TEMPO.CO, Jakarta - Seorang turis Amerika berusia 65 tahun ditangkap atas dugaan vandalisme di Jepang, pada Rabu, 13 November 2024. Turis bernama Steve Hayes merusak gerbang torii di Kuil Meiji Jingu di distrik Shibuya, Tokyo. Sehari sebelumnya, sekitar pukul 11.20 pagi, ia diduga mengukir nama anggota keluarga di gerbang dengan kuku jarinya sebagai lelucon.
Dilansir dari Tokyo Weekender, Kamis, 14 November 2024, Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo Hayes menerangkan bahwa ia tiba di Jepang pada Senin, 11 November, bersama empat anggota keluarga untuk berlibur. Ia mengklaim bahwa ukirannya di gerbang kuil atau torii hanya untuk bersenang-senang.
Polisi dapat mengidentifikasi tersangka melalui rekaman kamera keamanan. Setelah ditemukan di hotelnya, Hayes ditahan dan diinterogasi. Ia mengakui tuduhan tersebut. Dia didakwa atas kerusakan properti.
Sejarah Kuil Meiji Jingu
Kuil Meiji Jingu yang didirikan pada 1920 merupakan salah satu kuil Shinto yang paling banyak dikunjungi di Jepang. Sebagai agama kuno, Shinto berakar kuat dalam kehidupan sehari-hari banyak orang Jepang. Kuil khusus ini didedikasikan untuk Kaisar Meiji, yang berperan penting dalam modernisasi dan globalisasi Jepang, dan Permaisuri Shoken, yang mempromosikan kesejahteraan nasional dan pendidikan perempuan.
Di sekitar kuil, terdapat sekitar 120.000 pohon yang mewakili 365 spesies domestik yang berbeda. Pohon-pohon tersebut ditanam oleh 110.000 warga sukarelawan, membentuk hutan abadi pertama di Jepang. Kini, kuil dan hutannya dianggap sebagai tempat pelipur lara dan penghormatan yang berharga bagi masyarakat Jepang.
Vandalisme di Kuil Jepang
Tiga hari sebelum penangkapan Hayes, polisi menemukan jejak yang tampaknya merupakan karakter kanji yang diukir di gerbang torii lain di Kuil Meiji. Sejak Senin, polisi Tokyo juga telah menyelidiki kasus vandalisme di Kuil Yasukuni di Distrik Chiyoda, Tokyo. Huruf kanji yang berarti "kematian" ditemukan tercoret-coret di dua titik terpisah di dinding batu kuil tersebut. Insiden ini muncul hanya tiga bulan setelah kasus grafiti lain di kuil yang sama.
Tidak seperti ukiran Hayes, grafiti hitam dengan ujung pena dari tiga bulan lalu itu bersifat politis, berisi kata-kata seperti "Mati," "Militerisme," dan "Toilet." Dua setengah bulan sebelumnya, seorang pria Tiongkok buang air kecil di pilar yang sama sebelum menulis "Toilet" dengan cat merah. Kuil Yasukuni telah lama menjadi tempat kontroversi, karena dibangun untuk menghormati para pemimpin Jepang di masa perang yang telah dihukum sebagai penjahat perang di pengadilan internasional pasca-Perang Dunia II.
Bulan lalu, seorang influencer Chili dengan lebih dari 137.000 pengikut menghadapi reaksi keras karena berolahraga di gerbang torii kuil Shinto. Dia mengunggah rekaman dirinya melakukan pull-up, yang memicu kemarahan netizen Jepang. Meskipun telah meminta maaf, video viral tersebut memicu diskusi lain tentang influencer pengganggu di Jepang.
Wisata Kuil di Jepang
Ketika mengunjungi kuil-kuil di Jepang, sejumlah wisatawan asing mungkin merasa suasananya kurang khidmat dibandingkan dengan yang biasa mereka lihat di gereja-gereja atau tempat ibadah lain di negara asal mereka atau di tempat lain di dunia. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Jepang cukup sekuler, dan kuil/candi di daerah pusat kota terkadang terasa seperti taman atau tempat wisata karena jalan dan jalur pejalan kaki menuju kuil sering kali dipenuhi dengan fasilitas terkait pariwisata seperti toko makanan ringan dan toko suvenir.
Namun, sesungguhnya Jepang Jepang sangat menghargai sejarah dan budayanya, dan khususnya menghargai kesopanan dan etika di ruang publik. Vandalisme di kuil, dalam bentuk apa pun, bukanlah sesuatu yang disukai Jepang.