagai platform streaming digital mulai Jumat, 22 November 2024, dengan rilisan fisik yang didistribusikan oleh La Munai Records. Sebelumnya, The Panturas telah meluncurkan dua single pengantar berjudul ‘Lasut Nyanggut’ dan ‘Jimat’ pada Oktober 2024, termasuk video musik untuk keduanya.