TEMPO.CO, Jakarta - Angka Romawi menjadi salah satu sistem penomoran yang sering digunakan di Indonesia, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun kegiatan formal. Tak jarang, angka Romawi muncul dalam berbagai karya tulis ilmiah, seperti makalah dan skripsi, yang biasanya digunakan pada penulisan nomor bab.
Angka Romawi diyakini masuk ke Indonesia seiring dengan meningkatnya pengaruh budaya Barat, terutama dari bangsa Eropa. Lantas, bagaimana cara menulis angka Romawi yang benar?
Pengertian Angka Romawi
Melansir laman Britannica, angka Romawi merupakan salah satu simbol yang digunakan dalam sistem notasi numerik berdasarkan sistem Romawi kuno. Simbol-simbol tersebut meliputi I, V, X, L, C, D, dan M, yang masing-masing secara berurutan mewakili angka 1, 5, 10, 50, 100, 500, dan 1.000.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemudian, mengacu pada laman HowStuffWorks, angka Romawi adalah metode kuno dalam penulisan angka yang menggunakan kombinasi huruf dari alfabet Latin untuk menunjukkan nilai yang berbeda. Bangsa Romawi kuno mengembangkan sistem angka tersebut untuk memenuhi kebutuhan perdagangan dan administrasi sehari-hari.
Senada dengan hal itu, menurut begalileo.com, angka Romawi merupakan metode representasi yang unik dan telah ada sejak lama. Sistem penomoran tersebut berkembang dari waktu ke waktu dan dimanfaatkan secara luas di seluruh Kekaisaran Romawi, serta berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan.
Sejarah Angka Romawi
Merujuk pada repository.uksw.edu, Kota Roma menurut legenda didirikan oleh Romulus dan Remus pada abad 753 SM. Bangsa Romawi membangun kerajaan yang terbentang dari Britania Raya hingga ke Asia dan menguasai wilayah mediterania. Mereka membangun peradaban yang besar, termasuk mengembangkan sistem bilangan sendiri, yaitu angka Romawi.
Sementara itu, menurut romannumerals.org, angka Romawi didasarkan pada sistem penomoran Etruria, yaitu peradaban awal dari Kekaisaran Romawi. Terkait kemunculannya, terdapat dua teori yang dipercaya, meliputi:
Teori Tongkat Penghitung
Teori Tongkat Penghitung meyakini bahwa asal-muasal angka Romawi berasal dari sistem penghitungan yang digunakan oleh para gembala di Italia untuk menghitung domba pada abad ke-19. Setiap hewan ternak dicatat pada tongkat dengan goresan yang diukir menggunakan pisau.
Teori Sinyal Tangan
Teori Sinyal Tangan menyatakan bahwa angka Romawi melambangkan isyarat tangan yang sedang berhitung. Angka satu (I), dua (II), dan tiga (III), seperti bentuk jari ketika berhitung, lalu angka lima (V), seperti huruf V yang terbentuk di antara ibu jari dan telunjuk ketika kelima jari dibuka. Kemudian, angka 10 (X) berasal dari dua ibu jari yang bersilangan ketika 10 jari tangan diangkat secara bersamaan.
Cara Penulisan Angka Romawi
Adapun aturan-aturan penulisan angka Romawi sebagai berikut:
- Tidak dikenal bilangan nol (0).
- Cara membaca angka Romawi dari kiri ke kanan.
- Apabila lambang yang nilainya lebih kecil terletak di sebelah kanan, maka angka-angka Romawi tersebut dijumlahkan. Penjumlahannya paling banyak tiga angka, misalnya VIII dibaca delapan (8).
- Apabila lambang yang nilainya lebih kecil terletak di sebelah kiri, maka angka-angka Romawi tersebut dikurangi. Pengurangannya paling banyak adalah satu angka, misalnya IV dibaca empat (4).
Daftar Angka Romawi 1-1.000
Berikut daftar lengkap angka Romawi 1-1.000:
- I: 1.
- II: 2.
- III: 3.
- IV: 4.
- V: 5.
- VI: 6.
- VII: 7.
- VIII: 8.
- IX: 9.
- X: 10.
- L: 50.
- C: 100.
- D: 500.
- M: 1.000.