Ucapan Sara Duterte, Wakil Presiden Filipina yang Ancam Bunuh Presidennya: Saya Tidak Bercanda

3 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte, pada Sabtu, 23 November 2024, menyampaikan pernyataan kontroversial dengan mengancam akan membunuh Presiden Ferdinand Marcos Jr jika dirinya menjadi korban pembunuhan. Pernyataan ini mendorong kantor Presiden Marcos Jr untuk berjanji mengambil tindakan yang dianggap sesuai.

Dalam konferensi pers pagi itu, Duterte mengungkapkan bahwa ia telah menginstruksikan seorang pembunuh bayaran untuk menghabisi Marcos Jr, istrinya Liza Araneta, serta juru bicara Istana Kepresidenan Filipina, Martin Romualdez, jika ia terbunuh.  

"Saya sudah berbicara dengan seseorang. Saya mengatakan kepada orang itu, 'Jika mereka membunuh saya, bunuh Bongbong Marcos, Liza Araneta, dan Martin Romualdez.' Tidak bercanda, tidak bercanda. Saya sudah memberi petunjuk," kata Duterte dalam konferensi pers daring yang diadakan Jumat malam, 22 November 2024, seperti yang dikutip dari Antara.

Duterte menegaskan bahwa perintahnya kepada pembunuh tersebut harus dilaksanakan tanpa ragu, seraya mengingatkan untuk tidak berhenti sebelum target-targetnya terbunuh.

Mengenal Sara Duterte

Sara Zimmerman Duterte, yang lahir pada 31 Mei 1978 di Rumah Sakit Davao Doctors, Davao City, memiliki nama baptis Sara Vicenta sebagai penghormatan kepada kakeknya, Vicente. Ia adalah anak kedua dari pasangan Rodrigo Duterte, seorang pengacara yang kemudian menjadi Presiden Filipina, dan Elizabeth Zimmerman, seorang pramugari. Dari pihak ibu, Sara memiliki garis keturunan Jerman-Amerika yang leluhurnya melarikan diri dari Amerika Serikat ke Filipina.  

Masa kecil Sara diwarnai dengan kehidupan dalam "keluarga yang tidak utuh," sebagaimana ia menyebutnya. Ia pernah menggambarkan hubungannya dengan ayahnya semasa sekolah sebagai hubungan love-hate, yang dipengaruhi ketidaksukaannya terhadap gaya hidup ayahnya yang sering berganti pasangan dan pulang larut malam.

Ketika Rodrigo meninggalkan keluarganya pada 1990-an, Sara memilih tinggal bersama ibunya. Hingga menjabat sebagai wali kota, ia mengaku tidak memiliki hubungan yang dekat dengan ayahnya. Meskipun begitu, Rodrigo tetap menganggap Sara sebagai anak kesayangannya dan sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya.  

Sara menempuh pendidikan di San Pedro College dengan niat awal menjadi dokter, namun kemudian beralih ke bidang hukum. Ia menyelesaikan studinya di San Beda College sebelum lulus dari San Sebastian College – Recoletos. Karier politiknya dimulai pada 2007 saat ia terpilih sebagai Wakil Wali Kota Davao City. Pada 2010, ia menjadi perempuan pertama sekaligus wali kota termuda yang menjabat di kota tersebut, menggantikan ayahnya.  

Setelah masa jabatan pertamanya berakhir pada 2013, Sara mengambil jeda dari dunia politik. Ia kembali pada 2016 dengan terpilih sebagai Wali Kota Davao City dan kemudian terpilih kembali pada 2019. Selama periode tersebut, ia meluncurkan program Byaheng DO30 dan Peace 911, serta memimpin respons pemerintah kota terhadap pandemi COVID-19.  

Di kancah politik nasional, Sara memainkan peran strategis selama masa jabatan ayahnya sebagai presiden. Ia menjalin aliansi dengan berbagai partai politik dan berkontribusi pada penggulingan Pantaleon Alvarez sebagai Ketua DPR pada 2018. Pada 2022, ia mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden Filipina bersama Bongbong Marcos dalam aliansi UniTeam dan menang telak dengan dukungan mayoritas suara.  

Sara dilantik sebagai Wakil Presiden Filipina pada 30 Juni 2022, dengan seremoni yang berlangsung lebih awal di Davao City pada 19 Juni 2022. Dalam kapasitasnya sebagai wakil presiden, ia juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Wakil Ketua Satgas Anti-Pemberontakan (NTF-ELCAC) sebelum mengundurkan diri dari kedua jabatan tersebut pada 19 Juni 2024.

MICHELLE GABRIELA  | SITA PLANASARI | DEWI RINA CAHYANI

Pilihan Editor: Presiden Filipina Buka Suara Soal Ancaman Pembunuhan oleh Wapres Sara Duterte

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |