TEMPO.CO, Jakarta - Ingatkah Anda tentang teks anekdot yang pernah dipelajari dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia? Berdasarkan e-Modul Bahasa Indonesia Kelas X karya Badiya Rifai, teks anekdot adalah sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan.
Biasanya teks ini dibuat mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Selain itu, teks anekdot juga memiliki nilai-nilai atau pesan yang ingin disampaikan dibalik ceritanya.
Lantas seperti apa contoh teks anekdot tersebut? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Ciri-Ciri Teks Anekdot
Sebelum membahas contoh teks anekdot, teks yang satu ini memiliki sejumlah ciri khusus yang membedakannya dengan jenis teks lain. Berikut ciri-ciri teks anekdot.
- Karakter utama dari teks ini humoris
- Hadir dengan bentuk menyindir atau berupa sindiran
- Adanya karakter hewan dan manusia di dalamnya
- Ditujukan kepada orang yang sudah terkenal misalkan anggota DPR
- Kisah yang diceritakan umumnya termasuk dalam realita namun tidak meninggalkan sifat anekdot itu yakni lucu
- Adanya nuansa fiksi, dongeng di dalamnya
Struktur Teks Anekdot
Masih berdasarkan buku Badiya Rifai yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan, anekdot memiliki struktur teks yang membedakannya dengan teks lainnya. Teks anekdot memiliki struktur dan unsur kebahasaan sebagai berikut:
- Abstraksi: Teks anekdot diawali dengan abstrak yang berisi uraian ringkas tentang objek atau hal yang hendak disindir atau dikritik.
- Orientasi: Cerita dilanjutkan dengan pengenalan terhadap pelaku dan peristiwa.
- Krisis: Memuat tahapan peristiwa dan cerita mulai memuncak dan hampir menuju ke penyelesaian.
- Reaksi: Jawaban terhadap permasalahan yang diajukan pada tahap krisis. Ini merupakan inti kritik yang memuat unsur lucu atau mengesankan.
- Koda: Berisi penutup, yang merupakan penegasan terhadap hal yang dikritik atau disindir.
Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
Teks anekdot juga memiliki unsur kebahasaan yang khas yaitu:
- Menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu.
- Menggunakan kalimat retoris, (kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
- Menggunakan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu seperti kemudian, lalu.
- Menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca dan berjalan.
- Menggunakan kalimat perintah.
- Menggunakan kalimat seru.
Contoh Teks Anekdot
Berikut beberapa rangkuman informasi mengenai contoh teks anekdot yang lucu.
1. Contoh Teks Anekdot: 100 Ungkapan Sanjung
Setelah lulus dari ujian negara di Beijing, seorang pria muda ditunjuk sebagai pejabat pemerintahan ibukota provinsi. Dia pergi untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mentornya, yang merupakan seorang menteri pemerintahan senior. “Bekerja di lokasi provinsi seperti itu tidaklah mudah. Kamu harus berhati-hati. “Kata sang mentor.
“Baiklah. Terima kasih Bapak,” kata anak muda itu. “Mohon jangan khawatir. Saya telah menyiapkan seratus ungkapan semanis madu di benak saya. Kalau nanti saya bertemu dengan pejabat di sana, saya akan menggunakannya. Dia pasti akan senang.”
“Bagaimana kamu dapat melakukan hal itu?” Tanya mentor itu dengan tidak senang. Kita adalah pria sejati. Kita mempunyai prinsip. Kita seharusnya tidak menggunakan sanjungan. Sang murid menjawab.
“Namun, pada kenyataannya kebanyakan orang senang disanjung, Pak. Hanya beberapa pria yang benar-benar sejati seperti Anda yang tidak menyukai sanjungan. “Mungkin kamu benar,” mentornya mengangguk sambil tersenyum.
Kemudian, pria ini menceritakan cerita ini kepada temannya. “Saya sudah menggunakan satu dari persediaanku. Sekarang saya memiliki sembilan puluh sembilan ungkapan yang tersisa.”
2. Contoh Teks Anekdot: Hakim Korupsi
Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi. "Apakah benar, bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?" Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan.
"Bukanlah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini? ulang pengacara. Saksi masih tidak menanggapi. Akhirnya, hakim berkata, "Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa!"
"Oh, maaf." Saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, "Saya terkejut saya pikir dia tadi berbicara dengan Anda.”
3. Contoh Teks Anekdot: Obrolan Para Presiden Di Dalam Pesawat
Mengutip dari Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia Kelas X oleh Indri Anatya Permatasari, berikut contoh teks anekdot Obrolan Para Presiden Di Dalam Pesawat:
Karena begitu bosannya keliling dunia, Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali ini dia mengundang Presiden AS dan Perancis terbang bersama Gus Dur untuk berkeliling dunia.
Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya. Tidak lama Presiden Amerika, Bill Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata,"Wah kita sedang berada di atas New York!”
Presiden indonesia (Gus Dur), "Lho kok bisa tahu sih?"
"Ini patung Liberty kepegang!" jawab Bill Clinton dengan bangganya.
Tidak mau kalah, Presiden Perancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar pesawat.
“Tahu tidak, kita sedang berada di atas Kota Paris!" katanya dengan sombongnya.
Gus Dur, "Wah... kok bisa tahu juga?"
"lni menara Eiffel kepegang!" sahut presiden Perancis tersebut. Karena disombongi oleh Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat.
"Wah... kita sedang berada di atas Tanah Abang!!!”teriak Gus Dur.
“Lho kok bisa tahu sih?" tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa melihat.
“Ini jam tangan saya hilang...,” jawab Gus Dur kalem.
4. Contoh Teks Anekdot: Tak Punya Latar Belakang Presiden
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memang unik. Dalam situasi genting dan sangat penting pun dia masih sering meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan.
Seperti yang dituturkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD saat di-interview salah satu televisi swasta. "Waktu itu saya hampir menolak penunjukannya sebagai Menteri Pertahanan. Alasan saya, karena saya tidak memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau pertahanan," ujar Pak Mahfud.
Tak disangka, jawaban Gus Dur waktu itu tidak kalah cerdiknya. ”Pak Mahfud harus bisa. Saya saja menjadi Presiden tidak perlu memiliki latar belakang presiden kok,” ujar Gus Dur santai.
Jelas saja Pak Mahfud MD pun tidak berkutik. "Gus Dur memang aneh. Kalau nggak aneh, pasti nggak akan memilih saya sebagai Menhan,” kelakar Pak Mahfud.
5. Contoh Teks Anekdot: Anak Artis
Pada suatu hari di salah satu warung tenda kawasan Kemang. Devano, anak salah satu artis terkenal memanggil pelayan untuk meminta nota pembayaran.
Devano : “Berapa semuanya?”
Pelayan : “Semuanya Rp 132.000,00, Kak.”
Devano yang memang nggak punya uang lima puluh ribuan langsung saja menyodorkan dua lembar seratus ribu.
Pelayan : “Ini kak, kembaliannya.”
Devano : “Sudah… simpan saja buat keluarga kamu.”
Pelayan merasa senang karena menerima enam puluh delapan ribu rupiah dan langsung berterima kasih kepada Devano.
Setelah beberapa jam kemudian, Keisha yang juga anak artis terkenal memanggil pelayan untuk meminta nota pembayaran.
Keisya : “Berapa semuanya?”
Pelayan : “Semuanya Rp 127.000,00, Kak.”
Keisya menyodorkan tiga lembar lima puluh ribu.
Pelayan : “Ini kak, kembaliannya.”
Keisya: “Sudah… simpan saja tip untuk kamu.”
Pelayan langsung memasukkan kembalian itu ke kantongnya dan berterima kasih banyak ke Keisya.
Setelah beberapa jam, Soimah pun memanggil pelayan untuk meminta nota pembayaran
Soimah : “Berapa?”
Pelayan : “Semuanya Rp 145.000.” Soimah menyodorkan tiga lembar lima puluh ribu dan menunggu beberapa menit, kemudian..
Soimah : ”Loh, mana uang kembalian saya?’
Pelayan : ”Ah, Kakak, masa uang lima ribu rupiah saja dikembalikan. Tadi Devano dan Keisya kembaliannya enam puluh delapan ribu rupiah dan dua puluh tiga ribu saja diberikan ke saya, masa kakak yang artis terkenal, lima ribu saja minta dikembalikan?”
Soimah : “Tunggu dulu kamu tahu siapa Devano dan Keisya?
Pelayan dengan cekatan menjawab: ”Yah tahu, Kak! Devano dan Keisya anak artis terkenal.”
Soimah : ”Pintar kamu, tahu mereka anak artis. Nah sedangkan saya, kan anak penjual ikan!! Sekarang, mana kembalian saya?”
Pelayan : “……”
6. Contoh Teks Anekdot: Tidak Terlalu Dalam
Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. Hakim di desanya selalu mengatakan tidak punya waktu untuk menandatangani perjanjian itu. Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.
Tapi kita tahu menyogok itu diharamkan. Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri. Nasrudin menyiapkan sebuah gentong. Gentong itu diisinya dengan tahi sapi hingga hampir penuh.
Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya. Gentong itu dibawanya ke hadapan Pak Hakim. Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin.
Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
Hakim tersenyum lebar.“Ah, kau jangan terlalu dalam memikirkannya.” Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak benar mentega ini!”
“Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!” Dan berlalulah Nasrudin
7. Contoh Teks Anekdot: Setrika
Dilansir dari laman Penerbit Deepublish, berikut contoh teks anekdot dengan judul “Setrika”.
Pada suatu hari, di salah satu poliklinik rumah sakit masuklah seorang pasien yang merintih kesakitan. Ia sembari menutup daun telinganya dan entah apa yang terjadi padanya saat itu. Dokter menyambut dengan ramah dan bertanya kepada pasiennya yang datang.
Dokter: “Selamat siang, bapak. Ada keluhan apa?”
Pasien: “Gini, dok. Telinga saya terbakar”
Dokter: “Loh, apa yang terjadi?”
Pasien: “Jadi tadi saat saya sedang menyetrika baju, ada telepon dari seseorang. Karena kaget dan reflek, sementara saya sedang memegang setrika, saya tempelkan setrika saya di telinga kanan saya. Tidak sadar.”
Dokter: “Wah, begitu. Baik segera kita beri pengobatan. Lalu, bagaimana dengan telinga kanan, apa yang terjadi?”
Pasien: “Nah itu dia masalahnya, dok. Orang itu telepon lagi.”
8. Contoh Teks Anekdot: Pencuri Beras VS Koruptor
Pada suatu pagi, Yusuf sedang berjalan pulang menuju rumah setelah bertani di sawah membantu orang tuanya. Sesampainya di rumah, Yusuf merasa lapar dan kemudian membuka tudung saji di atas meja makan. Sayangnya, Yusuf tak menemukan apa pun di meja makan. Ia akhirnya mendapat ide memasak nasi dan nantinya bisa dinikmati bersama orang tua.
Saat membuka wadah beras, lagi-lagi Yusuf merasa sedih karena tak ada beras satu butir pun yang dimiliki. Yusuf kemudian ingat bahwa ia sudah sama sekali tak punya uang. Ia bahkan ingat jika orang tuanya belum lama ini mengeluhkan sedang kesulitan keuangan, mengingat kedua orang tuanya hanya buruh tani yang belakangan ini tidak menerima upah karena gagal panen.
Yusuf bingung. Padahal ia dan kedua orang tuanya hanya sempat makan jagung rebus tadi pagi. Itu pun jagung hasil pemberian tetangga karena rusak panen. Yusuf akhirnya keluar rumah berharap mendapat ide. Hampir satu jam berlalu, Yusuf tak dapat ide apa yang harus dilakukan untuk bisa makan.
Dengan terpaksa, ia akhirnya masuk ke sebuah toko yang sepi dan penjualnya terlihat sedang tertidur sembari menghadap televisi. Dengan rasa was-was, Yusuf melepas bajunya dan mengambil beras yang ada di bagian paling depan dan membungkusnya dengan baju. Nahas, saat Yusuf mengenda-ngendap keluar, sang penjual bangun dan berteriak.
Yusuf akhirnya dibawa ke kantor polisi. Saat dilaksanakan penyelidikan, Yusuf dijatuhi hukuman dengan pasal pencurian. Kasusnya akan disidangkan tiga hari setelah penangkapan. Saat persidangan berlangsung, Yusuf duduk di kursi tersangka dan terlihat mukanya yang malu sekaligus takut.
Hakim: “Saudara Yusuf, 20 tahun, terbukti mencuri beras dengan harga Rp20.000. Oleh sebab itu, Anda akan dijatuhi hukuman 4 tahun penjara.”
Yusuf: “Loh, pak. Ini jelas tidak adil. Mengapa hukuman saya lebih berat daripada para koruptor yang bisa berkeliaran dengan jeratan hukum singkat?”
Hakim lalu menjelaskan bila Yusuf mencuri beras dengan merugikan pedagang sebesar Rp20.000. Sementara para koruptor, meskipun korupsi uang 1 miliar, tetapi merugikan seluruh Indonesia yang jumlah masyarakatnya ada 200 juta rakyat. Sehingga jika dihitung, koruptor hanya merugikan setiap masyarakat sebanyak Rp5 dari masing-masing orang.
Sementara Yusuf merugikan satu orang dengan jumlah lebih besar yaitu Rp20.000, sehingga Yusuf membuat kerugian yang lebih besar.
9. Contoh Teks Anekdot: Tidak Diberi Hukuman
Ketika bel pelajaran sudah dimulai, Angga yang biasanya terlihat tenang dan kalem kali ini sedikit panik. Ia lalu menghampiri ibu guru yang sedang menyiapkan materi untuk mengajar.
Angga: “Bu guru, saya boleh bertanya?”
Bu Guru: “Boleh dong, ada apa Angga?”
Angga: “Bu, apakah seseorang itu harus dihukum kalau belum melakukan perbuatan yang seharusnya harus dilakukannya?”
Bu Guru: “Ya tentu tidak. Orang akan dihukum ketika ia telah melakukan kejahatan atau melakukan kesalahan.”
Angga: “Syukurlah kalau begitu. Soalnya, Angga belum mengerjakan PR nih bu.”
Bu Guru: “Angggaaaa!!!”
10. Contoh Teks Anekdot: Ibadah dan Berjudi
Suatu hari, Boni dan Bono yang memang hobi berjudi saat itu berkumpul dan bermain judi di depan rumah Bono. Saat sedang asyik bermain, terdengar suara azan dari Masjid Barokah.
Boni dan Bono yang notabene seorang Muslim seolah tak menghiraukannya karena keduanya memang tidak pernah meninggalkan ibadah sebagaimana mestinya.
Bono: “Bon Boni, kenapa ya di agama kita itu ibadahnya banyak sekali.”
Boni: “Banyak sekali bagaimana maksud kamu, Bon?”
Bono: “Iya, ibadah salat saja sehari sampai lima kali. Lihat tuh agama lain, ada yang beribadah satu minggu sekali, atau sesempatnya saja. Nggak kaya kita.”
Boni: “Halah, Bon Bon. Ibadah lima kali sehari saja kamu tetap memilih main judi. Bagaimana kalau satu minggu sekali, bisa jadi apa kamu? Udah lah nggak usah komen ibadah-ibadah. Kamu aja nggak pernah beribadah.”