Update Ratusan Siswa Keracunan MBG di Cisarua KBB, Bukan Cuma SMP

4 hours ago 4

Bandung, CNN Indonesia --

Korban yang mengalami gejala keracunan makanan pascakonsumsi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat mencapai ratusan orang, Selasa (14/10). Data terbaru pada Rabu (15/10) pukul 11.15 WIB, tercatat ada 345 korban.

Korban gejala keracunan MBG itu bukan hanya dari siswa SMPN 1 Cisarua, KBB. Sebanyak 345 korban keracunan MBG itu berasal dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, hingga SMK dan MA.

Mengutip dari detikJabarberdasarkan data Dinas Kesehatan KBB, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Panyandaan yang mendistribusikan menu MBG biang dugaan keracunan makanan itu tak cuma ke SMPN 1 Cisarua.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SPPG itu juga membawa menu MBG itu ke sekolah lain yakni SMKN 1 Cisarua, MA Bina Insani, MA Ponpes Al Furqon, MTs Ponpes Al Furqon, PAUD Al Muslimin, SDN 1 Garuda, dan SDN 1 Barukai. Total porsi MBG yang dibagikan sebanyak 3.649 porsi.

Koordinator Posko SMPN 1 Cisarua, Aep Kunaefi, menjelaskan pada hari ini setidaknya ada 60 siswa yang masih mengalami gejala dan tengah mendapat penanganan medis.

"Total keseluruhan dari kemarin ada 345 siswa. Dari jumlah itu, 285 siswa sudah kembali pulih, sementara sisanya masih dirawat," ujar Aep di Posko SMPN 1 Cisarua.

Para korban mengeluhkan gejala seperti pusing, mual, muntah, serta sesak napas. Sebagian dirawat di posko penanganan keracunan massal di sekolah tersebut, sebagian lagi dirujuk ke klinik dan rumah sakit terdekat.

"RS rujukan yang paling banyak menangani korban adalah Rumah Sakit Lembang, tapi rumah sakit lain seperti RS Cibabat dan RS Advent juga masih menerima pasien," kata Aep.

Aep menegaskan bahwa pendataan korban masih terus dilakukan oleh tim di lapangan untuk memastikan seluruh siswa yang terdampak mendapat penanganan yang memadai.

Gelombang keracunan MBG, SPPG ditutup

Mengutip dari detikJabar, keracunan massal imbas MBG yang dibagikan pada Selasa lalu terjadi dalam dua gelombang.

Peristiwa itu diawali  siswa SMP Negeri 1 Cisarua pada Selasa siang. Lalu pada Rabu ini, giliran siswa SMK Negeri 1 Cisarua dan SD Negeri 1 Garuda.

Mereka menerima MBG yang didistribusikan SPPG di Kampung Panyandaan, Cisarua. 

Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail kemudian menutup sementara operasional SPPG tersebut usai keracunan massal. Pada hari kejadian, SPPG itu menyediakan olahan ayam black pepper, capcay wortel brokoli, tahu goreng, dan sepotong buah melon.

"Kami hentikan dulu operasional dari dapur SPPG di Cisarua setelah keracunan massal," kata Jeje, Rabu.

Penutupan sementara operasional itu berkaitan dengan proses investigasi untuk mengungkap penyebab keracunan massal akibat konsumsi MBG.

"Nanti kami cek kondisi SPPG-nya. Kita evaluasi terkait MBG ini supaya tidak terus bertambah dan tidak terulang kejadiannya," ucap Jeje.

Namun pemerintah daerah belum menetapkan keracunan massal di Cisarua itu sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Berbeda dengan kasus keracunan massal gegara MBG yang menimba lebih dari seribu siswa di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas.

"Belum (KLB), penanganannya lebih cepat daripada kasus waktu di Cipongkor. Sekarang kita fokus ke penanganan korban dulu," kata Jeje.

Selain itu, sekolah yang siswanya jadi korban keracunan massal juga dialihkan menjadi daring selama beberapa hari kedepan. Mereka akan kembali masuk sekolah melihat perkembangan kondisi yang terjadi.

"Untuk beberapa hari dialihkan dulu jadi daring, untuk masuk seperti biasa akan melihat perkembangan di lapangan," kata guru SMPN 1 Cisarua, Fakhmi Nurdiansyah.

Penjelasan dapur SPPG

Sebelumnya, Kepala Dapur SPPG Panyandaan, Setia Wiguna M menyebut proses memasak dilakukan sejak malam hari untuk mengejar waktu distribusi dini hari.

"Dapur kami masak itu di jam 11 malam, dan kenapa jam 11 malam itu karena kami mengejar waktu sampai di jam 3 subuh, kemudian dengan proses pemakingan [packing] di jam 4. Jadi jadinya itu nunggu sejam untuk pendinginan," ujar Setia, Selasa malam, di Posko SMPN 1 Cisarua.

Menurutnya, dapur SPPG Panyandaan melayani ribuan porsi setiap harinya. Operasionalnya pun didukung beberapa supplier.

"Untuk hari ini [Selasa] di 3.649 [ompreng menu]," katanya.

Dalam penyediaan bahan baku, pihaknya menggandeng tiga pemasok berbeda, terdiri dari satu koperasi dan dua pemasok lain untuk bahan seperti beras, telur, dan daging ayam.

Terkait dugaan daging ayam yang menjadi sumber aroma tidak sedap dan dicurigai sebagai penyebab keracunan, Setia mengaku pihaknya masih melakukan evaluasi.

Setia menegaskan bahwa pihaknya selama ini telah berupaya memastikan bahan baku dalam kondisi baik sebelum diolah.

"Untuk bahan baku sendiri, apalagi daging kan saya sangat susah. Itu saya mau yang paling kualitas, yang paling bagus dan tidak bau pada saat datang. Jadi untuk pengolahan pun kami langsung dibersihkan, tidak tunggu dulu," jelasnya.

Dapur SPPG Panyandaan diketahui telah beroperasi sejak 24 Februari 2024, atau hampir delapan bulan. Namun hingga kini, dapur tersebut belum mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).

"Untuk sertifikat itu kami sudah suruh dijadwalkan tanggal 21 Oktober (baru pelatihannya)," kata Setia.

(kid/csr/wis)

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |