6 Fakta Darurat Militer Korea Selatan yang Perlu Diketahui

1 month ago 60

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengumumkan darurat militer pada Selasa, 3 Desember 2024. Pengumuman yang mengejutkan itu disiarkan langsung di saluran televisi. Meski begitu, keputusan darurat militer tersebut dibatalkan setelah beberapa jam kemudian. Berikut fakta-fakta darurat militer Korea Selatan.

1. Upaya Mitigasi

Yoon Suk Yeol mengungkapkan alasan menetapkan darurat militer. Ia mengatakan partai-partai oposisi telah menyandera proses parlemen. "Saya menyatakan darurat militer untuk melindungi Republik Korea yang merdeka dari ancaman pasukan komunis Korea Utara, untuk membasmi kekuatan anti-negara pro-Korea Utara yang tercela yang merampok kebebasan dan kebahagiaan rakyat kita, dan untuk melindungi tatanan konstitusional yang bebas," kata Yoon seperti dilansir dari Reuters.

2. Militer Terjun setelah Pengumuman Darurat Militer

Saat darurat militer berlaku selama beberapa jam, pasukan darurat militer bertopeng yang dilengkapi dengan senapan, pelindung tubuh, dan peralatan penglihatan malam memasuki Majelis Nasional. Militer berhadapan dengan staf yang menentang mereka dengan alat pemadam kebakaran.

3. Pertama Kali Diberlakukan pada 1979

Dilansir dari Channel News Asia, darurat militer terakhir kali diberlakukan pada 27 Oktober 1979 oleh Perdana Menteri Choi Kyu-hah setelah pembunuhan Presiden Park Chung-hee, yang merebut kekuasaan dalam kudeta militer pada 1961.

Di bawah tekanan dari sekelompok pemimpin militer yang dipimpin oleh Jenderal Chun Doo-hwan, Choi, yang saat itu menjadi presiden, darurat militer diperpanjang hingga 1980 dan melarang partai politik, yang memicu reaksi keras oleh pasukan pro-demokrasi. Ratusan orang tewas dalam tindakan keras yang mematikan sebelum darurat militer dicabut pada tahun 1981 setelah referendum.

Partai-partai politik diizinkan berfungsi kembali dan pada 1987 hak-hak sipil lainnya dipulihkan. Sejak saat itu demokrasi di Korea Selatan tumbuh subur dan berlaku hingga presiden saat ini.

4. Gedung Majelis Nasional Korea Selatan Rusak akibat Demonstran

Gedung Majelis Nasional Korea Selatan terpantau rusak akibat demo yang dilakukan warga Korea Selatan imbas pengumuman darurat militer. Beberapa pintu dan jendela dikabarkan pecah dan jebol. Ribuan demonstran berkumpul di luar parlemen di mana terjadi bentrokan kecil dengan polisi dan militer.

5. Dicabut oleh 190 Anggota Parlemen

Para anggota parlemen berkumpul untuk memberikan suara menentang darurat militer, karena baik anggota parlemen oposisi maupun pemimpin partai Yoon sendiri mengecamnya sebagai sesuatu yang inkonstitusional.

Seluruh 190 anggota parlemen yang hadir memberikan suara untuk mencabut darurat militer. Yoon menyampaikan pidato lain yang mengumumkan bahwa pasukan telah ditarik kembali. Ia akan mencabut dekrit tersebut setelah mengadakan rapat kabinet sesegera mungkin.

6. Menteri Pertahanan Korea Selatan Mundur

Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Yong-hyun, mengundurkan diri dari jabatannya setelah krisis darurat militer. Pengunduran diri menteri pertahanan Korea Selatan menyusul deklarasi darurat militer yang hanya berlangsung enam jam saja dan saat pakta keamanan Rusia-Korea Utara mulai berlaku.

Presiden Yoon menunjuk duta besar negara itu untuk Arab Saudi, Choi Byung-hyuk, sebagai menteri pertahanan baru. Kantor presiden mengonfirmasi pencalonan Choi, mantan jenderal angkatan darat, sebagai menteri pertahanan baru pada hari Kamis, menurut laporan kantor berita Korea Selatan, Yonhap, seperti dilansir dari Al Jazeera.

Kim adalah orang yang mengusulkan kepada Presiden Yoon agar dia mengumumkan darurat militer pada Selasa malam, 3 Desember 2024. Pengumuman darurat militer itu ditolak oleh parlemen Korea Selatan hingga akhirnya Yoon membatalkan keputusannya itu.

Dewi Rina Cahyani dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |